Bab 1

24.7K 1.3K 21
                                    

Selamat Membaca




Pagi ini Eca dikejutkan dengan kedatangan Faris ke rumahnya. Apalagi cowok itu dengan beraninya bertemu dengan kedua orang tuanya. Faris bilang dia meminta izin kepada kedua orang tua Eca untuk mengantar-jemput Eca sekarang.

“Kamu Faris Adiyaksa?” tanya Papa Eca memastikan.

Faris menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. “Iya, Om.”

“Jadi, ada hubungan apa antara kamu dan anak perempuan saya, sampai-sampai kamu mau mengantar-jemput anak saya?”

“Saya pacarnya Eca, Om. Kami baru jadian satu minggu yang lalu.”

Eca terkejut, gadis itu bahkan sampai harus menjatuhkan sendok yang telah dia pegang. Eca memang tidak berada di antara papa dan Faris, namun gadis itu bisa mendengar dengan jelas pembicaraan keduanya.

“Kamu pacarnya anak saya?” tanya Papa Eca tidak percaya.

“Iya, Om.”

Papa Eca menghembuskan napasnya pelan. Matanya menatap meneliti kepada Faris yang duduk tegap sembari memamerkan senyum manis miliknya.

“Eca udah punya pacar?”

Pertanyaan itu membuat Faris menoleh dan menemukan seorang lelaki yang lebih tua darinya baru saja datang dengan bertelanjang dada.

“Abang, bajunya dipakai dulu!”

Teriakan sang mama, Thomas abaikan begitu saja. Dia baru saja selesai mandi, lalu telinganya langsung mendengar seseorang yang mengaku sebagai kekasih Eca.

“Lo pacarnya adik gue?” tanya Thomas dengan terkejut.

“Iya.”

“Lo Faris Adiyaksa, kan?” tanya Thomas lagi.

Kali ini Faris hanya menganggukkan kepalanya.

“Gimana bisa lo jadi cowoknya adik gue?”

“Thomas.”

Teguran itu membuat Thomas menoleh kepada sang papa.

“Pakai baju sana ke kamar.”

Thomas menghela napas pelan. Tanpa suara Thomas langsung melangkahkan kakinya kembali ke kamar. Di rumahnya, perintah sang papa tidak bisa diabaikan begitu saja.

“Maafkan tingkah anak sulung saya, dia hanya terlalu menyanyangi adiknya,” ucap Papa Eca kepada Faris setelah Thomas pergi ke kamarnya.

“Tidak apa-apa Om, saya maklum.”

Papa Eca tersenyum tipis kepada Faris. “Sebenarnya Eca masih terlalu kecil untuk mempunyai kekasih. Tapi melihat kamu yang dengan berani datang ke rumah saya dan mengenalkan diri sebagai kekasih Eca, saya rasa kamu punya rasa tanggung jawab yang besar. Saya mengizinkan Eca berpacaran dengan kamu. Tapi saya harap kamu tahu batasan-batasan dalam berpacaran. Saya tidak mau Eca berubah ketika berpacaran dengan kamu.”

“Om tenang saja, papa saya juga selalu memberikan saya batasan-batasan dalam bergaul. Saya tidak akan merubah Eca, dia masih akan menjadi anak perempuan, Om.”

“Baiklah,” jawab Papa Eca, lalu lelaki paru baya itu melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. “Sudah mau jam setengah tujuh, kalian harus berangkat sekolah. Eca...”

“Iya, Pa,” jawab Eca sambil mengenakan tas punggungnya dan menghampiri sang papa.

“Sudah mau siang, kamu berangkat sama Faris.”

Eca menganggukkan kepalanya. “Eca pergi dulu, Pa.”

“Hati-hati.”

Eca kembali menganggukkan kepalanya setelah mencium punggung tangan sang papa.

Gadis GendutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang