"Hm, semua itu hak lo Lyn. Tapi asal lo tau, i still love u."
Plis God. Ucapan Reno itu masih terngiang- ngiang di kuping dan otak gue. Arrrgghhhh knp move on susah banget siiii?
"Lyn, gimana sekolah hari ini?"
Suara lelaki itu mengganggu. Sangat menggangu gue."Apaan sih? Masih inget punya anak lo?"
"Lyn, jangan sembarangan bicara kamu ya. Saya ini ayah kamu. Knp kamu ga pernah menghargai ayah?!" Ucap dia sok minta dihargain.
"KARNA GARA-GARA LO, IBU GUE PERGI NINGGALIN GUE!" Emosi anjir gue.
"Lyn, ini urusan org tua. Kamu gausah ikut campur dan gk usah sok tahu!" Ucap dia sambil ngebentak gue.
"Apa lo bilang hah? Gk ush ikut campur? Yg ninggalin gue itu IBU YG NGELAHIRIN GUE DAN RAWAT GUE DARI KECIL!"
"Sampe kapan kamu mau kaya gini? Udh 10 tahun kamu ga menghargai ayah. Ini ayah kamu. Yg ngerawat kamu!"
Idih gila bro dia minta di hargain."Kalo aja 10 tahun yg lalu IBU ga pergi karna lo. Semua ini ga akan kaya gini!"
Bentak gue sambil terus memberi penekanan pada kata ibu."Pergi itu pilihan ibu kamu."
"Hah. Kalo ga karna Vely ADE GUE. GUE GA AKAN ADA DI RUMAH INI! Gue pasti udh pergi dari sini" Ucap gue emosi.
"SEKARANG TERSERAH KAMU MAU GIMANA! AYAH CAPE. KAMU GA BISA DI DIDIK!
"LO CAPE? Sama! Selama ini ga pernah sekalipun gue pake duit lo! Gue mandiri. Selama ini gue kerja cari duit buat hidup gue sendiri!" Jawab gue.
"Kalo kamu merasa mampu. Kamu boleh pergi dari rumah ini sendiri tanpa VELY!" Anjir gue di usir.
"Oh jadi lo ngusir gue? Knp? Biar lo bisa bawa cewe simpenan lo kesini? Haha.Murah."
"PERGI DAN GAUSAH KEMBALI KE RUMAH INI SAMPE KAMU SADAR KALO KAMU ITU SALAH."
"Hah sadar? Siapa yg harusnya sadar? Gue apa lo? Dan gue GAK AKAN BALIK KE RUMAH INI!" Jawab gue sambil masuk ke kamar.
Gue diusir sama bokap gue. Pen rasanya gue nangis. Tapi gk. Gue gk boleh nangis didepan bajingan ini. Gue harus kuat.
***"Vely, dek." Ucap gue sambil mengetuk pintu kamar Vely.
"Kaka sama ayah berantem lagi? Vely takut kak."
Dia Vely, adik gue satu-satunya. Dia adalah alasan gue untuk menetap di rumah ini. Tapi, hari ini gue harus pergi ninggalin dia.
"Takut knp? Lo harus kuat. Lo tunggu di rumah ya. Lo jaga diri bae-bae."
"Emg kaka mau kmn?"
"Gk kemana-mana. Tunggu gue sukses, nanti gue jemput lo buat ikut sama gue."
"Kaka mau kmn? Vely gamau ditinggal Kaka." Ucap Vely sambil nangis. Pertahanan gue hancur. Gue nangis di depan Vely.
"Jaga diri bae-bae. Gue pergi ga lama." Sumpah gue ga kuat ngomong gini ke Vely.
"Kaka janji?"
"Iya gue janji sama lo. Lo jaga diri bae-bae ya. Sekolah yg bener biar pinter." Sumpah gue ga tega. Vely masih berumur 11 tahun, tpi knp nasib nya harus kaya gini?
"Vely bakal tunggu kaka, kaka janji ya bakal jemput Vely:)" ucap Vely sambil nangis.
"Iya gue janji. Udh gue pergi dulu ya"
Ucap gue sambil berusaha tersenyum. Gue peluk tubuh mungil Vely mungkin untuk terakhir kalinya. Karna entah kapan gue bakal balik ke rumah ini, dan bakal jemput Vely."Udh, lo gausah nangis. Gue janji ko." Ucap gue sambil merenggangkan pelukan dan mengusap halus rambut panjang Vely.
"Iya ka, Vely percaya.."
"Yaudah. Gue pergi dulu. Assalamualaikum." Ucap gue menjauh dari Vely sambil bawa koper berisi baju-baju gue.
"Waalaikumsalam." Jawab Vely. Terdengar suara sesenggukan dia.
Tuhan, maafin gue yg egois ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE U, MY STEPHBROTHER
RastgeleIni kisah gue, Evelyn Tshabita yang lebih akrab di sapa Elyn. Umur gue 16 tahun. Gue kls 11 SMK di salah satu sekolah Swasta di Jakarta. Tentang sebuah penyesalan. Di usia gue yang bisa di bilang masih di bawah umur, gue dihadapkan oleh masalah-masa...