Miranda berlalu tanpa mencium tangan seperti dulu.
Aah rasanya ada penyesalan karena memberinya kesempatan kedua. Tapi balik lagi semua ini demi anak-anakku. Aku akan bertahan semampunya demi mereka. Tubuh ini terasa begitu letih. Aku melangkah gontai keruang tamu, membaringkan tubuh disofa panjang berwarna pink kesukaan anak perempuanku.
"Paa.. papa banguuun.." Sabrina menggoyang pelan bahuku.
"Kenapa sayaang?" ucapku sambil berusaha menyadarkan diri.
"Mama kok belum pulang ya, Pa sampe jam segini?"
Aku duduk dan melirik jam dinding yg berada disamping kanan. "Mama belum pulang sampai jam 12 malam?"
"Rina udah telpon berulang kali, tapi mama sama sekali ga angkat. Rina takut mama kenapa-kenapa Pa..."
"Rina tunggu ya Papa akan coba hubungi mama," aku berusaha mencari gawaiku. "Yah hp papa mati sayang."
Sabrina dengan cekatan mencari kabel cas dan langsung menghidupkan telponku.
"Adek udah tidur semua kah, Rin?"
"Sudah pa, rina udah periksa juga mereka udah lelap paa..."
"Trus rina kenapa belum tidur sayang?" Tanyaku sambil mengelus kepala putri kesayanganku ini.
"Pa, hp papa dah 5% bisa telpon mama." Sabrina tampak sangat mengkhawatirkan ibunya.
Aku menelpon miranda berulang kali, namun tak ada respon sama sekali. Bahkan pesan yang ku kirim pun hanha dibaca tanpa dibalas. Melihat Sabrina yg tambah khawatir aku terpaksa harus berbohong.
"Udah sayaang, mama bilang ga bisa pulang karna ada acara lain setelah arisan tadi. Mama nginep dirumah Nena. Sabrina ga perlu cemas kan mama juga ga kenapa-napa sayang. Rina tidur duluan aja, besok mama pasti pulang."
Raut wajah kekecewaan dan kecemasan terpampang jelas diwajah putriku. Usianya baru 15tahun tapi sikap melindunginya sangat besar.
Aku tak bisa membiarkan putriku kecewa. Ku ambil gawaiku lalu menghubungi temannya."Maaf Akbar aku gatau mira dimana, kamu mungkin bisa menanyai teman yang lain."
"Maaf wahyu aku tau kau sangat mencintai istrimu tapi mungkin saja dia dirumah ibunya, kau seperti burung kehilangan tuannya saja. Padahal mira baru pergi sebentar."
"Maaf Pak saya gamau ikut campur urusan keluarga orang lain, tpi setelah arisan kami selesai Bu Mira bergegas pergi dengan terburu-buru."
Tiga dari temannya yang kuhubungi hanua satu yang mau memberi sedikit info. Ya, begitulah circle istriku dia akan terlena dengan pujian mereka dan lupa bahwa dirinya seorang ibu.
"Bar, lu dimane?" Roni teman yang bahkan sudah seperti saudaraku menghubungi.
"Gue dirumah, kenapa Ron tumben amat lu nelpon jam segini," ujarku sambil membenahi sofa yang ku tiduri tadi.
"Loh gue liat mira di resto tempat kita biasa ketemu. Gue kira mira bareng elu, soalnya dia sama laki-laki."
Degg... Jantungku seakan berhenti sejenak.
"Becanda lu ga enak, Ron. Mana mungkin istri gue tengah malem gini direstoran sama cowok lagi. Paling lu salah liat, istri gue tadi emang pergi tapi biasanya kalau dia telat pulang ya dia kerumah ibunya."
"Lu liat deh gue fotoiin, buruuu. Mending lu kesini deh gue jagaiin ni."
Aku membuka whatsapp dan ternyata benar saja, Mira dengan seorang lelaki yang tak ku kenal terlihat bahagia lepas dalam foto itu.
"Bar woooii, jawab! Malah diem lu cepetan kemari "
Tanpa lama-lama aku menutup telpon dan langsung menuju ke restoran tersebut.
**********
"Tu Bar, gue bilang juga ape bini lu si mira sama cowok lain." Roni menunjuk ke arah meja itu.
Yah aku melihatnya, Mira dan seorang lelaki yang tak kukenali. Mereka menyantap hidangan dengan sesekali tangan lelaki itu menggengg tangan mira mesra.
"Apa lagi hajaar." Roni nampak memprovokasiku.
"Jadi ini tempat arisan kamu?" ucapku yang membuat mira langsung refleks bangkit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Kedua Ayahku
RomanceSabrina gadis remaja berusia enam belas tahun harus menjadi saksi hancurnya hubungan kedua orang tuanya. Dengan amarah dan sakit yang amat dalam dia terus berusaha menyingkirkan wanita lain yang menjadi istri kedua ayahnya. Bagi Sabrina hanya Mama...