Ten - Their Feelings

521 43 0
                                    

BUDAYAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA

**

Alexio Mahendra. Lelaki yang sejak pertama kali masuk ke dalam apartemennya dengan tampang datar sepertinya telah lenyap sejak hari ini. Untuk pertama kalinya, ia membuka pintu lalu tersenyum kecil pada seseorang yang sedang duduk memunggunginya, memainkan sendok dan garpu di atas piring kosong.

Alunan lagu You Mean The World To Me milik Freya Ridings yang berasal dari benda persegi panjang  tak jauh dari Qeyna kini memenuhi ruangan makan. Mendengar suara langkah kaki, Qeyna akhirnya menoleh. Bertabrakan mata dengan lelaki yang sejak sepuluh menit lalu ia tunggu.

“Kenapa belum makan?”

“Katanya Bos ini ngajak makan siang bareng.”

Alex tersenyum kecil, duduk di kursi yang terletak di samping Qeyna. Dengan mudah ia membalikkan kursi Qeyna menggunakan kakinya membuat Qeyna menjerit pelan karena terkejut. Kini perempuan itu berhadapan dengannya.

“Sudah sembuh?”

“Apa?”

Alex mendengus pelan, ia menyelipkan rambut yang menghalangi pelipis perempuan itu ke telinga. Hanya perlakuan sederhana, namun Qeyna dapat merasakan aliran darahnya bekerja dua kali lebih cepat.

Setelah memastikan bahwa luka itu sedikit lebih baik, Alex beralih menatap mata gadis itu cukup lama.

“Kita...kita jadi kan... Makannya?”

“Kenapa?”

“Siapa?”

“Kamu.”

“Emangnya aku kenapa?”

“Gugup.”

“Nggak.”

“Dasar pembohong,” ucap Alex seraya mengalihkan tatapannya pada makanan yang tersaji di meja. Demikian pula dengan Qeyna. Perempuan itu melakukan hal yang sama. Kali itu, meja makan penuh dengan obrolan sederhana meski terkadang Qeyna harus mengontrol ekspresinya agar tidak terlihat gugup dan salah tingkah. Terlebih, Alex benar-benar jago dalam menatap.

Waktu termakan oleh denting sendok selama beberapa menit hingga Alex menyelesaikan suapan terakhir dan meneguk air mineralnya. Setelah itu, tak berselang lama Qeyna melakukan hal yang sama.
“Kamu suka apa?” tanya lelaki yang nyaris tiba-tiba. Membuat Qeyna menoleh ragu.

“Aku?”

“Iya, Qeyna.”

“Banyak. Bahkan mungkin ada yang belum aku tahu atau aku lakukan dan suatu saat bakal bikin aku suka sekali.”

“Saya bukan orang yang peka.”

“Aku tahu. Kamu itu si Bos kaku dan penuh misteri.”

“Misteri?”

“Hm. Aku bahkan gak pernah benar-benar mengenal, siapa Alexio Mahendra di hadapan aku sekarang.”

Lelaki itu terkekeh pelan.  “Kamu ingin tahu saya?”

Qeyna mengangguk dan tersenyum kecil. Lelaki di hadapannya itu diam, menatap serius manik mata Qeyna yang berbinar seolah akan mendapat sesuatu yang sejak lama ia harapkan. Seolah tak ada habisnya menatap wajah Qeyna yang jauh dari kata angkuh. Perempuan di hadapannya ini begitu nyata. Dia bersikap sebagaimana yang memang dirinya. Caranya berpakaian, caranya bersikap, caranya menatap, caranya berbicara. Semua itu. Semua itu sangat kuat diibaratkan sebagai magnet raksasa bagi Alexio Mahendra. Seorang lelaki yang sudah menganggap perasaannya mati. Kali itu, ia menyangkal dugaannya. Qeyna lah yang akhirnya mengubah semuanya. Entah sebab apa.

Everything I NeedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang