Lembar - 10

15 0 0
                                    

Keesokan harinya, Reno dengan terang-terangan mendatangiku di saat jam istirahat pertama. Dia membawa 2 es krim di tangannya dan memberikannya kepadaku.

“Udah nggak usah di pikirin. Masalah ini pasti bisa di selesaiin kok.” Reno mencoba meyakinkanku.

“Tapi lo kemaren di panggil guru BK kan?” Tanyaku.

“Hm ya iya sih. Mereka tau kalo gue yang buat acara itu kemaren. dan mereka nyuruh gue nulis surat pernyataan bersalah dengan tanda tangan orang tua.” Jawabnya.

“Hah? Surat pernyataan tanda tangan orang tua? Terus gimana kalo ketauan nyokap lo, lo abis bikin masalah?” tanyaku khawatir.

“Karna gue udah kelas 12, gue malah bikin masalah serius kaya gini. Coba aja nggak ricuh, pasti nggak bakal jadi kaya gini kan. Gue nggak tau siapa dalang ricuhnya. Nanti gue cari pelan-pelan sama temen gue. Lo nggak usah khawatir.” Ucap Reno menenangkan ku dengan mengusap lembut tanganku.

“Kalo gue juga di suruh nulis surat pernyataan gimana?” tanyaku masih dengan kekhawatiran.

Karna, kalau sampai aku dapat perintah untuk menulis surat juga, bisa habis aku di bakar hidup-hidup sama mama. Karna mamaku sangat melarangku untuk pacaran. Apalagi pacaran yang sampai menimbulkan masalah. Habis lah sudah.

Sepertinya Reno melihat ke khawatiranku dengan jelas, dia langsung mendekat dan mendekap bahuku. Sambil sesekali mengelusnya dengan lembut.

“Nggak kok. Disini cuman gue yang disuruh nulis. Bukan lo. Jadi lo nggak usah khawatir.” ujarnya masih berusaha menenangkanku dengan sikapnya yang hangat.

“Terus gimana tanda tangan orang tua lo?” tanyaku.

“ah itu gampang, gue bisa minta temen gue yang tanda tangan tar haha.”

“ish seriiussss kak Reno apansih. Lagi serius juga dia malah becanda.” Ucapku kesal sambil melepaskan pelukannya.

“Haha iya-iya maaf. Udah itu nggak usah lo pikirin itu nanti gue yang urus. Lo tenang aja. Udah nih buruan abisin es krimnya keburu meleleh nanti nggak enak.” jawabnya sambil menyodorkan es krim rainbow kesukaanku.

“Yeee katanya waktu itu suka es krim yang meleleh.” Ledekku sambil mengambil es krim dan memakannya.

“ya itu kan es krim dari lo, jadi harus gue abisin dalam keadaan apapun.” Jawabnya santai.

“Huuuuuu gombal dasar.” Jawabku sambil mencubit perutnya.

“Hahaha apansih orang serius juga.”
Kami tertawa sambil menghabiskan es krim di tangan kami berdua.

Menikmati hari-hari dengan status yang baru, sebagai pacar. Membayangkan status baruku ini, membuat hatiku berdesir hangat. Sangat menyenangkan. Terima kasih.

Walaupun kami tau ada masalah yang akan kami hadapi, tapi kami tidak takut. Karna kami akan menghadapinya bersama. Berdua. Hanya aku dan Reno.

🍂🍂🍂

Sepulang sekolah Reno sudah berdiri di balkon ujung depan kelasku. Karna kelas 11 IPS A terletak di pojok lantai, ada balkon di sana yang mengarah ke luar.

Reno berdiri dengan menyilangkan sebelah kaki, jaket terselempang di bahunya, sebelah tangan berada di saku dan sebelahnya lagi memegang handphone, dengan keadaan kemeja sudah keluar dari tempatnya yang semula, ia menunduk menatap layar handphone dengan wajah serius.

Tampan nya kekasihku ini. Pikirku dalam hati. Aku tersenyum dengan pipi memanas melihatnya dari depan pintu kelasku.

Sampai detik ini aku masih tidak percaya bahwa dia adalah kekasihku. Dia milikku. Aku tersenyum bila menyebutnya sebagai milikku. Karna itu sedikit sulit ku percaya.

Imperfect RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang