Seven - Start From Here

545 38 1
                                    

BUDAYAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA

*****

Baru saja Qeyna keluar perpustakaan kampus setelah mengerjakan tugasnya. Beberapa menit yang lalu, Qeyna mendapat pesan bahwa Fany ingin mengobrol bersamanya. Perempuan itu mengatakan bahwa hal penting dan harus dibicarakan langsung. Entah apa dan Qeyna kini menunggu di sebuah taman baca tepat di samping perpustakaan.

“QEYNA,” panggil Fany seraya berlari kecil hingga sampai di hadapan Qeyna.

“Gak mau tahu pokoknya lo harus cerita. Asli lo benar-benar gak nganggap gue sahabat, Qey. Parah lo," cerocos Fany.

“Apaan sih, Fan.”

“Kenapa kemarin lo bisa pulang sama Kak Alex? Jawab!”

“Gue kira penting beneran.”

“INI PENTING BANGET QEYNA. Semalam gue gak bisa tidur gara-gara banyak yang kirim gue Line, nanyain ada hubungan apa lo sama pengacara itu.”

“Gue cuma kerja sama dia. Itu aja.”

“KERJA SAMA DIA?”

“Aduh, Fan. Gak usah teriak-teriak.”

“Kok bisa? Kok lo gak cerita?”

“Lo ingat, kan, pas gue lagi cerita di kantin itu tiba-tiba ada yang telepon gue?”

“Iya gue ingat.”

“Nah kan ceritanya belum selesai karena telepon itu. Dan telepon itu dari dia.”

“Kok kemarin—”

“Lo pikir aja sendiri. Malu lah gue punya teman kok narsis banget.”

“Ya lo juga gak bilang kalo lo kenal akrab. Kan gue gak usah susah-susah nyamperin. Tinggal minta alamat apartemennya sama lo.”

“Gue kerja di apartemennya. Tinggal di sana juga.”

“WHAT? PARAH LO HOKI QEYNA.”

“Fany! Gak usah teriak-teriak gue bilang.”

“Bangga gue, Qey. Kapan-kapan boleh dong gue main ke tempat kerja lo.”

“Lo kira apartemennya itu mall. Gila.”

“Eh tapi ada kemungkinan gak, sih, dia jatuh cinta sama lo? Secara nih kan lo sama dia satu apartemen, sering ketemu, lo juga cantik lah walau pun cantikan gue.”

“Narsis banget lo.”

Fany tertawa. “Kaya di film-film gitu, Qey. Mungkin gak, ya?”

“Nggak. Dia udah mau nikah. Bulan depan.”

“Serius? Cantik gak calonnya?”

“Cantik, kaya, modis, dan glamor.”

“Aduh beda banget, Qey, sama lo. Dibanding dia, lo udah kaya bubuk wafer di antara Nastar keju.”

“Sialan lo.”

Fany tertawa.

“Eh omong-omong gimana kabar Dimas?”

“Ya gitu.”

“Lo di kasih yang hampir mendekati sempurna dalam mencintai lo aja masih gak tergerak hatinya. Apa coba yang kurang dari Dimas dalam mencintai lo? Gue aja ragu apa masih ada cowok di luar sana yang kaya Dimas.”

“Gak bisa, Fan. Bagi gue Dimas itu cuma kisah lama dan mantan yang udah seharusnya menjelma menjadi teman. Bukan malah ngajak balikan, apalagi ke jenjang yang lebih serius.”

Everything I NeedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang