********
Hadirmu tiba-tiba tanpa aba-aba....
***
"Sorry, gue boleh pinjem Aqillanya dulu sebentar!" izin sebuah suara dibelakang mereka.
Sontak sekelompok kaum hawa yang sedang berjalan santai itu berhenti dan menoleh ke arah sumber suara. Aqilla merasa kaget juga bingung karena tangannya tiba-tiba ada yang menarik, dan ia tertinggal satu langkah dibelakang teman-temannya.
"Kalian duluan aja, nanti gue nyusul!" suruh Aqilla.
"Oke, kita duluan Qill!"
"Hati-hati!" bisik Safira sambil terkekeh, lalu berjalan meninggalkan Aqilla dan Arkana.
Aqilla menautkan alisnya, ia tak mengerti maksud dari kata hati-hati dan kekehan Safira.
Sepeninggal teman-temannya, Aqilla berbalik berhadapan dengan sosok didepannya. Ia menatap bergelangan tangannya, lalu beralih menatap tak suka sosok yang melakukan hal tersebut. Menyadari hal itu, Arkana segera melepaskan tangan Aqilla.
"So..sorry" ucapnya kikuk seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Ada apa?" tanya Aqilla datar.
"Gue Arkana" ucapnya seraya menyodorkan satu tangan dan diirngi senyuman yang bertengger diwajah tampannya.
Aqilla mengganggukan kepalanya pelan dengan senyuman tipis.
"Ya, gue tau" jawabnya tanpa membalas jabatan tangan Arkana.
"Ada apa?" lanjutnya.
Arkana yang sadar jabatan tangannya tak direspon, segera menurunkannya. Harga dirinya merasa tersentil, baru kali ini ada gadis yang menyia-nyiakan jabatan tangannya.
Aqilla hanya menatap datar sang lawan bicara, ia menunggu jawaban dari pertanyaannya.
"Gak ada apa-apa."
"Cuma mau ngenalin diri aja secara langsung, takutnya lo gak tau gue yang mana!"
"Tapi syukurlah kalo nyatanya lo udah tau!" seraya tersenyum.
"Tapi... kenapa semalem lo bilang gak tau gue?" tanya Arkana terseyum miring menaikan sebelah alisnya.
Aqilla marasa tersentak. Kenapa gue lupa semalem gue bilang nggak tau, terus tadi malah jawab udah tau, aargghhh bego bego bego! Gimana kalau dia kegeeran, terus nyangka gue nanya-nanyain dia ke orang lain, mau ditaro dimana harga diri gueee!!argh gumamnya. Meski memang nyatanya ia menanyakan tentang Arkana ke orang lain.
Arkana hanya menautkan alis memerhatikan Aqilla yang sibuk dengan gumamannya. Ia berdehem, sebagai pemberitahuan bahwa ia masih ada disini. Aqilla yang sadar sudah mengabaikan keberadaan Arkana segera menetralkan ekspresinya, ia memasang kembali wajah datar.
"Udah kan? gue duluan!"
Aqilla buru-buru melangkah pergi dari hadapan Arkana, tapi Aqilla kurang gesit hingga pergelangan tangannya berhasil ditarik kembali oleh Arkana.
"Hei... lo belum jawab pertanyaan gue!"
"Pertanyaan yang mana?" tanya Aqilla pura-pura tidak tahu.
"Yang tadi!"
"Yang mana?" tanya Aqilla lagi. Tidak apa-apa pura-pura bego sekali, asalkan harga dirinya terselamatkan.
"Udah ya, gue laper! Bye!"
Aqilla cepat-cepat pergi , bahkan ia sedikit berlari untuk menghindari Arkana.
***
Flashback on...
Setelah mengganti seragam menjadi pakaian olahraga, Aqilla dan Safira duduk di pinggiran lapang. Disana memang disediakan tempat duduk dari tembok yang diteras, membatasi sisi lapang, tepat dibawah pohon-pohon.
"Eh iya, tadi pagi lo mau cerita apa?" tanya Safira.
"Emm.. gimana ya gue juga bingung gimana ceritanya"
"Bingung nya?"
"Ya gue bingung Fir" Aqilla mengerucutkan bibirnya.
"Jadi gini loh, semalem tuh ada nomer baru yang tiba-tiba ngeWA gue" lanjutnya.
"Lahh bingungnya dimana bege?! Udah gak aneh kan?"
"Ih isi WA dari dia tuh beda Fir" kukuh Aqila.
"Beda gimana maksudnya? sama-sama ketikan kan?"
"Gue serius Fira!"
Safira segera membalikan badannya menghadap Aqilla, bermaksud meminta informasi lebih jelas dari cerita sahabatnya itu.
"Iya iya, jadi gimana?"
Aqilla pun menceritakan secara mendetail isi percakapannya. Dari mulai ia yang awalnya tidak tertarik untuk membalas pesan orang itu. Lalu dibuat bingung oleh si pengirim pesan, hingga mulai muncul rasa tertarik untuk terus membalas pesan. Sampai ia yang dibuat penasaran dengan isi pesan yang dikirim hingga sekarang.
"Kayaknya gue tau deh yang mana orangnya" respon Safira.
"Tapi kok aneh ya dia bisa mimpiin lo? Padahal lo nya aja gak kenal sama dia" lanjutnya.
"Gue juga mikir gitu, gue pikir dia cuma mau ngibulin gue. Tapi entah kenapa makin gue pikirin makin gue penasaran."
"Parahnya lagi, dia tuh gak ngasih tau gue apa mimpinya."
"Arrggh.. gila tuh cowok awas aja kalau mimpi yang aneh-aneh" kesal Aqilla.
"Qilla?"
"Apa?"
"Jangan-jangan....."
Mereka saling tatap,lalu mata Aqilla membelalak maksimal, menatap tajam kearah Safira.
"Anjirrr safira lo tuhh yaaa pikirannyaaaaa!"
"Amit-amit jabang bayiiiiii" Aqilla bergidik ngeri.
Safira malah tergelak, apalagi melihat ekspresi Aqilla yang panik dan mulai was-was.
"Sialan lo Fir!" Kesal Aqilla sambil merapalkan beberapa sumpah serapah lalu beristigfar karena kecemasannya.
"Udah-udah, kalem Qill dia gak mungkin kok kayak gitu!" Safira mencoba menenangkan sahabatnya, padahal ulahnya sendiri Aqilla menjadi seperti itu.
"Halah, dari mana lo tau hah?" delik Aqilla.
"Nohh, dia kan?" dagu Safira mengarahkan pada dua orang yang sedang memerhatikan mereka dari kelas sebrang lantai dua.
"Gibran?" tanya Aqilla."Yang sebelahnya bege!" jelas Safira.
"Oh iya anjiiirrrr, mata lo gercep ya kalo sama orang cakep"
Aqilla langsung berdiri, memperjelas penglihatannya.
"Duduk anjir, nanti dia ngeuh lo liatin!" Safira menarik Aqilla agar duduk kembali.
Tak berselang lama setelah itu, pak Didi sudah masuk ke area lapangan dan menyuruh siswa kelas XI IPA 1 untuk berkumpul didekatnya.
Flashback off....

KAMU SEDANG MEMBACA
Altruisme
Teen FictionBagaimana perasaan kalian jika memiliki pasangan yang bersifat altruisme? Ia yang lebih mementingkan orang lain ketimbang dirinya. Ia yang rela masuk jurang dan tenggelam merasakan sesak dalam kehidupannya. Dan aku? harus ikut menelan pill pahit ya...