8. Kejutan

805 60 26
                                    

Lima menit lalu, bel istirahat telah berbunyi. Nyaris semua siswa keluar ruangan. Sebagian besar pergi ke kantin untuk mengisi perutnya yang lapar.
Sisanya, ke toilet atau perpustakaan.

"Yu, kantin yok! " Kia yang baru saja menutup buku tugasnya mengajak Ayu ke kantin. Dia lalu berdiri di samping kursi Ayu untuk menunggu.

"Lo duluan aja. Ntar gue nyusul. "

"Tumben. Tapi ya udah, gue duluan yah. Laper. " Kia lalu bergegas keluar kelas.

Suasana kelas terasa sepi.
Ayu masih setia duduk di kursinya sendirian. Pikirannya berkelana kembali ke kejadian semalam.

Setelah beberapa saat menunggu kabar, Ayu beserta kedua orangtuanya diperbolehkan untuk menjenguk pasien. Dan saat itu pula Ayu mendapat sebuah kejutan tak terduga.

Di sana, seseorang yang amat Ayu kenal tengah terbaring tidak sadarkan diri. Seragam berlapis jaket warna navy itu penuh dengan bekas darah.

Jadi itu artinya, Ayahnya ditolong oleh seseorang yang selalu mencari masalah dengannya di sekolah. Seorang siswa bertubuh bongsor yang selalu dia beri julukan si gendut. Dia adalah Ivan Gunawan?
Lelucon macam apa ini?

Sebentar, bukankah dia juga mengatakan akan membalas kebaikan pahlawan ayahnya itu?

"Duh gimana nanti pas dia sadar dan tau orang yang ditolong itu bokap gue? Apa dia bakal nyesel ya? "

"Gue harus gimana dong? Ya Allah,,, kenapa dari sebanyak orang di dunia ini, Ayah harus ketemu sama dia? Emang gak ada gitu manusia berhati malaikat selain dia di malam itu? "

"Gue juga sangsi kenapa bisa dia seberani itu ngelawan penjahat. Apalagi sampe pertaruhin nyawanya buat Ayah. "

"Soalnya lucu aja, Yu. Kalian kan kayak Tom and Jerry gitu. Ribuuuutt mulu. Tapi, Tuhan seolah suka liat kebersamaan kalian. Buktinya, dihukum aja mesti berdua"

Kalimat yang pernah Kia lontarkan, seolah mewakili apa yang Ayu rasakan saat ini.

Kenapa semesta seolah bekerja sama untuk melibatkan keduanya dalam setiap kejadian?

Dan sepertinya, efek dari kejadian ini akan berbuntut panjang. Entah sampai kapan, yang Ayu tau, sang Ayah pasti akan menagih janjinya untuk membalas kebaikan yang sudah Ivan lakukan.

***

"Bi, aku udah biasa diabaikan kayak gini. Jadi Bibi gak perlu khawatir. Aku justru lebih suka mereka gak jenguk aku "

"Tapi, Den, Bibi khawatir sama keadaan Aden. Pasti sakit, kan? "

"Gak Bi. Sakit ini gak seberapa dibanding sama luka yang mereka buat bertahun-tahun dengan membuat aku tumbuh tanpa kasih sayang yang harusnya aku dapetin. "

"Den, jangan benci mereka ya "

"Bibi pulang aja. Gak papa aku sendiri. Aku bisa jaga diri kok. Makasih udah bawain aku makanan, ya! "

Deg

Mencuri dengar memang perbuatan yang tidak baik, tapi bagaimana jika tidak sengaja.

Pintu ruangan terbuka. Seorang perempuan yang dipanggil Bibi oleh Ivan itu menatap Ayu bingung.

"Maaf, Bi. Saya temannya Ivan , saya mau jenguk! " kata Ayu sambil nyengir.

"Oh, temennya Den Ivan? Ya udah, silakan masuk Neng. "

Ayu mengangguk.
"Iya, Bi. Saya masuk dulu ya. "

Detak jantung Ayu berdegup kencang. Dia bingung bagaimana cara menjelaskannya soal ini.

Dut DutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang