let's go home

3.2K 486 37
                                    

Johnny merangkul pundak Taeyong melewati Jaehyun begitu saja. Ia membawa Taeyong menuju kamar yang sudah dipesannya. Sedikit menyeret lebih tepatnya. Karena Taeyong terlihat enggan berjalan dan masih setia memandang Jaehyun.

Jaehyun sendiri hanya mengalihkan pandangannya saat mendapat tatapan sendu dari Taeyong. Memangnya apa haknya mencampuri urusan pribadi Taeyong? Kenapa juga Taeyong harus memandangnya seperti itu? Mereka baru berkenalan kemarin sore kalau kalian lupa. Lebih tepatnya, mereka hanya orang asing yang melakukan perjalanan bersama.

Tapi orang asing tidak berciuman! Anggap saja mereka berdua hanya terbawa suasana tadi. Bahkan orang-orang biasanya dengan mudah melakukan one night stand. Jadi Jaehyun tidak perlu terbawa suasana kan? Ia tidak perlu merasa sesedih ini saat Taeyong kembali ke kekasihnya kan?

"This is your room, sir" sang resepsionis mengulurkan kunci kamar.

"Thanks" jawab Jaehyun ringan sebelum melangkah ke arah yang berbeda dari Taeyong.

Ia menghela nafas panjang. Ternyata begini ya rasanya tidak bisa mendapatkan apa ia inginkan. Sedikit sesak.

Sedetik kemudian ia tersenyum. Yah... Begini lah hidup seperti orang normal. Pernah kecewa. Dirinya hanya harus melupakan Taeyong dan meneruskan perjalanannya.

***

Taeyong masih setia menatap punggung Jaehyun yang menjauh. Apakah tatapan memohonnya tidak tersampaikan? Kenapa Jaehyun melepasnya bersama Johnny?

Apakah ia terlalu berharap lebih pada Jaehyun? Apakah ia salah mengartikan semua perlakuan Jaehyun? Apakah... Ciuman tadi tidak berarti apapun?

Perasaan sesak mulai menghantamnya. Ia bahkan tidak bisa menahan air matanya agar tidak terjatuh. Tarikan di tangannya terasa semakin kencang dan menyakitkan. Tapi fokus Taeyong justru pada hatinya yang lebih sakit karena terlalu berharap dan kecewa.

Seharusnya ia sadar, ciuman tidak pernah berarti apapun untuk orang Amerika.

Taeyong terdorong keras ke dalam kamar ketika Johnny membuka pintu. Ia bahkan terhuyung dan hampir terjatuh ke lantai. Sungguh, Johnny benar-benar kasar.

"Nah... Sayang, coba beri tahu aku alasan kenapa kau menghabiskan begitu banyak uang hanya untuk bermain-main seperti ini?"

Taeyong menelan ludah gugup. Johnny memberikan tatapan yang sangat mengintimidasi. Secara refleks tubuh Taeyong mengkerut ketakutan. Ia menjauhkan diri dari Johnny.

Brak!

Johnny menaruh tas ranselnya secara kasar di samping pintu. Hal itu jelas membuat Taeyong semakin bergetar ketakutan. Apalagi, saat ini Johnny sedang melangkah mendekatinya.

Wajahnya ia tundukkan saat tangan besar Johnny mengelus pipinya. "Kenapa tidak menjawab? Hmm..."

"KENAPA?!"

Plak!

Johnny menamparnya. Taeyong terlalu ketakutan untuk sekedar menjawab. Johnny yang sedang marah sangatlah buta. Apapun yang dijawab Taeyong akan terasa salah.

"Arghh!!!" teriakan Taeyong terdengar saat tangan besar Johnny beralih menjambak rambutnya secara kasar.

"Kau tidak perlu menjalang sejauh ini, sayang..." kata-kata Johnny jelas melukai hatinya.

"Kau hanya perlu berkata padaku kalau kau haus belaian, aku akan dengan senang hati membukakan jasa. Kita bisa sama-sama diuntungkan... Kau bisa mendapatkan kepuasan diri, dan aku bisa menikmati bayarannya. Bukankah itu impas?"

Sakit. Sungguh, perkataan Johnny sangat-sangat melukai perasaannya. Mendapatkan kata-kata sekejam itu dari kekasihnya jelas membuat Taeyong terisak semakin keras. Meski kekasih itu tidak dicintainya sama sekali.

"BERHENTI MENDRAMA SIALAN!!!"

Johnny mendorong kepala Taeyong hingga terantuk ujung ranjang disampingnya. Taeyong pastikan, ia akan mendapat memar yang sangat lama hilangnya.

"Kau sedang tidak bermain drama... Kalau kau ingin, besok setelah kembali ke Korea aku akan menerima drama baru yang ditawarkan. Lumayan, kau ditawari menjadi pemeran utama. Bayarannya jelas sangat banyak" ucap Johnny sambil berjalan menjauh. Sekedar mengambil sekaleng bir di ranselnya sebelum duduk di ranjang.

Meminum bir itu dengan sekali teguk sebelum membantingnya keras disamping tubuh Taeyong yang meringkuk di kakinya. Tangan kirinya ia gunakan untuk mengelus rambut Taeyong pelan. Sedang tangan kanannya bergerak diatas layar ponsel. Mencoba menghubungi seseorang.

"Halo, sajangnim" sapa Johnny ramah.

"Apa?! Kenapa menghubungiku?! Sudah berhasil menemukan Taeyong?!" teriakan wanita di ujung telepon terdengar kasar. Johnny sengaja mengaktifkan pengeras suara agar Taeyong bisa mendengarnya juga.

"Neee... Sajangnim" balas Johnny masih dengan nada ramahnya. "Taeyong sudah bersamaku sekarang... Sajangnim tidak perlu khawatir"

Johnny mengulurkan ponselnya ke depan wajah Taeyong. Mengisyaratkan agar ia menyapa atasannya.

"H--Halo sajangnim... Ini Taeyong" ujarnya sambil menahan isakan.

"Nah... Sajangnim bisa mendengarnya sendiri kan?" sambung Johnny setelahnya.

"Hmm... Baguslah. Aku tidak jadi menuntut kalian. Cepat kembali!"

"Ne... Kami kembali secepatnya" setelah itu sambungan diputus.

Johnny kembali memandang Taeyong dengan tatapan tajamnya. "Kau dengar sendiri? Kita terancam dituntut!" ucapnya tanpa menutupi kemarahannya seperti tadi.

"Sajangnim berkata kalau kau tidak kembali maka kita berdua akan dituntut atas tuduhan pelanggaran perjanjian! Aku jelas tidak mau menyerahkan uangku untuk itu! Jadi, jangan pernah berani-berani kabur dariku lagi"

Johnny menarik sabuk dari pinggangnya. Menarik tangan Taeyong secara kasar den mengikatnya menggunakan ikat pinggang tersebut dibelakang punggung.

Tak cukup itu, ikat pinggang Taeyong pun ia gunakan untuk mengikat kaki Taeyong.

"Tidur yang nyenyak sayang... Good night" ia menepuk kepala Taeyong yang sedang meringkuk dibawah ranjang sebentar sebelum menaiki ranjang dan tidur sambil mendengkur halus.

Tbc.

Mau up lagi biar cepet selesai... Hehe 😁

Mau Jaeyong bersatu apa pisah aja nih? Kayaknya lebih masuk akal kalo mereka pisah ya... 🤭

Highway to Heaven [✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang