4. My Hero

52 6 7
                                    

"Bukan cinta yang membuat rasa itu tumbuh. Tapi kenyamanan lah yang membuat hati ini luluh."
-Al-Naya Faradilla-

🍁Happy reading🍁

"Hai peri kecil, pulang bareng yuk!" Pemilik suara yang falimiar di telinga Naya itu tengah berdiri di ambang pintu kelas XII A3.

Naya melihat ke arah sumber suara kemudian mengembangkan senyum manisnya. Tanpa menunggu lama, ia langsung berlari menghampiri Farrel dan menggandeng tangannya. Tidak peduli dengan tatapan tak suka setiap siswa yang bertemu dengan mereka. Karena bagi Naya, Farrel adalah seorang sahabat sekaligus Kakak yang selalu melindunginya.

Bahkan tidak satu-dua orang yang mengatakan, "kepalanya aja ditutupin, tapi kok jalan sama cowok mesra banget!"

Mereka hanya belum tahu tentang hubungan Naya dengan Farrel sudah sejauh apa. Dibesarkan oleh orang dan waktu yang bersamaan, bukanlah sebuah kebetulan. Memang sudah menjadi takdir, menjelajahi dunia ini saling beriringan. Melewati suka dan duka bersama.

Mengantar Naya sampai di depan pintu rumahnya adalah hal yang wajib bagi Farrel. Selain tanggungjawab terhadap Bunda Naya, Farrel juga tidak ingin terkesan sebagai lelaki yang tidak gentle.

Setibanya di depan pintu rumah, Naya mulai menekan bel. Tidak butuh waktu lama, pintu tersebut terbuka, menampilkan sosok wanita paruh baya dengan kaca mata yang menutupi matanya.

"As-salamu'alaikum Bun." Naya langsung mencium lengan Bundanya tersebut, disusul oleh Farrel.

Wanita bernama Mira itu tersenyum tulus. "Wa'alaikumus-salam warahmatullah. Pulangnya bareng Farrel lagi? Nay, kamu ngerepotin Farrel mulu," ucapnya.

Naya memasang wajah sebal dan merengek seperti biasanya. "Ih Bunda, nggak kok. Ya 'kan El?" tanyanya sambil menatap Farrel. di sampingnya.

Reynaldi Farrel Pramata. Laki-laki tampan itu langsung merangkul bahu Naya, gemas melihat ekspresi gadis pendek yang ada di sampingnya. "Nggak kok Bun, emang Farrel yang ngajak Naya pulang bareng," jelasnya.

Naya menyingkirkan tangan kekar itu dari bahunya. "Berat El! Tuh kan Bun, Naya bilang juga apa. Sebenernya tuh Naya mau nolak, tapi kasian juga sama dia, jomlo terus, sayang 'kan jok motornya nggak kepake," ledeknya sebelum berlari ke dalam rumah.

Mira hanya menggelengkan kepalanya. "Maafin Naya ya, kamu 'kan tau sendiri sifat dia dari kecil emang gitu."

"Iya Bun, gapapa kok. Ya udah kalo gitu, Farrel pulang dulu ya?" pamit Farrel sambil mencium tangan Mira.

"Loh, mau langsung pulang? Makan dulu aja yuk sama Naya juga," ajak Mira.

"Mau ngerjain tugas Bun. Nanti malam kayaknya Farrel mau main ke sini, boleh 'kan Bun?" tanya Farrel memastikan, karena sudah sangat lama dirinya berkunjung malam-malam.

"Boleh dong, biasanya 'kan pas SMP kamu ngerjain tugas bareng sama Naya. Ya udah kalo gitu, Bunda buatin makanan buat kalian nanti malam." Mira memang sudah menganggap Farrel sebagai anak sendiri sedari dulu. Hubungan keluarga Naya dengan keluarga Farrel memang sudah sangat dekat.

"Makasih Bun, Farrel pamit ya."

🍁

Suara bel terdengar beberapa kali. Naya yang sedang menonton televisi itu segera mendekat ke arah pintu. Perlahan ia menarik gagang pintu tersebut hingga memperlihatkan pria dengan parfum khasnya.

"Tumben malem-malem ke sini?" tanya Naya sambil menengok ke arah belakang laki-laki itu.

"Ada tamu bukannya suruh masuk, malah liat-liat ke belakang. Apa? Mau ngeledek kalo aku jomlo?" Tanpa dipersilakan masuk, Farrel sudah lebih dulu menghampiri Mira yang tengah membaca majalah.

"Hai Bun," sapanya, tak lupa sambil mencium tangan Mira.

"Hai sayang, udah makan belum, mau makan dulu?" ucap Mira.

"Tamu nggak tau diri!" pungkas Naya sambil berlalu pergi menuju taman belakang rumah.

Farrel hanya terkekeh. "Nggak Bun, Farrel udah makan kok tadi. Hm ... Farrel ke belakang dulu ya, mau nyusul Naya."

Sesampainya di taman belakang, Farrel mulai mendekati Naya yang sedang duduk sendirian. Ia terlihat seperti sedang melamunkan sesuatu. Farrel pun duduk di kursi samping Naya.

"Nay, liat deh bulannya, kasian ya dia sendirian terus." Farrel menatap langit yang kini berwarna hitam, tapi terlihat terang karena ada sinar bulan.

Naya yang masih kesal dengan Farrel hanya diam dan membuang tatapannya ke lain arah.

Farrel hanya tersenyum. "Sama seperti matahari, tidak ada yang menemani. Tapi mereka masih setia menjalankan tugas pada bagiannya masing-masing. Di waktu dan posisi yang berbeda. Hujan? Bukan pertanda mereka marah, tapi awan hitamlah yang tidak suka jika bulan dan matahari terus-menerus dikagumi keindahnnya. Ia berusaha tampil di hadapan makhluk hidup, tapi yang terjadi? Tidak ada yang menyukai dirinya."

Naya mulai bingung dengan arah pembicaraan Farrel. Ia menatap laki-laki tinggi itu dengan gelombang yang sudah terbentuk pada keningnya.

"Maksud kamu?" tanya Naya yang sudah dibuat penasaran.

Farrel kini beralih untuk menatap Naya. "Bukankah perasaan suka terhadap lawan jenis adalah hal yang manusiawi? Sekalipun dia seseorang yang tidak pernah mengerti tentang rasa. Wajar 'kan kalau aku jatuh cinta?" Farrel malah balik bertanya.

Mata Naya sontak membulat mendengar perkataan Farrel barusan. Pria yang tidak pernah mengerti perihal cinta. Berteman dengan lawan jenis pun sangat jarang. Hari ini dia bilang, kalau dia jatuh cinta?

Naya berteriak sangat keras dan melompat-lompat penuh kegembiraan. Farrel yang menyaksikan itu hanya ternganga dan merasa bingung sendiri. Apa ada yang salah dengan perkataannya barusan?

Setelah tertawa sekian detik, Naya kembali duduk pada kursinya. Senyum pada bibirnya masih belum bisa ia musnahkan. "Jadi, siapa cewek yang kamu suka? Cepet bilang sama aku," ancamnya.

"Nay, kamu kenapa sih? Ada yang lucu ya sampe kamu ketawa sekeras itu?" tanya Farrel.

"Udah ah abaikan. Sekarang kamu jawab, siapa cewek yang kamu suka?" tanya Naya kali kedua.

Kini Farrel yang tersenyum, wajahnya menjadi bersemu merah. Sudah dipastikan saat itu juga jantung Farrel berdetak lebih cepat dari biasanya. Raut wajahnya pun tergambar jelas bahwa dirinya sedang merasakan sebuah kebahagiaan.

"Bukan siapa-siapa. Dia tidak begitu terkenal, tapi bagiku dia primadonanya sekolah," terang Farrel.

"Aahh, El sekarang udah pandai gombal juga ternyata. Aduh duh," goda Naya belum berhenti untuk tertawa.

Suasana sudah tidak benar, Farrel rasa ia harus segera pergi dari tempat itu. Sebelum Naya benar-benar membuatnya malu lebih jauh lagi.

"Sia-sia aku bilang pada Naya, dia hanya menertawakanku," gumam Farrel sambil beranjak dari posisi duduknya.

"Yah, kok El pergi sih? Belum juga ngasih tau nama ceweknya! El ... " panggil Naya sambil berlari mengejar Farrel.

🍁To Be Continue🍁

Jangan lupa tinggalkan jejak:)
Jazakallah khairan katsir❤

Surat MisteriusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang