11

50 10 6
                                    

*****

Menjadi pilihannya memang menyenangkan, namun juga sangat menyakitkan.

*******

Go Reading!!

.

.

.

Sepanjang hari, gadis itu murung dan selalu melamun. Bahkan saat istirahat ia selalu tinggal sendiri didalam kelas sambil menatap keluar jendela.

"Saila..." rengek seorang gadis berambut pendek dengan bando biru yang terpasang di kepalanya.

"Hm..Tasa, udah 10 kali lo manggil nama gue, kenapa sih?" keluh Saila dengan raut wajah antara malas dengan kesal karena sahabatnya yang cerewet semingguan ini.

"Lo hampir seminggu murung kek gini, si iblis bodoh itu gak usah dipikirin elah, dia kan idah mati!!" gerutu Tasa mengambil ponselny dan segera bermain Free Fire

Saila mendelik pada Tasa dan merasa kesal karena Nathan dikira sudah mati, padahal Saila yakin cowok itu belum mati.

Semuanya juga begitu, semenjak Nathan mulai diintrogasi dan di cap sebagai psikopat berbahaya. Mereka semua melupakan Nathan dan menganggapny tidak ada didunia lagi.

Bahkan nama absensi Nathan Bramastha Saputra dicoret dengan spidol hitam. Begitupula raport sekolahnya pun dibakar.

Saila tak mengubris dan kembali menatap jendela menghiraukan sahabatnya yang duduk disebelahnya itu. Dan menunggu bel pulang untuk mengistirahatkan kepalanya yang mulai lelah.

"Nathan, lo dimana?!"

Seminggu yang lalu, Nathan menghilang dari rumah sakit. Dan masih belum ada jejak cowok itu, kenapa?. Bahkan murid sekolah pun mengadakan doa, namun doa itu tertuju pada diri Nathan.

Mereka menganggap Nathan sudah mati.

Kringggg kringgg

Akhirnya bel yang dinanti semua siswa siswi pun berbunyi, yaitu bel pulang. Menandakan sekolah akan sepi dan semuanya bergegas untuk melepas lelah dirumah masing-masing.

Kini Saila sedang memasukkan buku pelajarannya di tas ransel berwarna merah miliknya, sesekali dengan melamunkan sesuatu yang amat mengganggunya akhir-akhir ini.

"Saila!" sapa seseorang dari arah pintu sembari melambaikan tangannya dengan senyuman lembut khasny. Namun hanya dihiraukan oleh sang gadis.

Saila merangkul tasnya dan berlalu begitu saja tanpa memandang cowok yang menyapany tadi.

Greb

"Saila! Please, maafin gue atas kejadian yang kemarin ya.." ucap Satriya menahan lengan Saila hingga cewek itu berhenti.

"....."

Hening. Saila tak menjawabnya namun mencoba menepis tangan Satriya. Lagi dan lagi Saila hanya bisa menyimpannya dan mengumpulkan beribu ribu pertanyaan juga jawaban didalam pikiranny.

"Please! Maafin gue, gue janji akan ngelakuin apa aja buat lo Sai!! Tapi maafin gue ya.."

Perkataan Satriya membuat Saila tersentak, ada niat tertarik atas permohonan maaf dari Satriya yang ingin Saila ketahui.

"Bener nih apa aja? Sebenarnya sih gue cuman mau tanya beberapa hal sama lo, kalo lo jawabnya jujur ya gue maafin, tapi kalo lo bohong ya gue minta maaf nih ya..lo akan masuk neraka" ucap Saila tersenyum lembut

Namun sangat menyeramkan bagi Satriya.

Salia pun menarik lengan cowok yang bergemetar dan darahny yang tiba-tiba mendidih sekarang. Keduanya sekarang sedang berada di sebuah Cafetaria dekat dengan sekolah.

Disitulah awal kejujuran Satriya akan diuji.

"Ini pertanyaan pertama gue.."

"Siapa yang nembak si Nathan kemarin? Gue tau kalo lo itu udah tau semuanya, karena lo adalah saksi mata kedua..."

.

.

.

Oke sip, jadinya malah tentang dektetif. Udahlah lanjut aja, SPAM NEXT BIAR G SIDER!!!!!!!!!!!!

Da² sampai jumpa lagi

>>>>>>

Nathan Is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang