Dalih

2 1 0
                                    


Rasa tumbuh tanpa dimengerti

Bersama berusaha memahami

Meninggalkan selalu berdalih

Dulu saat aku masih yang mereka sebut ingusan menyaksikan begitu banyak orang dewasa saling merangkul, saling melempar senyuman ketika duduk berdua menyaksikan kami yang sedang bermain di suatu petang. aku sempat bertanya dalam hati "apakah itu yang mereka sebut sebagai cinta?" bertemu, berbincang tentang hal-hal receh yang bahkan tanpa kata sekalipun membuat mereka tertawa; dia wanita itu akan memukul pundak atau mencubit perut si laki-laki dengan dalih merasa kesal ia tertawai, padahal bodohnya mereka sebenarnya saling menertawai rasa malu mereka masing-masing. Mereka terlihat membicarakan banyak hal sebagai omong kosong mengisi waktu yang semakin tegang atau mungkin renggang. Aneh tapi mereka bahagia.

Hingga akhirnya aku tumbuh sebagai orang yang cukup dewasa memahami apa itu cinta dan berani menyatakan sebuah rasa yang entah sangat kusut jika harus dijelaskan; aku jatuh cinta dan saling mencinta dengan wanita yang semua orang sebut istimewa; kekasih. Akhirnya aku kembali dan paham bahwa ini yang orang-orang dewasa itu rasakan; sangat-sangat membuatmu menjadi bukan dirimu sendiri, kau akan berusaha menjadi versi terbaik dari dirmu yang sebelumnya, dalam kepalamu hanya dia, dia dan dia; kau akan kehilangan dirimu sendiri, ragamu kini bukan kau tapi dia, kau hilang dalam rasa itu; mungkin kau akan dibuatnya semakin baik atau bahkan semakin buruk dan gila, tergantung bagaimana hubungan itu berakhir dan caramu menyikapinya

Aku pun tiba pada titik dimana aku harus memilih terpuruk atau kembali berdiri setelah menjalin hubungan yang benar-benar membuatku jauh berbeda, aku kehilangan wujud dari cinta yang tumbuh dalam dadaku; lenyap. ia pergi dengan alasan yang sangat baik menyayat jiwa. Katanya semua telah berbeda aku tak lagi seperhatian dulu, aku tak lagi lebih sering menemuinya, aku tidak lagi memahaminya. Akirnya dia pergi dengan tanpa sedikit pun rasa bersalah dan aku masih terdiam dengan rasa yang sama mencari-cari jawab atas pertanyaan- pertanyaan yang tumbuh dengan sendirinya

Aku sendiri; kita hilang, kau hilang, semua hilang, hanya ada kisah dengan cerita yang masih sangat hangat untuk kucerna. Kisah yang pedih bak teriris sembilu yang tajam yang baru saja berakhir menjadi sebuah arang. Sempat aku menjadi sedikit gila memikirkan hal ini hingga pada akhirnya semua terasa begitu sia-sia jika hanya terus berada pada keadaan yang sejatinya tak pernah membawa hubungan itu kembali seperti semula.

Aku pun mencoba membuka hati untuk merayakan kehilangan dan membawamu pada suatu tempat yang akan disaksikan orang banyak, agar mereka paham bahwa mencintai dengan berlebihan tidak akan pernah baik pada akhirnya, cukup mencintai dengan apa adanya agar suatu hari ketika perpisahan itu tiba sebelum kematian, kau tak terluka dengan begitu parahnya.

Semua kembali ke titik Nol, mencoba menjadi tidak lebih bodoh dari hari ini, kembali berjalan mencari rumah yang sebenarnya untuk rasa yang tersesat pada belantara luka. Sulit, namun harus ku jalani demi hidup yang seharusnya kurasakan, demi bahagia yang seharusnya akan hadir, demi kisah yang seharusnya terselesaikan. Setiap cinta berhak tumbuh, setiap rasa cinta berhak diperjuangkan, namun ketika rasa itu mulai terluka dan jatuh terpuruk oleh kenyataan pahit, ia pun berhak untuk bahagia setidaknya merayakan kehilangan yang hanya sebatas pernah dalam dirinya sendiri.






"Setiap cinta berhak tumbuh dan setiap luka berhak bahagia"

Bait SenduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang