Bab 3

14.5K 996 31
                                    

Selamat membaca



Jam pulang sekolah sudah terdengar beberapa menit yang lalu dan Eca baru keluar dari kelasnya. Karena memang sudah menjadi kebiasannya, yang pulang menunggu sepi terlebih dahulu.

Faris tadi sudah mengirimi Eca pesan yang mengatakan akan menunggu Eca di tempat parkir. Sesampainya di tempat parkir, Eca melihat Faris yang tengah bertengkar dengan gadis yang tidak Eca kenali.

Namun, saat Eca sudah berada di jarak yang cukup dekat dengan keduanya, Faris terlihat menyuruh gadis itu untuk pergi. Faris tersenyum menyambut Eca, sedangkan Eca walau terlihat bingung dia tetap membalas senyuman Faris.

“Kamu lapar nggak?”

“Masih belum, Kak Faris lapar?”

“Iya nih, cari makan yuk.”

“Iya boleh, tapi pulangnya jangan sore-sore.”

“Cuman makan, habis itu kita pulang.”

Eca menganggukkan kepalanya. Saat Faris menyerahkan helm-nya, sebenarnya Eca ingin bertanya namun gadis itu mengurungkan niatannya. Eca belum mempunyai keberanian sebesar itu untuk bertanya. Eca takut Faris malah akan mengira dia terlalu ikut campur dengan urusan pribadi cowok itu.

Mereka memang berpacaran, namun Eca mengerti batasan. Bukan berarti mereka sedang ada hubungan lalu Eca bisa mencampuri urusan pribadi Faris begitu saja bukan?

Faris membawa Eca ke tempat makan yang sering dikunjungi anak muda seperti Faris dan teman-temannya. Faris menyuruh Eca untuk duduk lalu cowok itu memesankan makanan.

Saat Faris akan kembali ke tempat duduknya tadi, Eca bisa melihat jika ada segerombolan cowok yang menghentikannya dan mereka bersalaman layaknya teman yang sudah lama tidak bertemu.

“Sama siapa, Ris?” tanya salah satu cowok itu.

“Cewek gue,” jawab Faris sambil menunjuk Eca dengan dagunya.

Cowok yang bertanya itu menoleh kepada Eca yang tengah duduk dan menatap mereka. Cowok itu menatap Eca dengan tidak menyangka lalu kembali menatap Faris.

“Baru lagi?”

Faris hanya menatap cowok itu dengan tatapan menggoda.

“Selera lo turun, ya,” ujarnya sambil terkekeh pelan.

Sedangkan Faris hanya tersenyum tipis, tidak merasa kelakuan teman lamanya itu kurang ajar. Padahal Eca yang mendengarnya merasa sedikit tersinggung namun gadis itu hanya diam.

Eca tahu maksud dari cowok yang tidak dikenalnya itu. Namun dia hanya bisa diam, jika Faris yang mengenal cowok itu saja tidak bereaksi apa-apa, lalu Eca bisa apa?

“Udah, gue mau ke sana dulu.” Faris berucap sambil berjalan ke arah Eca.

“Aku udah pesan, bentar lagi diantar,” ujar Faris begitu mendudukkan dirinya di depan Eca.

Eca hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum tipis. Gadis itu mencoba menghilangkan pikiran negative-nya. Bisa saja Faris hanya diam karena di sini sedang ramai. Dan juga tidak mungkin bertengkar di tempat seperti ini hanya karena dirinya bukan?

Eca mencoba berpikir jika Faris tidak mungkin sejahat itu kepada dirinya. Faris yang memintanya menjadi kekasih cowok itu. Faris juga yang dengan berani datang menghadap ke papanya. Jadi tidak mungkin Faris hanya memainkannya.

Setelah makan dan sesekali melemparkan candaan, Faris langsung mengantar Eca pulang seperti kemauan gadis itu tadi. Motor yang ditumpangi mereka berdua telah sampai di depan rumah Eca.

Gadis GendutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang