POV Papa Sabrina.
"Miranda ini apa?"
"Mas aku bisa jelaskan. Ini nggak seperti yang kamu pikir "
Aku menemukan surat keterangan tes DNA putra bungsu kami. Tapi DNA yang tertera 99,9% tidak sama denganku. Suami mana yang bisa memahami semua ini. Tapi aku tak ingin emosi sampai kehilangan akal.
Perlahan kucoba mendengarkan penjelasan istriku Miranda."Mas. Maafkan aku."
"Jadi ini benar?"
"Mas aku minta maaf."
"Apa salah dan kurangku Miranda?"
"Enggak, Mas. Kamu sempurna."
Bibir Miranda mengatakan sempurna tetapi perbuatannya sama sekali tidak mencerminkan hal itu. Dengan terus menangis sampai memohon Miranda terus mengucap kata yang sama 'maaf'. Tapi hati ini terasa dihujami ribuan anak panah. Aku bangkit mencoba untuk tetap mengontrol diri.
"Jelaskan bagaimana bisa?"
"Ini dua tahun lalu, Mas."
"Dua tahun? Dua tahun Miranda? Ya Allah ..."
"Mas ... maafkan aku."
"Lanjutkan."
"Saat itu aku sama anak-anak lagi nonton di bioskop. Nggak sengaja aku bertemu sama Tomy."
"Tomy? Bukankah kau bikang dia teman sekolah?"
"Iya dia teman sekolah. Tapi dia juga mantan pacarku, Mas."
"Miranda ... Kau membuatku tak bisa bernapas."
Aku nggak tahu gimana bisa. Tapi yang jelas cinta diantar kami tumbuh lagi, Mas."
"Cinta? Kau mencintai lelaki lain saat bersama suamimu? Bahkan kau berani mencintai mantanmu?"
"Aku ngaku salah Mas. Aku khilaf."
"Lalu kau mengenang masa indah?"
"Enggak Mas. Nggak begitu?"
"Lalu?"
"Kami sering ketemuan. Jalan bareng. Tapi ... Tapi aku pergi dengan anak-anak, Mas. Nggak pergi sendiri."
"Hmmm ..."
"Akhirnya aku pergi sendiri. Dan disitulah kami khilaf."
"Berapa kali?"
"Mas ..."
"Aku bertanya Miranda."
"Setiap kami bertemu."
"Haah ... Miranda aku tidak sangka."
"Maafkan aku, Mas."
"Kau menunaikan kewajiban padaku. Tapi kau menunaikannya juga untuk orang lain. Miranda apa kau semurah itu?"
"Ampunkan aku, Mas."
"Lalu kenapa kau tega Miranda?"
Aku terduduk di sofa yang ada di kamar kami. Memegangi kepala yang terasa amat sakit.
"A-aku ..."
"Sakit Miranda. Jantungku sakit. Kenapa kau tidak memintanya bertanggung jawab?"
"Dia menghilang Mas setelah tahu aku hamil."
"Miranda ... apa kau tidak berpikir kita punya anak lelaki dan perempuan. Bagaimana jika mereka menerima karma atas dosa ibunya?"
"Mas ... Mas. Tolong dengarkan aku."
"Jika aku yang melakukannya apa kau terima?"
"Mas ..."
"Kau tidak bisa menjawabkan."
Miranda diam membisu tak menjawab pertanyaanku.
"Aku ikhlas. Aku akan maafkan kamu."
"Miranda ... Miranda. Kau berdusta!"
Emosiku mulai tak terkendali. Aku mengeluarkan ucapan dengan nada yang membuat Miranda terkejut.
"Maas ..."
"Dimana alamat bajingan itu?"
Miranda melotot sembari memegang dadanya. Air mata kian pecah dan mengalir deras dimata indahnya.
"Dimana! Akan kubunuh lelaki yang telah menyentuh istriku."
Miranda bangkit dan memeluk tubuhku kuat. Dia mengenal diriku. Aku tidak pernah marah selama pernikahan kami. Hanya sekali itu pun karena sesuatu yang memang tidak layak dimaafkan.
"Maas ... kumohon."
Aku melepaskan pelukan Miranda dan meremas bahunya.
"Aakkh ..."
Pekik Miranda ketika remasanku mencengkeram kuat.
"Sakit?"
"Sakit, Mas. Lepaskan!"
Miranda memberontak. Aku melepaskan tanganku dari Miranda.
"Hati ini lebih-lebih sakit Miranda. Aarrrgghh!!"
Miranda bersimpuh di kakiku. Memohon untuk dimaafkan. Bagaimana bisa aku memafkan perbuatan yang sangat hina ini.
Aku mengelak dan keluar sambil membanting pintu. Miranda mengejarku tanpa menghiraukan anak-anak.
"Mas ... Mas kamu mau kemana?"
"Aku mau ke rumah orang tuamu."
"Mass!! Aku tahu aku salah. Tapi tolong jangan lakukan ini."
Aku tak peduli. Dan terus melangkah. Kuhidupkan mobil dan langsung kugas. Walau lelaki tapi aku punya hati. Dan perasaan ini sungguh sangat sakit.
***
Took ... took ... took.
"Assalamu'alaikum."
Aku dikagetkan dari belakang. Ternyata Miranda mengikuti sampai ke rumah orang tuanya.
"Mas ... Mas jangan lakukan ini kumohon."
"Assalamu'alaikum."
"Mas!!"
"Wa'alaikum salam. Eeh kok tumben datang malam begini. Kenapa?"
"Papa ada, Ma?"
"A-ada di dalam. Ayo masuk."
"Mass ..."
"Kenapa Miranda? Ada apa ini?"
Aku langsung berjalan menuju ayah mertuaku yang sedang duduk menonton berita.
"Pa ...." Aku mencium tangan lelaki tua itu.
"Ada apa ini? Kenapa malam-malam datang?"
"Pa. Apa sebagai menantu saya ini kurang baik? Atau ada sesuatu dari diri saya yang tidak disenangi?"
"A-apa maksudnya ini?"
"Mass ..." Miranda merengek.
"Huh. Saya nggak tahu Pa harus bersikap seperti apa."
"Ada apa sebenarnya? Miranda ada apa?"
"Papa maafkan Miranda ..."
"Ma anakmu ini kenapa?"
"Ndak tahu, Pa. Kalian jangan buat kami bingung. Tolong jelaskan saja langsung."
"Maafkan Miranda. Miranda sudah berbuat sesuatu yang salah."
"Nak ceritakan semuanya dari awal."
"Si bungsu bukan anak saya Pa."
"Apaa!!"
"Pa ini ... ini salah Miranda."
"Anak siapa dia?"
"Anak Miranda Papa. Dia anak Miranda."
"Lalu maksudnya apa?"
"Itu anak Miranda dengan Tomy."
"Aaaggh. Apa ini Miranda? Ya Allah cobaan apa ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Kedua Ayahku
RomanceSabrina gadis remaja berusia enam belas tahun harus menjadi saksi hancurnya hubungan kedua orang tuanya. Dengan amarah dan sakit yang amat dalam dia terus berusaha menyingkirkan wanita lain yang menjadi istri kedua ayahnya. Bagi Sabrina hanya Mama...