Jeno mulai melakukan perlahan mobil hitam berukuran sedang miliknya ke jalan raya yang tidak terlalu padat.
Setelah menghubungi Siyeon bahwa dirinya akan terlambat menuju coffee shop karena Jeno yang bangun kesiangan hari ini. Tentu saja kesiangan, malam itu Jeno tidur pukul tiga pagi karena mementingkan sketch book dan sebilah pensil dari pada tidur.
Jeno saja bahkan belum melahap sedikitpun makanan, tadi hanya minum air mineral dan selebihnya memilih untuk berangkat menemui Siyeon. Jeno hanya tidak tahu akan berefek bagaimana jika perut belum diisi oleh makanan tetapi sudah diisi oleh secangkir kopi.
Asam lambung yang naik.
Lagu milik Simpel Plan yang melantun dari radio mengiringi perjalanan Jeno. Jarinya mengetuk setir menyesuaikan dengan tempo lagu yang diputar.
"Selamat siang buat kamu yang lagi menjalani aktivitas, buat yang baru jatuh cinta."
Lagu milik Simple Plan sudah habis putar dan kemudian penyiar terdengar menyapa para pendengar.
"Baru aja diputar lagu milik Simple Plan: Summer Paradise. Buat kamu yang disana, yang request, lagunya sudah diputar."
"Kita hari ini harus seneng-seneng, nggak ada galau-galau. Nah ini, satu lagi lagu buat kamu yang lagi kasmaran. Jaz: Dari Mata."
Jeno benar-benar tidak tahu lagu ini. Jeno itu layaknya anak muda yang hidup di pedalaman. Ketinggalan zaman.
matamu melemahkanku
saat pertama kali kulihatmuJeno mendeliki mendengar lagu yang mulai terputar. Apa-apaan?!
Jeno akan bersikap tenang, sebenarnya gelagatnya merasa tidak suka dan tidak nyaman mendengar lagu itu. Lampu lalu lintas berubah warna menjadi merah, ini akan membuat Jeno mendengar lagu ini; terpaksa.
oh, mungkin inikah cinta
pandangan yang pertamaOkay, Jeno membuka sebotol air mineral yang sengaja ditaruh di mobil dan meminumnya perlahan; kemudian menelannya dengan susah payah.
dari matamu, matamu
kumulai jatuh cintaJeno dengan segera melajukan mobilnya saat lampu lalu lintas berubah warna menjadi hijau. "Kalau gue bilang dari rambut, gimana?" ucap Jeno yang mengomentari lagu dari radio. Jeno jadi ingat kejadian saat hujan kemarin.
Mobil Jeno perlahan menepi disebuah toko roti dekat coffee shop tempat Siyeon bekerja; Jeno belum tahu bahwa coffee shop itu milik Siyeon. Jeno dengar-dengar toko roti ini sangat ramai dan memiliki banyak macam varian roti.
Perlahan Jeno memasuki toko roti yang dibilang sedang tidak ramai pengunjung. "Kira-kira apa ya?" Jeno melihat deretan kue yang dipajang sebagai contoh; red velvet, cheesecake, rainbow cake.
Setelah memutuskan, Jeno berjalan ke arah kasir untuk memesan. "Cheesecake satu; loyang. Macaroon satu lusin. Dibungkus." Jeno tidak tahu Siyeon menyukai kue apa, tapi biasanya seorang perempuan menyukai cheesecake-mungkin, Jeno juga tidak tahu. Mungkin karena cheesecake lebih familiar daripada kue yang lain. Untuk macaroon; hanya makanan sampingan.
Setelah membayar cheesecake dan macaroon, Jeno segera pergi dari toko kue dan berjalan sedikit untuk sampai ke coffee shop.
Jeno mendorong pintu dengan susah payah karena kedua tangannya dipakai untuk membawa bingkisan. Meja barista dekat meja kasir, melihat bagaimana Siyeon yang sedang meracik kopi untuk pelanggan. "Nona, lagi sibuk?" Siyeon menoleh saat Jeno memperhatikannya.
"Sudah datang dari kapan?" Siyeon berujar sebelum memberikan kopi; ice americano pada pelanggan yang sedang menunggunya lalu mengucapkan terimakasih.
"Barusan. Sibuk ya?" tanya Jeno.
"Engga, ini bentar lagi jam istirahat." Siyeon menoleh, menatap jam dinding yang sebentar lagi menunjukkan pukul dua belas.
"Hari ini mau kopi apa?" Keduanya tangan Siyeon bertumpu pada meja barista yang membuatnya berhadapan langsung dengan Jeno. "Ice americano?"
"Sebelumnya sudah makan belum?" Jeno menggeleng perlahan menanggapi pertanyaan Siyeon. "Mau minum kopi sebelum makan, beneran? Mungkin nanti sore masuk rumah sakit. Kalau buat orang yang nggak terbiasa minum kopi, asam lambung bisa naik."
"Gue bener-bener kesiangan tadi, sampe nggak sempet makan. Ini juga tadi ke ke toko roti, bawa bingkisan buat lo. Suka cheesecake sama macaroon kan?" Jeno menunjuk cheesecake yang dibungkus rapi.
"Buat aku?" Siyeon tertegun dengan wajah kagetnya, baru saja semalam Siyeon memakan cheesecake dengan melihat foto-foto yang diposting Jeno, Siyeon malu sekarang.
Jeno mendorong bungkus cheesecake dan macaroon hingga mengenai tangan Siyeon. "Nggak ada penolakan. Gue udah beliin, rasa terimakasih aja buat chat yang kemarin."
"Thanks."
"Mau jalan-jalan? Mall mungkin?" Tangan Jeno mengetuk perlahan di meja barista. "Mau?"
"Boleh. Sekalian aku belanja buat coffee shop aja. Nggak papa kan?" Jeno mengangguk dengan senyumannya yang mengembang.
"Aku ganti baju bentar ya." Siyeon buru-buru menyimpan cheesecake dan macaroon pada lemari pendingin dan kemudian beranjak pergi untuk mengganti pakaiannya.
"Aku tunggu ya..." Siyeon berhenti tiba-tiba saat Jeno berujar untuk menunggunya. Siyeon menoleh menatap Jeno dan sekilas tersenyum. Aku-kamu, Siyeon berjalan cepat agar sampai ke ruang ganti dan menyembunyikan senyumannya disana.
Aku-kamu, Siyeon suka saat Jeno menggunakan kata-kata itu.
Aku-kamu, Jeno menjadi berbeda dari biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kala Hujan
Fiksi PenggemarKala hujan, Kami bertemu ft. Lee Jeno and Park Siyeon ©Tissata, 2019