Part 8

3.1K 666 31
                                    

Rety pulang duluan saat makan siang selesai. Suaminya masih harus bekerja. Kevin meminta Bara untuk pulang bersama. Dan Rety memberinya pengertian jika ayahnya harus bekerja agar bisa membeli mainan untuknya. Dengan berderai air mata putra tirinya itu mengangguk dan melepas tangan dari leher Bara.

Rety sangat belajar menghadapi anak-anak Bara. Ia tidak bisa lagi mementingkan dirinya sendiri. Ada dua anak yang harus di jaganya. Dan gadis itu menikmati setiap harinya. Pengalaman baru yang sangat berharga. Rety sudah jatuh hati pada kedua anak Bara. Rasa sayangnya tulus dan selalu ingin melindunginya. Ia pernah merasakan kehilangan sosok ibu pada masa remaja. Bukan karena meninggal dunia melainkan sesuatu hal. Rety sangat menutup diri jika ada yang bertanya kemana ibunya? Saat ayahnya belum bercerai. Rety tidak ingin menelantarkan anak seperti ibu kandungnya. Ia belajar dari Ibu Yuli, ibu tirinya.

Saat membuka pintu kamar Rety sedang berbaring menatap langit-langit. "Kamu masih mencintainya?" todong Bara saat melepaskan dasi di lehernya baru pulang bekerja. Ia merasa jika istrinya masih mencintai mantan tunangannya. Dan entah kenapa itu mengusik hatinya sejak tadi siang.

"Nggak, aku malah benci banget sama dia," sahut Rety yang sedang rebahan. "Aku ingin melihat dia menderita."

Bara melepaskan kancing satu persatu kemejanya. "Jujur aja,"

Rety memanyunkan bibirnya. Ia melipat tangan di bawah kepalanya. "Wow," serunya saat melihat dada Bara yang mengintip di balik kemeja. "Aku lebih tertarik yang lain sekarang. Dari pada laki-laki pengecut itu. Kapan kita melakukannya?" tanyanya dengan senyum menggoda.

"Aku belum tau," Bara melempar kemeja ke keranjang khusus pakaian kotor.

Rety tertawa, "apa karena harus memakai pengaman?"

"Bukan itu?"

"Lalu?"

"Sampai aku menyakinkan diri kalau yang kita lakukan itu benar," jawab Bara dengan serius.

"Jangan terlalu memikirkannya. Aku biasa aja, padahal ini pengalaman perdanaku. Eum.. Mungkin, kita memang harus honeymoon? Aku ingin yang berkesan karena ini yang pertama."

"Jadi kamu masih perawan?"

"Kamu kira aku udah nggak perawan?" hardiknya kesal membuatnya bangun. Ia duduk di tepi ranjang.

"Bukan maksudku seperti itu, hubungan kalian udah lama jadi kupikir.. "

"Aku nggak segampang itu ya. Walaupun hubunganku sama Mario udah lima tahun. Kami nggak pernah ngelakuin itu."

Bara berdiri kaku di tempatnya. Ia semakin mengurungkan niatnya untuk menggauli Rety. Gadis itu masih virgin. Bagaimana jika Rety menyesali semuanya? Dirinya yang merasa bersalah. "Oh," ia segera meninggalkan Rety ke kamar mandi.

Bara berendam di bathup. Pikirannya menjadi kalut. Tidak menyangka Rety belum pernah berhubungan. Berbeda dengan tingkahnya yang sedikit terlihat nakal. Apa lagi gaun-gaun tidurnya yang membuat pria itu pusing kepala. Bukan seperti gadis perawan yang malu-malu. Ia menghela napas panjang dan menyenderkan kepalanya agar sedikit rileks.

"Sepertinya aku harus membatalkan perjanjian itu," desahnya. Selesai mandi dan berpikir ia kembali ke kamar. Rety sudah tidur terlentang tanpa selimut. Ia memindahkan tubuh Rety lalu menyelimutinya. Wajahnya terlihat polos dan damai.

***

Rety tercengang dengan apa yang Bara bawa. Sekantong plastik besar ia berikan pada sang istri. "Ini apa?"

"Liat aja," jawab Bara sambil duduk di sofa ruang TV. Rety merobek plastik tersebut. Ia mengambil satu persatu lalu dikeluarkannya. "Daster? Piama?"

"Iya, untukmu," sahut Bara santai.

Pengganti Dirinya (GOOGLE PLAY BOOK) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang