Prolog

90 9 0
                                    

Malas, satu kata yang membuatku berpikir berkali-kali untuk menerima ajakan teman-teman pergi ke tempat konyol yang menurutku tidak penting sama sekali, Disneyland.

Maksudku--tempat itu cocok untuk anak-anak, sedangkan aku? Pria 22 tahun yang memiliki kepribadian dingin dan juga introvert mana mungkin tertarik datang kesana.

Liam memang mengajakku, tetapi dia juga mengajak pacarnya, Louis pun sama. Sementara aku? Pacar saja tidak punya. Aku tahu akan sangat membosankan jika aku ikut bersama mereka karena aku yakin--mereka berdua pasti akan asyik bersama pacar mereka sementara aku terabaikan. Aku tidak mau jadi nyamuk diantara mereka, lagipula pergi gratis kesana meskipun ditanggung Louis dan Liam bagiku hanya membuang waktu, tentu aku akan lebih memilih bersantai di apartemen untuk menonton film sambil meminum kopi.

Drrrtt drrtt...

Louis menelpon.

"Bagaimana? Kau ikut?"

"Ti--"

"Pergi dari sini dan jangan pernah kembali! Sekarang kau bisa tinggal bersama wanita murahan itu sesuka hatimu karena aku tidak sanggup lagi. Dasar lelaki bajingan!"

"Jaga mulutmu! Oke, kalau itu maumu dengan senang hati aku akan pergi. Karena aku sudah muak melihat wajahmu!"

Seperti biasa, terdengar lagi suara keributan antara Mr. John dan istrinya, mereka tinggal disebelah apartemenku, dan mereka tidak pernah melewati hari-hari tanpa keributan. Mereka selalu cekcok dan saling menghujat satu sama lain, entah semua salah siapa--aku tidak peduli. Yang pasti aku sangat bosan mendengar keributan mereka yang membuatku teringat pada pengalaman masa kecilku dulu.

"Zayn, halo?"

"Uh.. ya Lou, aku ikut"

"Oke, kami ke apartemenmu sekarang."

Daripada mendengar suara ribut yang akan membuat telingaku pecah, lebih baik aku ikut mereka saja. Lagipula aku belum makan sejak tadi, Liam sudah bilang akan mentraktirku makan siang jika aku ikut.

Aku melangkahkan kakiku keluar apartemen setelah aku sudah memakai jaket dan beanie orange-ku. Kulihat Mr. John menenteng tas besar sambil menatapku sinis dan melewatiku tanpa menyapa. Didepan pintu kulihat wajah istri Mr. John agak bengap dibagian hidung dan sudut matanya. Entahlah, badanku bergidik melihat keadaannya, ia mungkin mengalami KDRT. Dibelakang punggung istri Mr. John ada putra mereka yang berusia 7 tahun, Tristan--yang memeluk kaki ibunya sambil menatap ayahnya ketakutan.

Persis seperti masa laluku,dan aku benci setiap kali aku ingat kejadian itu. Aku menatap mereka datar lalu mengunci pintu apartemenku dan beranjak pergi. Jujur saja, aku tak pernah akrab dengan mereka, kecuali putra mereka Tristan--yang pernah beberapa kali mengunjungi apartemenku sambil membawa robot-robotannya. Tetapi maaf saja, aku tak pernah tertarik untuk bermain dengannya, jadi aku hanya diam dan mengabaikannya. Kemudian dia akan bosan dan kembali ke apartemennya.

"Kukira kau tidak ikut"

Aku masuk kemobil dan duduk dikursi belakang disamping Louis.

"Tadinya begitu, tapi tiba-tiba aku berubah pikiran"

Bitterness (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang