5. Sanksi

544 44 1
                                    

Masalah paling serius seorang siswa selain lupa mengerjakan pekerjaan rumah adalah kesiangan. Aturan sekolah sudah sangat jelas jika bel masuk akan digaungkan pukul 06.45 WIB, namun jika pukul 06.30 Ayu baru selesai mengikat tali sepatunya, akan tiba jam berapa dia di sana.

Umpatan kesal dan menyesal terus saja dia ucapkan meski sang Ayah menasihati.
Semalam, perempuan cantik itu terlalu asik dengan drama korea favoritnya yang dia tonton dari sebuah aplikasi hingga tidur dini hari.

"Sudah Ayah bilang, waktunya tidur itu tidur. Jangan main hp terus. Kesiangan kan jadinya. "

"Iya, Yah. Ayu udah nyalaian alarmnya. "

"Percuma kalo tiap alarmnya bunyi, kamu tunda lagi. Pasti subuh tadi juga gak sholat, kan? "

"Iya Yah, maaf. "

"Bukan sama Ayah. Tapi sama Allah. Ayah pusing bilangin kamu. "

Rozak, nama sang Ayah. Laki-laki yang terlihat lembut itu aslinya tegas. Apalagi menyangkut agama.
Ungkapan itu harusnya dia katakan sejak di rumah jika ada waktu. Namun, kita tau sendiri anak sulungnya itu kesiangan. Setidaknya, sang anak tau jika dirinya marah.
Kesiangan memang sangat merugikan pelakunya. Telat sekolah, kewajiban pun tertinggal.

Dengan kecepatan lumayan kencang, akhirnya motor matic buatan Jepang itu sampai di gerbang sekolah yang sudah tertutup.
Sial.

"Ayah, gimana ini? " iba Ayu meminta saran.

"Ini konsekuensi nya. Kamu harus bisa hadapi. Berani berbuat, harus berani bertanggung jawab." kata sang ayah.

Ayu berdecak sebal.
Dia lalu menjulurkan tangannya untuk salim.
Setelah itu sang Ayah berlalu.

Dengan langkah amat berat, dia berjalan hingga tepat di depan gerbang sekolah. Seorang satpam berdiri sambil geleng-geleng.

"Tunggu di luar sampai Pak Gading ke sini. Tuh ada yang telat juga! " tunjuk si satpam pada siswa yang buru-buru datang ke arahnya dengan wajah yang lelah. 

"Bukain dong, Pak !" bisik Ayu memelas .

Memalukan sekali. Berada di luar sekolah karena keterlambatan bersama si gendut yang dia kerjai kemarin.
Doble sial. Eh,,  triple sial.

"Mimpi apa sih gue semalem. Tau gini gue pura-pura sakit aja biar gak sekolah sekalian. " gumamnya karena telah berlaku bodoh.

"Pak bukain, Pak !" suruh Ivan dengan wajah tanpa dosa.

"Gak bisa. Pak Gading pesan yang telat suruh tunggu di luar !" balasnya.

"Pak, ayolah Pak bukain. " ucap Ivan memohon. Dia lalu mendekat.
"Pak, nanti saya kasih uang! " bisiknya memberi tawaran.

Si satpam melotot tak senang.
"Kamu mau sogok saya? " ucapnya tersinggung.

"Ck,,, si Bapak. Bukan sogokan, ini tanda terima kasih saya karena Bapak mau bukain gerbangnya. Mumpung Pak Gading belum dateng! Ayolah Pak. Gak ada yang tau.! " bujuk Ivan hati-hati.

"Eh Dangdut, sini ! bantuin bujuk napa. !" Ivan menarik seragam Ayu yang membuatnya hampir terjungkal.

"Kampret. Pelan pelan dong. Untung gue gak jatuh! " kesalnya.

"Ishh,,, masih aja lo ngegerutu. Buru bantuin gue.! " suruhnya memaksa.

Ayu berada di persimpangan hatinya. Mau mengikuti ucapan Ivan atau menerima sanksi dari Pak Gading karena keterlambatannya hari ini.

Huh.

Sejenak berpikir, Ayu akhirnya memutuskan.

"Pak,,,, please lah, Pak. Kita berdua kan jarang banget telat. Kasih kompensasi dong..."

Dut DutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang