Mbah Tamin melihat anak gadis itu masih terlelap dalam tidurnya, ia membelainya layaknya anak gadisnya sendiri, sama seperti sosok yang ia lihat semalam.
Siapa sosok itu sebenarnya. Sri terlihat berpikir, seakan mencari tahu jawaban itu.
Setelah hari itu, mbah Tamin mengatakan ia akan lebih sering keluar rumah, pesannya sama seperti dulu, jangan bukakan pintu manakala hari sudah petang.
Sri, Erna dan Dini mengangguk, pertanda mengerti. Namun, perlahan semua mulai memikirkan itu, kemana si mbah sebenarnya.
Sri, Erna dan Dini masih melakukan tugas mereka, secara bergantian sama seperti biasanya.
Sampai suatu pagi, si mbah belum juga pulang. Ini aneh, Dini dan Erna ada di sumur, mereka sedang mencuci pakaian mereka. Saat itu, Sri baru saja melaksanakan tugasnya, membasuh Dela.
Tidak ada yang berubah dari gadis itu. Sebenarnya, bila saja Dela tidak di jahati seperti ini. Dia melihat sosok gadis muda yang cantik jelita, tidak hanya itu, perawakannya memang layak menjadi dambaan bagi pria manapun, namun nasib seperti mempermainkanya, Sri merasa bersimpati.
Manakala ia selesai melaksanakan tugasnya, tiba-tiba terpecik pikiran penasaran. Selama ini, bila di pikir-pikir ia belum pernah masuk ke kamar mbah Tamin, hanya melihatnya dari luar. Kira-kira apa yang orang tua itu simpan di dalam kamarnya.
Setelah melihat dan memastikan tidak ada orang disana, ia membuka pintu itu, yang memang tidak di kunci. Sri melangkah masuk melihat kamar mbah Tamin, tidak ada yang istimewa, selain benda yang sama yang ia temui di dalam kamarnya. Lalu, mata Sri tertuju pada sebuah almari tua.
Ia menemukan pakaian mbah Tamin, tidak ada apapun disana, bahkan di antara selipan almari dari atas hingga bawah. Lalu, mata Sri tertuju pada sebuah meja yang sudah usang. Disana ada sebuah laci kecil, dengan jantung berdegap kencang, Sri membukanya kemudian, melihat isinya.
Disana, ia menemukan Pasak Jagor (boneka isi rumput teki) bentuknya sudah sangat berantakan akibat di cabik dan di tusuk. Masalahnya, Sri tahu benda apa itu, itu adalah benda yang sering digunakan untuk media santet. apa yang sebenarnya orang tua itu lakukan.
Tidak hanya itu saja. Ada beberapa benda lain. Sebuah cincin akik dengan batu merah dan terakhir, sebuah foto yang usang, dibelakangnya tertulis "keluarga Atmojo" Ketika Sri memperhatikan foto itu, ia memekik ngeri, ada mbah Krasa dan seluruh keluarganya yang pernah ia lihat.
Kaget, takut dan merinding. Itu yang Sri rasakan. Cepat-cepat ia mengembalikan semuanya, menutup laci itu lagi. Kemudian melangkah keluar. Saat Sri membuka pintu, ia tersentak melihat Erna dan Dini menatapnya kaget.
"lapo koen" (ngapain kamu)
Sri terdiam, ia berusaha tetap diam.
"gak popo, aku di kongkon si mbah, mberseni kamare mambengi"
(semalam, si mbah nyuruh saya bersiin kamarnya)Meski curiga, Erna dan Dini menerima alasan Sri. Ia melewatinya begitu saja. Namun, perasaan Sri pagi itu sudah porak poranda dengan pemikiran-pemikiran gilanya.
Sejak hari itu, setiap kali berpapasan dengan si mbah Sri seperti terguncang. Ia tidak bisa menutupi ketakutannya. Namun, dari cara melihat si mbah, tampaknya beliau tau sesuatu dan itu membuat Sri tidak tenang.
Ia seringkali merasa, mbah Tamin memperhatikan gerak geriknya.
Tapi malam itu, Sugik (sopir ) yang mengantar mereka datang. Ia berbicara empat mata dengan mbah Tamin, seakan ada sesuatu yang mendesak, wajah mbah Tamin tampak mengeras, Sri begitu penasaran, namun kali ini ia menahan diri. Sampai akhirnya, pembicaraan itu selesai. Si mbah mendekat,
![](https://img.wattpad.com/cover/200244441-288-k775366.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SEWU DINO [1000 HARI]
HorrorMalam ini, gw akan menyajikan sebuah peristiwa kelam atau bisa di bilang pengalaman mengerikan dari seseorang yang berhasil gw ulik. Sebegitu kelamnya cerita ini, sampai gw janji gak akan membocorkan lokasi dan semua yang berhubungan dengan cerita i...