1. Dia ...

82 25 11
                                    

Hai, selamat pagi, siang, sore, ataupun malam teruntuk kamu yang tersayang :D

🌼

[732 word]
Dont forget to voment

🌼

"Huaaa gua telat!" teriak Grissela sambil berlari menuruni tangga.

Rusuh, satu kata yang bisa menggambarkan keadaan Grissela sekarang ini. Hari pertama di sekolah baru dan datang di saat siswa yang lain telah masuk sekolah, kesan pertama yang sangat luar biasa, 'kan?

Pukul 06.05, Griss baru membuka kelopak matanya dan langsung di sapa oleh sang mentari. 30 menit telah siap dan waktunya tersisa 15 menit sebelum gerbang gudang ilmu itu tertutup. Dengan tergesa, Griss keluar untuk mencari taxi. Setelah beberapa menit, tidak ada satupun angkutan umum itu melintas. Sambil menunggu, Griss menyusuri trotoar. Tiba-tiba suara klakso mobil menyapanya dari arah belakang. Griss pun berbalik dan melihat orang di dalam mobil yang tergolong mewah itu. Ia mengernyit, orang itu tak ia kenal, lalu kenapa membunyikan klakson?

"Hai, lu anak SMA Merah Putih, kan? Kita satu sekolah, dari pada nunggu angkot yang mungkin bakalan muncul pas jam pulang nanti berbunyi, mendingan bareng sama gua," ajaknya.

"Hmm emang enggak ngerepotin? Gua lagi nunggu taxi juga, kok," tanyaku memastikan. Sebenarnya tidak enak, kenal pun tidak tapi sudah menjadikannya tumpangan.

"Engga kok, udah bareng gua aja, ayo!"

"Iya udah deh, gua numpang, ya. Makasih banyak," ucapku kemudian naik ke dalam kuda besinya.

Aku mengucapkan banyak terima kasih padanya. Mungkin jika tidak ada dia aku akan sampai saat gerbang itu tertutup dan akan mendapat penobatan dengan bediri di lapangan karena telat pada saat hari pertama masuk sekolah.

"Makasih banyak, ya! Mungkin kalo enggak ada lo, gua bakalan kena hukum," ungkapku padanya.

"Hihi, iya sama-sama. Tenang aja kali," jawabnya di sertai kekehan yang terdengar merdu.

"Kita belum kenalan, tau. Kenalin, gua Putrialy Reana Syafika, bisa panggil Putri, Reana, Ana, ataupun Fika. Salam kenal!" Dia menjulurkan tangan dan dengan senang hati aku membalasnya.

"Hai, Putri! Kenalin, gua Grissela Derifna Putri, lo bisa panggil gua Griss, Sela, atau apapun, asalkan jangan sayang karena gua bukan lebsi, " tuturku diakhiri tawa kita berdua. Mudah untuk beradaptasi dengannya, buktinya dalam beberapa menit kita sudah akrab.

Sepanjang perjalanan kita lalui dengan bernyanyi bersama, kami terlarut dalam setiap nada yang mengalun. Tanpa terasa, kami sudah di parkiran sekolah. Putri mematikan mobilnya kemudian turun, aku pun keluar dari dalam mobilnya. Dia mendekatiku kemudian menggenjang tanganku untuk berjalan bersama. Kami menuju mading untuk melihat di mana kelas yang akan kami tempati. X MIPA 3, kelasku dan kelas Putri. Ya, kami sekelas, mungkin dari awal kami di takdirkan untuk menjadi sahabat. Saat melihat namaku dan namanya berada dalam satu lembaran, kami langsung berteriak dan loncat kegirangan.

Aku pun langsung menarik lengan Putri untuk masuk kedalam kelas. Kami melihat sekeliling kelas dan hanya bangku belakang pada banjar ke dua, mau tidak mau kami pun harus duduk di sana.


🌼🌼🌼

"Wahahaha, gila ... itu guru, kocak abis," tawa Putri pecah mengingat awal perkenalan mereka dengan guru kimia.

"Yaelah, Put. Jangan kencang-kencang ketawanya! Malu, tuh! Di liatin orang," bisik Grissela sambil memberi cubitan kecil pada perut Putri.

"Ish, lu ini, Griss! Enggak bisa liat orang seneng dikit, main cubit-cubit aja! Sakit tau, mana tangan lu itu kalo udah nyabit serasa kaya tangan Tuan Crab -salah satu tokoh kartun-. Enggak fikir-fikir dulu apa efeknya dari cubitan maut lo itu, kayanya ngebekas nih kaya kenangan yang lalu bersamanya. Aduhai, Akang! Eneng teraniaya teman durhaka seperti dirinya!" Mulai deh ngoceh lagi, aku juga enggak nyangka bakal dapet teman seperti ini, baru juga kenal tapi udah enggak tahu malu. Tapi, enggak apa-apa, lah! Setidaknya hidupku akan sedikit berwarna.

"Grissela!! Kok lu diem aja, sih? Sebel, ah," rajuk Putri

"Berisik, Putri," jawabku tidak peduli ekspresi merajuknya itu. Yah, paling juga nanti dia ngoceh lagi dan batal deh acara "sebel" nya itu.

"Ih! Ya udah, kantin, skuy!" Tuh, kan! Baru juga merajuk, sekarang sudah mengamit tanganku dan menariknya menuju kantin.

Saat tiba di sana, kami memesan bangku paling belakang pojok, tempat paling nyaman untuk mengobrol karena kami langsung di suguhkan dengan indahnya taman belakang.

Putri pergi memesan pesanan kami. Bosan menuggu, aku memperhatikan sekitar, mencoba berkenalan dengan suasana yang akan aku hadapi tiga tahun ke depan.

Tiba-tiba ada segerombol siswa yang masuk, sangat berisik karena mereka saling melempar candaan dengan suara yang tidak bisa aku katakan aman untuk pendengaran.

Eh, tunggu! Kenapa aku merasa tidak asing akan satu wajah di antara mereka? Seperti ... dia?



👑👑👑

Hayoo, loh! Siapa tuh? Hehehe


salam manis dari yang manis, Mrym ;*

RetisalyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang