2. Memulai Hidup Baru

6K 447 39
                                    


Setya menatap wajah putih bersih depannya, sejak ke luar dengan membawa nampan, pandangan Setya tak lepas dari wajah Aisyah, sampai akhirnya duduk di depannya, lalu mengangkat wajahnya perlahan, menatapnya sekejab tanpa berkedip lalu mengerjab dan menunduk kembali.

Tatapan mata sekejab yang mampu menyihir Setya dan meyakinkannya bahwa Aisyah adalah pilihan Tuhan untuknya. Gadis belia yang baru saja menyelesaikan kuliah.

"Gimana Setya, cocok kan pilihan ibu, dia sabar nak, in shaa Allah akan jadi istri sholiha, akan bisa mendampingimu sebagai wakil direktur karena ilmunya pun cukup, ilmu dunia dan akhirat in shaa Allah Aisyah bisa mengimbangi, gimana?"

Dan Setya mengangguk sambil tersenyum.

"Nduk, jangan nunduk terus, piye, gimana, cocok kan, ngganteng, gagah gini mas mu Setya, gelem to nduk, mau ya?"

Aisyah menatap wajah ibunya dan mengangguk dengan wajah yang tiba-tiba memerah.

"Oalaaah Setya, Aisyah ini ndak pernah kenal laki-laki makanya dia malu-malu,"

"Ibuu," suara lembut Aisyah membuat semuanya tertawa pelan.

"Nduk, sudah siap kan makannya?"

"Sampun ibu,"

"Monggo, dahar riyen, mari mbak makan dulu, ayo Setya, masuk yuk ke ruang makan, Aisyah semua loh yang masak,"

"Naaaa ini mari-mari, hidangan sederhana, lauk ndeso, wah kok ada tambahannya Aisyah, apa kamu masak lagi ya?"

Aisyah mengangguk, mendekatkan sayur asem, sambel, tahu, tempe dan ikan goreng, juga cah kungkung.

Semua mengelilingi meja makan untuk makan siang. Aisyah menyiapkan air minum, ia dekatkan pada ibu, bapak, calon ibu mertuanya, serta Setya yang sejak tadi menatapnya, Aisyah hanya menunduk saja.

Selesai makan Aisyah membereskan meja makan dan terlihat ibunya mendekat.

"Nyuci piringnya nanti saja nduk, ayo kita temani tamu kita,"

****

"Jadi dua hari lagi ya Aisyah kamu akan menikah dengan mas mu Setya, semua surat-surat sudah beres mbak Pariyem, diurus sama mas Parjo ke KUA dua minggu lalu," ujar Bu Parjo, ibu Aisyah.

"Jadi begini Aisyah, rencana ini sudah lama, kami tidak ingin Setya terlalu lama sendiri sejak ia bercerai kan tidak punya siapa-siapa yang bisa mengurus, kerjanya juga kadang sampai malam, ia punya apartemen sendiri jadi kadang tidak pulang ke rumah, dan maaf dik Parjo dan Aisyah, Setya ini masih membiayai adik-adiknya yang masih berkuliah, hampir selesai kok," ujar ibu Setya.

"Lah ya mboten nopo-nopo, tidak apa-apa mbak yu, kewajiban Setya sebagai kakak, Aisyah tidak akan mempermasalahkan itu, iya to nduk?" tanya ibunya pada Aisyah dan sekali lagi Aisyah hanya mengangguk.

"Senyum to nduuuk, ndingkluk ae, jangan menunduk saja,"

Aisyah mengangkat wajahnya dan tersenyu menaap wajah ibunya dan bu de Par.

Setya menahan napas melihat senyum tulus gadis belia itu.

"Yu Par, saya ada perlu, ayo sebentar ke ruang tengah, titip Aisyah ya Setya,"

Terlihat kedua wanita itu berbicara mengenai suguhan dan kerabat yang akan diundang, tidak banyak hanya sekitar lima puluh orang lebih.

Lama keduanya berdiam diri, akhirnya Setya membuka percakapan.

"Nanti dik Aisyah ikut aku setelah menikah,"

"Iya mas,"

"Tapi aku dengar kamu harus mengabdi setahun dulu di pondokmu, benar?"

You are My Destiny (SudahTerbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang