Jalan-jalan mengisi kau
Sebagai wujud sebuah harapan
Menemui kesunyian-kesunyian
Ada kehilangan yang tak pernah kau dapatkan pada sorot mataku; tentang seorang wanita yang tak pernah beranjak dari pikiran dan kata-kata, yang selalu ada hanya untuk meramu rasa dan melahirkan renjana kemudian membunuhnya. Ada kecewa yang tak pernah kau temukan pada senyumanku; tentang kepergian pada cerita bahagia yang kau sajikan di suatu petang lalu kusambut hangat dengan sebuah tawa terperih atas luka-luka yang kuderita. Sadarkah jika dirimu tak pernah menyadari kesadaranmu sendiri. kau lupa tentang siapa yang lebih layak kau cintai, yang lebih layak kau langitkan dan yang lebih mengerti tentang dirimu sendiri; tidakkah kau pahami bahwa waktu yang telah begitu jauh menemani kita bukanlah tanpa sebab sampai detik ini aku masih berdiri di sampingmu. Memang benar kau pernah berkata "kita biarlah menjadi seorang sahabat yang selalu ada hingga nanti, hingga Tuhan berkata waktunya pulang untuk kita saling meninggalkan tatap dan dekap" Namun kau lupa bahwa aku bukanlah Malaikat yang dapat begitu patuh pada sang-pencipta; aku hanyalah manusia biasa sepertimu yang juga bisa ingkar atas janji-janji. Bukanlah penghianat, tetapi hatiku terlalu egois menolak kau sebagai bukan siapa-siapa.
Ada namun tiada; sejatinya kau memang tak pernah pergi dari kehidupanku setelah sepasang lengan memutuskan saling menggenggam dan saling bercerita perihal asal, tangal lahir dan apa yang menjadi hobimu pun denganku, namun pada rentang waktu yang begitu lama di antara kita melahirkan rasa dalam dadaku dan hanya aku. sedangkan kau tak pernah ada pada bagian terkecil sekalipun dalam asa balasan yang selalu aku semogakan; yang selalu kuanggap ada sebagai embun yang malang menantiku terbangun dari semua mimpi-mimpi dan rela mati oleh cahaya mentari sebuah masa lalu dan nyatanya kau tiada, aku tiada dan kita tiada dalam kisah-kisah indah yang sejatinya hanya aku pemeran tunggal dalam lahirnya luka-luka.
Perlahan langit semakin meredup. Lembayung mulai hilang melalui sela pohon-pohon rindang. Banyak harapan yang ikut tenggelam bersama doa-doa pada kesunyian dalam dada mereka masing-masing. Sudah tak ada lagi kita dalam tatap mata orang-orang, tak ada lagi kenangan yang dapat tercipta dalam kehilangan yang sudah-sudah dan aku akan mencoba berjalan tanpamu dalam derap yang perih meski hati telah lebih dulu kehilangan sebelum sempat memiliki seutuhnya.
"aku akan mencoba berjalan tanpamu
dalam derap yang perih meski hati telah lebih dulu kehilangan
sebelum sempat memiliki seutuhnya."