Twenty - Run Away

252 21 9
                                    

VOTE SEBELUM BACA

***

Tengah malam, Dinia melarang Qeyna untuk tidur tetapi tak menyuruhnya untuk bersiap. Helaan nafas berat terdengar lagi untuk kesekian kali, Qeyna masih bingung ada apa dengan Ibunya. Dinia nampak berkali-kali menoleh ke arah pintu masuk, membuat Qeyna semakin bingung.

"Ibu sebenarnya nunggu siapa?"

Pertanyaan ke sembilan yang terlontar dari mulut Qeyna, Dinia yang sebelumnya hanya akan menjawab dengan gelengan kepala, kini duduk di samping Qeyna. "Ibu akan kangen kamu."

"Memang aku mau kemana?"

"Nanti kamu juga tau."

"Kita nggak jadi keluar negeri?"

"Jadi."

"Lalu?"

Obrolan itu terhenti, ketukan pintu membuat Qeyna menoleh. Dinia berjalan menuju pintu utama, diikuti Qeyna. Ketika pintu itu terbuka, Qeyna menatap Erlan dan Fany berdiri di sana. Qeyna tersenyum senang akan kedatangan mereka, namun raut serius mereka membuat Qeyna mengurungkan niatnya.

"Tante, udah?" tanya Erlan.

Dinia mengangguk. "Semua siap."

"Penginapan?"

Dinia mengangguk. Erlan masuk, menarik koper Qeyna membuat Qeyna menahan. "Loh, mau dibawa kemana?"

"Berangkat."

Qeyna bingung, tidak tahu apa yang terjadi. Fany mendekat, berpamitan pada Dinia. Qeyna yang berbalut pakaian tidur kini menoleh pada Ibunya. "Bu?"

"Nanti Ibu nyusul ya, Sayang. Kabari kalau sudah sampai."

"Yuk, Qey. Kita gak punya banyak waktu."

Setelah itu, Qeyna hanya mengikuti Fany yang berlari kecil seraya menarik kuat lengannya. Ia tidak tahu apa yang sedang terjadi, hingga masuk ke dalam sebuah mobil berkaca hitam pekat. "Kita mau kemana? Gue belum ganti baju, Fan."

"Itu urusan gampang."

Erlan segera memerintahkan pengemudi untuk mempercepat laju kendaraan, sesekali menunjukkan jalan pintas untuk mempersingkat waktu. Qeyna masih tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Ketika baru membuka mulut hendak bertanya, Erlan lebih dulu menatap Qeyna melalui spion tengah mobil.

"Keluarga mereka ngincar kamu, Qey."

Qeyna menatap spion tengah, seolah bertanya apa maksudnya? Siapa yang mengincarnya?

"Ngincar aku?"

"Iya, Alex udah jujur perihal semuanya dan orang tua Alex dan Tania nggak terima ucapan Alex. Sekarang, mereka mau menjadikan kamu sebagai ancaman untuk Alex. Sebelum mereka datang, makannya kita harus bawa kamu jauh dari jangkauan mereka."

"Gimana keadaan Alex?"

"Nggak ada apa-apa yang serius," ucap Fany.

"Tapi lo tadi pagi—"

"Sumpah, gue baru tau semuanya sebelum gue sampai di rumah lo, Qey. Erlan yang jemput gue untuk nunjukin rumah lo dan dapat izin masuk setelah telepon nyokap lo siang tadi."

Qeyna mengangguk paham, mobil mulai terparkir di depan pintu masuk bandara. Mereka memaksa Qeyna memakai masker dan kacamata tak lupa jubah panjang untuk menyamarkan dirinya. Erlan dan Fany tidak ikut masuk, ia yakin ada yang akan mengenali mereka jika mereka masuk. Mereka tidak ingin rencana melarikan diri ini gagal. Akhirnya mereka hanya menyuruh salah satu orang kepercayaan Dinia untuk mengantar Qeyna hingga tempat penyerahan tiket.

Everything I NeedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang