Twelve - Broken

574 37 0
                                    

BUDAYAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA

***

Sepanjang perjalanan mengantar Fany ke rumahnya, tak henti-henti perempuan itu bertanya perihal Tania. Sempat terbesit untuk ikut mampir ke rumah sakit namun Qeyna rasa bukan sekarang waktunya. Mungkin ia akan izin lebih dulu pada Alex. 

"Mampir dulu, yuk, Qey?"

"Kapan-kapan aja deh, Fan, gue harus masak."

"Ya udah deh. Gue turun, ya? Makasih udah antar."

"Iya kayak sama siapa aja deh lo."

Fany terkekeh pelan. Sebelum benar benar keluar mobil, Fany kembali menoleh. "Eh iya, Qey."

"Kenapa?"

"Tadi kan sebelum gue ke apartemennya Alex, gue ke kafe dulu, kan. Niatnya mau ketemuan sama lo di sana. Tapi begitu gue bayar makanan gue, ada cowok yang baru dateng terus ambil pesanan kopinya dan bayar. Mirip Dimas. Gue tadinya mau nanya langsung ke cowok itu tapi berhubung dia buru-buru jadi gak sempat. Emang dia di Jakarta, Qey?"

"Bener itu Dimas?"

"Nggak tau, Qey. Mirip banget tapi."

"Gue juga gak tau sih, Fan. Tapi tadi dia telepon gue dua kali gak gue angkat."

"Mending lo telepon balik deh, Qey. Gue kasian aja kalo sampe dia ke Jakarta nyariin lo."

"Iya deh nanti gue telepon."

"Ya udah gue masuk dulu. Mau siapin baju buat dinner sama jodoh," ujarnya seraya terkekeh pelan sedangkan Qeyna hanya mendengus mendengarnya.

Qeyna meninggalkan komplek perumahan tempat Fany tinggal. Perempuan itu kini mencoba menghubungi Dimas namun selalu tidak di angkat. Akhirnya muncul keputusan untuk menghubungi telepon rumah lelaki itu. Tak berselang lama, panggilan itu membuahkan hasil.

"Halo," ucap seorang lelaki di seberang sana.

"Halo, Dit, ini Kak Qeyna."

"Oh Kak Qeyna. Ada apa, Kak?"

"Kakak tadi udah telepon Dimas beberapa kali tapi gak diangkat. Dia di rumah gak?"

"Loh emang Kak Dimas gak kabarin Kakak?"

"Kabarin apa?"

"Kak Dimas udah dua hari di Jakarta."

"Jakarta? Ngapain?"

"Adit gak terlalu ngerti, sih, Kak. Tapi katanya dia cuma ditugasin pindah praktek sementara di sana."

"Bentar, deh. Emang dia udah SIP? Bukannya dia baru mau koas?"

"Koas udah selesai, Kak. Dapet SIP dari dua minggu yang lalu kalo gak salah."

"Gitu, ya? Ya udah makasih, ya, Dit. Salam buat Ibu sama Ayah."

"Iya, Kak. Adit tutup, ya?"

"Iya."

Panggilan itu terputus membuat Qeyna bingung. Sekali lagi ia mencoba menghubungi Dimas, namun lagi-lagi tak ada jawaban. Mengapa lelaki itu tidak sama sekali memberinya kabar? Atau setidaknya dari bulan-bulan lalu ketika Qeyna berangkat ke Jakarta. Lelaki itu tidak sama sekali menjelaskan bahwa dia telah menyelesaikan program profesinya. Tapi meski begitu, Qeyna tidak seharusnya kesal karena selama ini pun Qeyna tidak pernah menanyakan banyak hal pada Dimas.

**

Setelah melewati lorong-lorong dan sering kali hampir menabrak beberapa perawat akhirnya Alex dan Erlan sampai di sebuah ruangan VIP rumah sakit. Seorang perempuan yang tak lain adalah Ibu Alex kini menatap kedatangan putranya.

Everything I NeedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang