"Dela lahir nang kene, mangkane, gak tak perlakokno koyo nang alas kui, nang kene, wes tak pasang payung penduso nang ben sudut omah"
(Dela lahir disini. Makanya, saya tidak perlakukan dia seperti saat tinggal di hutan, setiap sudut rumah ini sudah saya pasang payung untuk orang meninggal. Jadi, jangan khawatir)Mbah Tamin menyesap rokok, menghembuskanya perlahan.
"masalahe sak iki nang kene"
(masalahnya, sekarang disini)"mene, kamis legi, aku arep jalok tolong nang awakmu, Dini, tolong, golekono, nang ndi Pepetane disingitno, isok. jimat sing kanggo nyantet Dela"
(Besok, kamis legi. Saya mau minta tolong, bisa kamu caritahu dimana jimat itu disimpan)Benar, di malam itu Sri dan Dini, masuk ke kamar si mbah. Disana ia bisa melihat banyak tergantung kepala kerbau yang dipasang di tembok. Selain itu, kamar mbah Tamin banyak dihiasi kain merah. Bau kemenyan tercium sampai menusuk hidung. Mbah Tamin, kemudian melangkah masuk.
Ia menyuruh Dini duduk didepannya, membiarkan Sri berada di samping Dini.
"awakmu bakal ndelok kebon tebu, golekono wong sing mok temoni nang kunu, tutno, nang ndi wong iku engkok longgoh"
(nanti, kamu akan melihat kebun tebu, disana ada orang, cari dan ikuti dia, sampai ia duduk disebuah tempat)Mbah Tamin kemudian meminta Dini meminum air dengan hijau, memijat-mijat kepalanya, sambil mengusap asap kemenyan, ia lalu menghantam kepala Dini dengan telapak tangan.
"Sri, tolong jogo dini, mbah kate metu"
(Sri tolong jaga Dini. si mbah, mau keluar dulu)Mbah Tamin pergi. Sementara Dini, tersungkur pingsan. Di dahinya, ia terus berkeringat berkali-kali. Ia tampak seperti orang yang meracau, mengatakan sesuatu seperti
"peteng" (gelap)
Namun Sri, telaten membersihkan keringat Dini, ia juga membantu Dini agar bisa tidur dengan posisi yang benar. Ia terus menjaga Dini sepanjang malam. Si mbah, tidak juga kembali. Semakin malam, Dini semakin kacau, ia menjerit seperti tengah berlari, nafasnya terengah-engah.
Yang membuat Sri tersentak ketika Dini mengatakan :
"Pak' e ndelok, pak 'e ndelok!! aku dikejar, aku dikejar!!"
(bapaknya melihat saya, bapaknya sudah melihat. Saya dikejar, saya dikejar)Badan Dini tiba-tiba panas, panas sekali. Sri mulai khawatir, namun ia bingung harus apa.
Tidak beberapa lama, mbah Tamin kembali. Ia hanya menepuk bahu Dini dan ia langsung bangun, wajahnya tampak kaget, seperti ingin mengatakan sesuatu. Namun ia urungkan saat melihat mbah Tamin melotot, seakan menahan bahwa ia tidak boleh mengatakanya disini.
Mbah Tamin dan Dini keluar, Sri tidak mengerti, kenapa si mbah seakan menghindarinya.
Setelah menunggu, si mbah memanggil Sri menyuruhnya agar kembali ke kamar, perjalanan ke kamar Sri melewati sebuah kamar tanpa pintu, disana ada Dela melihatnya, ia hanya tersenyum menatap Sri.
Hal terakhir yang Sri ingat saat melihat Dela adalah, ia seakan memberitahu bahwa akhir dari semuanya, adalah rumah ini.
Rumah yang akan Sri ingat sampai akhir nanti.
Sri menutup pintu menguncinya, ia terlalu lelah malam ini. apa yang ia lihat, ingin ia lupakan dalam tidurnya.
Saat Sri memejamkan mata.
Seseorang membelai rambutnya. memaksanya untuk melihat sesiapa yang tengah menganggu tidurnya.
"Dela" kata Sri saat melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEWU DINO [1000 HARI]
HorrorMalam ini, gw akan menyajikan sebuah peristiwa kelam atau bisa di bilang pengalaman mengerikan dari seseorang yang berhasil gw ulik. Sebegitu kelamnya cerita ini, sampai gw janji gak akan membocorkan lokasi dan semua yang berhubungan dengan cerita i...