3. Ulah Si Gendut

491 44 4
                                    

"Ben, kemaren ada yang cari gara-gara ya sama kalian berdua? " Ivan mengeraskan suaranya saat geng Ayu berlalu melewati mereka.

Bel masuk masih tersisa sepuluh menit lagi, dan dengan kebetulan, Ayu bersama tiga temannya tiba di waktu hampir bersamaan.

Ayu lalu berhenti tepat di samping Ivan dan dua temannya yang kemarin sempat berseteru gara-gara insiden tabrakan di kantin.

"Lo punya masalah sama gue? " Ayu menatap tajam Ivan dengan wajah amat jutek.

Ivan yang semula duduk, berdiri dengan wajah angkuhnya.

"Ehh,, emaknya tersinggung, hahahah ,,,! " ledek Ivan sambil tertawa disusul dua temannya.

Ayu diam tidak membalas.

Ivan lalu berjalan mengelilingi tubuh Ayu dengan tangan bersedekap.

"Kalian harus ganti rugi..." ucapnya enteng.

Ayu terseyum sinis,

"Seragam mereka berdua kotor gara-gara temen lo!" katanya menunjuk Ayu.

"Terus? " tanya Ayu.

"Kalian harus mau jadi pelayan kami bertiga selama tiga hari. Atauu... " Ivan menggantung ucapannya.

"Atau apa? " tantang Ayu .

"Atau kalian akan dapat masalah. " balas Ivan tajam. Ungakapan yang sarat dengan ancaman.

Wenda, Jessica, dan Kia berbisik di belakang. Mereka tidak rela dengan tawaran tidak masuk akalnya Ivan barusan. Pelayan? Yang benar saja. Apa Ivan sudah tidak waras?

"Ahahahaha... " Ayu tertawa keras.

"Lo gila ? " ledek Ayu.
Ia lalu geleng-geleng dan berlalu begitu saja tanpa menghiraukan Ivan.

Tiga perempuan yang ada di belakang Ayu merasa geli melihat reaksi Ivan dan dua temannya. Dari sekian banyak siswa yang ada di sekolah, Ayu satu-satunya orang yang tidak pernah takut dengan Ivan meski laki-laki itu dikenal sebagai tukang cari gara-gara.
Bisa jadi Ivan and the geng adalah Ayu versi laki-lakinya.

"Gue sih malu, Van, digituin. " ucap Wendi mengompori.

"Gila sih si Ayu. Gak ada takut-takutnya tu anak sama kita." giliran Ruben menimpali.

Ivan diam sejenak. Memikirkan sesuatu yang bisa membuat perempuan songong padanya itu mendapatkan pelajaran berharga darinya.

"Gue kerjain lo. " gumamnya tak terima.

Jam istirahat...

"Kia, kebelet nih gue. Temenin ke toilet yuk! "

Siswa siswi berhamburan keluar kelas menuju kantin menghabiskan uang saku untuk menukarnya dengan makanan yang bisa membuat perut mereka terisi kembali, tak terkecuali Ayu dan Kia. Sayangnya, sejak tadi si biduan dangdut itu gelisah karena menahan pipis.

"Males ah gue..."
"Jam segini pasti toilet rame. Lo sendiri aja ya. Perut gue laper. !" ucapnya.

"Ishh,,, ya udah, nanti pesenin gue mi ayam deh ya. Sama es teh deh sekalian. "
Ayu lalu buru-buru keluar menuju toilet. Berabe urusannya kalau dia pipis di celana.

Benar saja kata Kia, antrean sudah seperti antrean sembako. Ayu berdiri paling akhir. Dia sampai merinding menahan kebelet.

"Buset dah ah, pipis aja ampe berjamaah gini. " katanya kesal.

Tak lama kemudian, tibalah saatnya Ayu masuk.

Beberapa saat setelah berada di toilet, Ayu merasa heran kenapa jadi sepi begini. Padahal sebelumnya toilet ini sudah seperti pasar. Ramai dengan berbagai jenis kegiatan.

Toilet ini diisi dengan tiga bilik yang ruangannya rapat. Tidak terlihat dari atas maupun bawah. Closetnya saja masih jongkok. Entah kapan sekolah ini akan mengubahnya jadi lebih canggih.

Ayu bernapas lega. Tidak ada lagi kebelet yang menyiksanya.

Setelah membersihkan diri, dia lalu mencoba membuka pintu untuk keluar.
Satu kali, gagal. Pintu itu serasa ditahan dari luar.
Dua kali, sama.
Ada apa ini.
Tak lama kemudian lampu padam. Ruangan jadi gelap gulita. Ditambah suasana toilet yang kini sepi.

Demi apapun, Ayu takut gelap. Dia bisa menangis ketakutan jika berlama-lama di ruangan tanpa cahaya.

Dor dor dor

Gedoran pada pintu tak juga membuahkan hasil.

"Apa ada orang di luar? " teriak Ayu keras keras.

"Tolong, gue terkunci. "

"Siapapun tolong gue. "

"Tolongggg,,,, "

Kenapa ini? Apa ada yang sengaja melakukan ini padanya.
Ayah, Ibu, Ayu takut. Batinnya.
Ayu lalu menangis. Tak hentinya dia menggedor pintu itu hingga tangannya nyeri, namun hasilnya nihil.

Siapa yang bisa menolongnya kali ini.

***

"Eh, si Ayu mana sih? Mi ayamnya udah dingin tu bocah belum dateng juga. " kesal Kia yang baru saja menghabiskan satu mangkuk mi ayam.

Wenda dan Jessica tak kalah heran, tumben ke toilet selama ini.

"Susulin yuk! " ajak Wenda berinisiatif.

"Ayokk deh. Gue jadi khawatir ama tu anak. " Kia dan Wenda berdiri.

"Jess, lu sini aja ya. Jagain ni mi ayamnya Ayu. Jangan lu makan. " pesan Kia memperingati.

"Enggak, Kia. Gue udah kenyang. Tapi kalo laper lagi ya apa boleh buat " jawab Jessica asal.

"Ihh,,, ayok. !" Wenda menarik tangan Kia yang masih tak beranjak dari tempatnya karena meladeni ucapan Jessica.

**

Entah kenapa gelap membuat Ayu merasa oksigen yang dia hirup makin menipis. Matanya sudah seperti tak punya fungsi. Tak ada benda yang bisa dia lihat.
Yang bisa dia lakukan hanya memohon pertolongan pada Tuhan berharap ada bantuan datang sebelum dia benar-benar pingsan di tempat kotor ini.

"Yu,,,, "
Suara cempreng Kia memberi angin segar. Tubuh yang semula lemah jadi kembali bergairah. Ada secercah harapan untuknya keluar dari tempat ini.

"Kia,,, " teriak Ayu disertai gedoran pintu bertubi-tubi. Semoga suara gaduh dari tempat ini berhasil memancing sahabatnya itu segera datang.

"Yu,, lu di dalem? " tanya Kia memastikan.

"Iya, gue di dalem. Tolongin. Di sini gelap. Gue takut. "

Ada isakan yang Kia tangkap dari indera pendengarannya.

Kia lalu segera membuka kunci yang menahan pintu dari luar.

"Kia,,,"

Pintu berhasil dibuka. Ayu lalu memeluk Kia dengan rasa lega luar biasa.

"Ada yang ngunciin gue dari luar. Gue takut " adu Ayu sambil menangis. Kalau sudah begini, sisi cengeng darinya begitu nampak.

"Udah, lo tenang ya. " ucap Kia menenangkan.

"Gue yakin yang lakuin ini ke lo itu si Ivan sama dua kurcacinya itu. " ucap Kia sengit.

"Kita harus bales, Yu. Ini udah keterlaluan. " lanjut Kia.

"Kita lapor guru aja, Kia. Mereka pasti dapet hukuman. " saran Wenda memberi alternatif.

"Gak cukup, Wen . Ini udah keterlaluan. Kalo Ayu ada apa-apa gimana? "

"Kia, Wen, gue mau ke kelas!" pinta Ayu. Dia terlihat lemah tak bertenaga. Mau marah saja rasanya tak kuat. Dia masih trauma dengan kejadian ini.

Jika memang Ivan dan dua temannya yang melakukan ini, Ayu bersumpah akan membalasnya. Bila perlu lebih gila dari ini.

Tbc

Dut DutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang