Lembar-1

46 2 0
                                    

Love At The First Sight "Coman"

🍂🍂🍂

4 tahun yang lalu..

Aku berjalan dari masjid untuk kembali ke kelasku, sambil menenteng sepatu yang belum aku kenakan. Dengan santai aku berjalan melewati lorong tanpa mengenakan alas kaki alias nyeker. Karna pintu masjid berada di lantai yang sama dengan kelasku, membuatku lebih nyaman berjalan tanpa alas kaki.

Aku tertawa saat mendengar temanku Widiya, bercerita tentang kekesalannya dengan guru matematika.

"gila aja ya tanpa pemberitahuan dia ngadain ulangan mendadak. Emang dikira soal dia gampang apa?". Dumel widiya dengan wajah tembamnya.

"haha udah wid, orang udah selesai juga kan ulangannya." Jawabku sambil tertawa.

"dih emang lo bisa ngerjainnya tadi? Kalo gabisa juga jangan ketawa lo." Omelnya kepadaku.

Saat dia sedang sibuk mengomel, aku melihat sesosok laki-laki yang sedang berjalan ke arahku. Laki-laki berwajah manis, dengan garis aristrokat yang terukir indah membentuk wajahnya, berjalan dengan badan tegap, terlihat berwibawa.

Aku terkesima.

Siapa dia? Aku baru pertama kali melihatnya di lantai ini, atau karna aku baru tersadar sekarang, entahlah. Yang pasti wajahnya mengingatkanku pada sahabatku sejak kelas 1 SMP. Ferdian.

Tapi sudah pasti bukan dia, karna aku terpisah SMA dengan Ferdian.
Sejenak aku terpaku, kemudian di sadarkan oleh senggolan tangan temanku.

"woi. Gila ya temennya lagi ngomel malah di kacangin." Senggol nya pada leganku.

"eh iya sorry. Gue abis liat coman wid." Jawabku spontan.

"hah apaan coman?" Tanya nya penasaran.

"cowok manis!" ujarku sambil menjulurkan lidah. Aku langsung mendahului langkah Widya dan memasuki kelas.

"eh tungguinn jangan main kabur aja looo FREYAAAA!" suara menggelegar Widya memenuhi seantero lorong lantai 2.

🍂🍂🍂

Hari ini ada ulangan geografi di jam pertama. Membuatku harus sampai sekolah lebih awal dari biasanya. Karna aku harus membahas materi ulangan dengan Widiya.

Sesampai di kelas yang masih terlihat sepi karna jam baru menunjukkan pukul 06:00 WIB. Dan ternyata Widya juga belum sampai. Karna merasa bosan, aku berjalan keluar kelas dan berdiri di balkon sambil melihat ke seberang. Gedung SMA ku ini later U, di seberang terlihat jelas ruangan kelas 11.

Tiba-tiba ada seorang laki-laki yang terlihat familiar dari jauh, baru saja keluar dari salah satu kelas itu. 11 IPS D. Aku terpaku. Dia! Itu dia laki-laki yang aku lihat beberapa hari yang lalu.

Aku terdiam dan mencoba bersikap biasa saja. Ya Tuhan, dia berjalan melewati kelasku. Dan sepertinya menuju ke kamar mandi laki-laki.

Dugaanku benar, dia memang menuju kesana.

Entah kenapa aku tidak mau beranjak dari tempatku semula. Seperti sedang menunggu dia untuk lewat lagi di depan ku.

Tapi memang aku sedang menunggunya.

Setelah beberapa menit dia kembali berjalan dengan santai dan masih memasang wajah kaku. Membuatku sungkan dan langsung reflek menundukkan kepala.

Aku melihatnya berjalan kembali ke kelasnya. Setidaknya aku tau kelas dia dimana. Aku tersenyum simpul.
Sampai aku tersadar karna di kagetkan oleh temanku, Widiya.

"Woi! Gila ya ini anak di panggilin daritadi nggak nyaut. Malah bengong sambil senyum nggak jelas. Lo kenapa sih?" tanyanya penasaran.

"Haha nggakkk. Gue ga kenapa-kenapa. Masuk yuk, gue mau nanya materi geo nanti." Aku berusaha megalihkan pembicaraan.

Dan sepertinya berhasil.

Seketika dia melupakan rasa penasarannya dan langsung menggaet tanganku untuk memasuki kelas.

🍂🍂🍂

Semakin hari aku semakin sering menantikan saat-saat seperti ini. Berdiri di balkon dan melihat dia lewat depan kelasku. Tidak setiap hari memang, tapi bisa di bilang cukup sering.

Karna rasa penasaranku sudah sampai pada titik tertinggi, aku memutuskan untuk bertanya pada teman sekelasku.

Christoper.

Bisa dibilang dia pentolan, karna banyak berteman dan bergaul dengan kakak kelas. Sudah pasti kenal dengan laki-laki yang selama beberapa hari ini mengganggu pikiranku.

"per, gue mau nanya dong. Lo banyak kenal kakak kelas kan?" tanyaku.

"hem, kenapa emang?" jawabnya santai.

"ehm anu, ada kakak kelas yang lagi gue taksir. Tapi gatau namanya. Dia sering lewat kelas kita per, namanya siapa ya?"

"eh yang mana yang mana?" jawabnya mulai tertarik.

"tardulu orangnya lagi di kamar mandi, bentar lagi paling dia balik." Jawabku.

"tunggu dulu dah kalo gitu."

Tidak lama seseorang yang sudah di tunggu-tunggu oleh kita berdua, keluar dari kamar mandi.

"PER PER ITU ORANGNYA LAGI JALAN KE ARAH SINI." Sikap hebohku pun kambuh.

"mana mana." Dia mencari sosok itu menemukannya. Christoper terdiam dan sedikit menyapa laki-laki itu.

Saat dia melewatiku dan Christoper. Aku pura-pura berbalik arah dan menghadap ke seberang. Aku memberi isyarat ke Toper dengan menyenggol lengannya.

Setelah dia masuk ke kelasnya. Christoper pun menjawab pertanyaanku.

"Reno.. Feoreno Ishaq. Itu namanya." Jawabnya tegas.

"Feoreno Ishaq... orangnya manis yaa per." aku membeo menyebut namanya tanpa ku sadari.

Sekarang akhirnya aku tau siapa nama laki-laki misterius itu. Dan seketika rasa penasaranku terobati dengan sempurna.

🍂🍂🍂

Feoreno Ishaq.

Aku tidak bisa berhenti memikirkannya. Bahkan setiap aku ingat dan menyebut namanya membuat jantungku berdegub kencang.

Sejujurnya aku bukanlah ABG yang baru mengenal cinta. Sudah banyak pegalamanku soal laki-laki. Aku adalah perempuan yang bisa dibilang cukup populer sejak SD hingga saat ini. Dan aku tidak menyia-nyiakan itu. Aku banyak berpacaran dengan laki-laki. Semua rata-rata kakak kelas, tapi ada juga yang seangkatan dengan ku.

Tapi entah kenapa, kali ini terasa berbeda. Rasa yang ku rasakan ini tidak seperti dulu. Bukan hanya sekedar rasa suka, tapi banyak yang ku rasakan. Ada rasa ragu, rasa khawatir, rasa takut dan rasa sakit yang bahkan baru pertama kali ku rasakan saat aku sedang jatuh cinta.

Aku merasa cintaku kali ini bukanlah cinta yang biasa. Aku bukan hanya sekedar jatuh cinta padanya, tapi aku sudah jatuh hati sejak pertama kali aku melihatnya..

Dialah, Feoreno Ishaq. Laki-laki yang bahkan baru aku temui beberapa kali tapi sudah mampu mencuri hatiku sepenuhnya.

Aku tau dia bukanlah laki-laki biasa, tapi dia adalah laki-laki spesial yang dikirimkan Tuhan untuk menyembuhkan luka di hatiku.

🍂🍂🍂

Semoga ceritaku ini cukup menarik untuk kalian baca. Terima kasih sudah mau berkenan membacanya. Aku akan berusaha menyelesaikannya!

Salam, Fatia Kamila.

Imperfect RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang