""Cinta adalah hal yang paling menyakitkan, jangan mencoba mendekatinya jika tidak mau terluka"
◇◇◇
"Heh, lo sini-sini?!" Mila sang ratu bully bertanya pada Gabriela yg baru saja melewatinya.
"Saya?" tanya Gabriela.
"Yaiyalah elo, siapa lagi kalau bukan elo siapa lagi?setan?mana mungkin gue manggil gue sendiri!" Mila mulai mendekati Gabriela dengan perlahan.
"Lo punya mulut gak sih? oh mungkin lo tuli ama bisu ya? yaah jadi gini seleranya Adrian aku?"hardik Mila.
Gabriela tetap bungkam tanpa ada niat membalas ucapan Mila.
"Heh lo! orang ngomong kok nggak nyaut-nyaut atau lo emang tuli dan bisu."
"Tolong minggir," setelah sekian lama bungkam, akhirnya Gabriela berbicara.
"Heh lo punya sopan santun gak sih?gak diajarin sopan santun sama orang tua lo ya!" hardik Mila.
Hanya decakan Gabriela yang terdengar.
"Lo! tu ya.! Lo nyari masalah sama gue!? Lo tau nggak kalo lo nyari masalah sama gue sama aja nyari mati!" Mila mulai mendekat diikuti oleh temannya sedari tadi bungkam.
"Maaf sebelumnya, tapi gue gak punya alasan untuk takut." Gabriela menjawab.
"Halah...sok suci lo, dasar bitch."
"Minggir, gue gak punya urusan sama kalian."
"Tadi lo emang gak punya urusan sama gue, tapi sekarang beda, lo udah cari masalah besar sama gue. Lo mau lewat, lewat aja tapi kalau lo lewat sih, kayaknya tubuh lo gak bakalan utuh, yaa paling-paling cuma Jambak dikit, kan girl's?"
"Yoi," jawab Angel dan Thifa serempak sambil melirik sinis Gabriela yang seolah perkataan Mila tadi tak berpengaruh apapun baginya.
Baru saja Gabriela ingin lewat, tetapi seseorang menarik pelan pundak kirinya, mau tak mau dia harus mundur.
"Hei cewek-cewek gatel, ngapain kalian ngerubunin si Ela?mau bully? Kalian mending balik sekarang deh karena bahagia mengintai kalian," ujar Gasta mengusir Mila bersama dua anteknya.
"Bahaya geblek! Ga lancar bahasa Indonesia lo ya, ngomong aja kudu di eja" ucap Alva.
"Yeuu slow bossq gitu aja ngegas, berapa gas Elpiji lo makan tadi pagi?"
"Itu bukannya sarapan lo tiap pagi?"
"Gue anggap itu pujian."
"Diem goblok." ujar Rafkha sambil menoyor kepala Alva dan Gasta.
Alva dan Gasta lebih memilih mengusap kepalanya. Sedangkan tangan Adrian masih setia bertengger di pundak Gabriela.
"Lepas," singkat dan padat, itulah ucapan Gabriela yang memecah keheningan setelah Mila dan temannya pergi beberapa detik yang lalu.
Sontak hal itu membuat Adrian langsung melepaskan tangannya. Walau sedikit kecewa, tapi Adrian masih tetap berekspresi seperti biasa.
Gabriela mulai menjauh meninggalkan Adrian yang masih setia melihatnya dari belakang hingga tepukan di pundaknya menyadarkannya. Adrian dan temannya juga memilih ke kelas mereka.
~~~~~~~
"Gabriela.!"tegur Bu Lina.
"Iiiyaa Bu."
"Dari tadi kamu melamun terus, kamu kenapa?sakit?kalau kamu sakit ke UKS aja," ujar Bu Lina lembut.
"Baik Bu "
"Yeuu ibu kalau sama Ela lembuut banget kayak sutra, lah sama kita kita galaknya ngalahin singa yang lagi kelaparan," celetuk Alva setelah Gabriela keluar kelas.
"Kamu kalau di lembutin bukannya jinak malah jadi makin buas," jawab Bu Lina.
Seketika kelas riuh karena tawa murid-murid.
"Uuuhh sakit sekali dadaku ini," ujar Alva dramatis sambil memegang kepalanya.
"Itu kepala ogeb, dada tuh disini," celetuk Gasta sambil menuntun tangan Alva ke dadanya.
"Oh iya ya, lupa gue."
Bu Lina dan murid lainnya hanya bisa berdecak dan geleng-geleng kepala melihat kelakuan mereka.
•••••
Di koridor terlihat begitu sepi dan hal itu wajar karena masih jam pelajaran, Gabriela terus melangkah hingga kakinya berhenti didepan pintu perpustakaan, bukannya tidak menuruti perintah guru, Gabriela hanya ingin membaca beberapa buku untuk mengembalikan konsentrasinya. Dia bisa kembali konsentrasi karena jika sudah membaca dia akan penasaran dan itu membuat konsentrasi nya semakin meningkat. Gabriela memang siswa pintar, buktinya dia setiap hari mampir ke perpustakaan, walau terkadang berakhir molor.
Di perpustakaan,yang Gabriela lakukan hanya melihat buku-buku yang mungkin akan menarik perhatiannya. Lalu perhatiannya jatuh pada sebuah buku berwarna hitam pekat, Ela mengambilnya. This Is My Life.
•••••••
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
This Is My Life
Teen FictionJika boleh memilih antara hidup dan mati, pasti mati akan lebih mudah. Jika boleh memilih antara bertahan atau berhenti, Gabriela akan lebih memilih berhenti, karena tidak ada alasan untuk membuatnya bertahan. So, what do i live for? Hidup Gabriela...