4. Sakit

87 5 6
                                    

Hallo, heheheh. Setelah sekian lama aku akhirnya kembali. Mohon maaf ya teman-teman.

Jangan lupa tandai typo..

***

Anna menatap langit-langit kamarnya tanpa arti. Ia bosan. Sungguh. Tumpukan buku di meja belajar sudah ia baca. Semuanya. Anna bahkan mandi dengan sangat lama. Sengaja. Pinggang Anna sampai sakit rasanya karena terlalu lama berduduk. Ia ingin curang dengan pura-pura sudah membacanya, tetapi Irina selalu memanggil seorang untuk mengecek ingatan Anna. Orang itu akan datang sekitar pukul tujuh malam. Dan itu berarti, tinggal dua puluh menit lagi Anna bisa menikmati waktunya. Anna ingin tertidur atau bahkan pura-pura tidur. Percuma. Dirinya sudah pernah melakukan hal itu yang diakhiri dengan Irina membangunkannya dan menyuruhnya meminum secangkir kopi pahit dengan kafein tinggi yang membuat Anna tidak bisa tertidur semalaman.

Ketat sekali kehidupannya ya.

Terkadang, Anna juga mengeluh seperti orang-orang. Dirinya begitu dijaga dengan ketat. Tetapi hidup Anna tidak seburuk itu kok. Orang tuanya hanya super protektif dalam belajar, sama sekali tidak melarang Anna dalam urusan apapun selagi itu adalah hal yang positif. Itu karena Irina dan Anwar tidak memiliki banyak waktu dengan Anna. Hanya satu hari dalam seminggu mereka benar-benar bisa bercakap-cakap seperti keluarga pada umumnya. Jadi, Anna sering nongkrong dengan teman-temannya, belajar bersama, melakukan banyak hal seperti remaja pada umumnya. Hanya saja, teman-temannya yang tidak tahu diri.

Mereka hanya memanfaatkan.

Kecuali Daniel tentu saja.

Suara ketukan pintu membuat Anna menoleh sesaat. Apa sudah waktunya? Anna melirik jam di dinding kamarnya, masih lima belas lagi sebelum jam tujuh. Apa jadwalnya dipercepat?

"Anna."

Anna cukup kaget ketika mendengar suara tersebut.

"Gue boleh masuk?" Tanyanya. Itu suara Daniel. Anna tidak menjawab, hanya memilih bangkit dari telentangnya dan memilih duduk. Tidak membukakan pintu sama sekali.

"Masuk aja," Ucap Anna pada akhirnya setelah mereka sempat sama-sama terdiam untuk beberapa detik.

Sosok Daniel muncul dari balik pintu.

"Boleh gue duduk?" Tanyanya lagi. Anna hanya mengangkat bahu acuh kemudian menunjuk kursi belajarnya dengan dagu.

Sepertinya gadis ini masih marah dengan Daniel. Bukan, Anna memang masih marah.

Dengan langkah pelan dan penuh keraguan, Daniel memberanikan diri untuk duduk. Ini pertama kalinya Daniel ke kamar Anna. Bayangkan saja, laki-laki yang masuk ke dalam kamar perempuan terdengar sangat... tidak sopan? Karena kamar merupakan tempat yang paling privacy tentu saja.

Daniel memang sering ke rumah ini. Tetapi biasanya mereka menghabiskan waktu di taman belakang rumah Anna, atau Daniel yang mengajak Anna pergi ke suatu tempat. Terkadang Daniel dan Anna juga menghabiskan waktu di dalam ruangan yang Anna sebut sebagai markas. Ruangan itu berisi banyak sekali game. Sudah seperti zona bermain. Daniel dan Anna sering bermain karaoke di dalam sana. Bernyanyi bersama walau hanya suara Anna yang bagus, suara Daniel sudah seperti suara kambing kejepit saja. Dirinya tidak berbakat. Hanya karena Anna, Daniel rela mengeluarkan suaranya yang menjadi aib dalam dirinya.

Demi membuat gadis itu bahagia.

"Kenapa?" Anna langsung menanyakan kedatangan Daniel.

"Lo masih marah?"

"Iya."

Ucapan yang sangat memohok. Daniel berdehem, menghilangkan rasa gugup yang menyerang. Di dalam kamar perempuan dan Anna yang mengenakan baju tidur bergambar panda merah... yang diberikan Daniel tahun lalu. Gadis itu tidak bercanda bukan? Bagaimana bisa Anna marah kepadanya tetapi mengenakan barang pemberian Daniel?

Circle : The ReverengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang