Setelah membersihkan toilet, Adrian dan Gasta kembali ke kelas, dan mereka
bertemu Rafkha di lorong kantin, lalu mereka ke kelas bersama-sama. Berjalan dengan tangan di masukkan kedalam kantong membuat ketiganya bagai raja sorotan saat bertemu siswa yang terkadang berjalan di koridor, apalagi siswi.Mereka masuk kelas dengan santai tanpa memedulikan desas-desus pujian dan kebencian yang di berikan siswa-siswi didalam kelas.
'wiih ganteng banget mereka pengen gandeng salah satu'
'tiga-tiganya ganteng, tapi sayang orangnya bad banget'
'pengen diajak ke pelaminan'
'kenapa yang dideketin Ela sih, kan gue lebih oke'
'ganteng, tapi sayang abis bersihin toilet'
'pengen makan'
Mereka bertiga duduk di tempatnya masing-masing. Baru saja mereka duduk bel istirahat berdering, membuat semua siswa berhamburan ke kantin.
"Woyyy.. ke kantin kuy," ajak Alva pada tiga temannya. Gasta beranjak berdiri mengikuti ajakan Alva.
"Gue nitip jus alpukat aja, mager " ujar Adrian. Alva dan Gasta mengangguk-anggukkan kepalanya, mereka beralih menatap Rafkha meminta jawaban.
"Gue juga nitip," ujar Rafkha.
"Oooh oke," ucap Alva.
"Duitnya mana?" tanya Alva sambil mengulurkan tangannya meminta uang pada Adrian dan Rafkha.
Andrian berdecak lalu menyerahkan selembar uang 50 ribu.
"Gue yang traktir," ujar Andrian membuat ketiga temannya cengengesan.
'Dasar sultan kere!' Batin Adrian.
Alva dan Gasta berlalu meninggalkan Adrian, Rafkha dan beberapa siswa lainnya di dalam kelas. Adrian memilih tidur dengan menelungkupkan tangannya, Rafkha yang duduk di pojok memilih bersandar di dinding dan memejamkan matanya menunggu pesanannya datang.
Di bangku paling depan ada Gabriela dengan kacamata bulatnya yang sedang membaca buku, sesekali ia menguap karena bosan dengan bacaannya. Jika kalian berpikir ia sedang membaca buku yang berhubungan dengan pelajaran kalian salah, ia sedang membaca jadwal dan daftar kegiatannya hari ini dan beberapa hari kedepan, sesekali ia menambahkan hal-hal yang kurang.
Gabriela membuka kotak bekalnya lalu memakan roti isi yang telah dibuatkan oleh bi Ina tadi pagi untuknya. Ia berniat untuk pergi ke rooftop selama sisa jam istirahat sekitar 15 menit lagi. Entah kapan Adrian sudah bangun dan Gabriela melihat Adrian berlalu ke luar kelas melalui ekor matanya, ia berusaha tak peduli karena memang ia tidak pantas untuk memedulikan apapun.
Gabriela berjalan ke luar kelas dengan santai dengan earphone berada di telinganya, ia memakainya agar tidak mendengar desas-deus tentangnya di koridor nanti. Dan benar saja, baru melewati beberapa kelas ia sudah menjadi bahan obrolan. Mau bagaimanapun ia menutup telinganya ia dapat mendengar samar-samar hal tentangnya. Baik itu buruk maupun baik bagi Gabriela tetap saja terdengar buruk.
'Eh liat deh tuh, itu kan cewek yang di kejar kejar sama kak Andrian'
'Cantik sih cantik tapi genit'
'Kak Gabriela cantik banget ya, cocok sama kak Adrian'
'Andai itu cewek gue, udah kenyang gue liat wajahnya yang cantik bagai bidadari'
'Cantik euy'
'Sayang ya Gabriela dijauhin sama anak-anak sekolah, gue kasian sama dia'
'Emang bener ya kak Ela genit, liat aja tuh semua cowok liatin dia'
'Liat deh kak Adrian di belakang kak Ela, kayak paparazi'
Obrolan yang terakhir membuat ia melihat ke belakang, tapi ia tidak melihat adanya Andrian. Mungkin ia salah dengar, begitu mungkin pikir Gabriela. Dikarenakan ia melewati kelas 11, banyak adik kelas yang membicarakannya. Entah apa yang lagi ditempelkan Mila di mading sekolah, ia mencoba untuk tidak peduli, toh itu semua gak ada yang bener.
Gabriela berbelok ke arah kiri dimana disana terdapat tangga menuju rooftop. Di saat Gabriela menaiki tangga, ia mendengar langkah kaki, ia pun berbalik ke belakang, namun saat ia berbalik ia menginjak tali sepatu kanannya membuat ia kehilangan keseimbangan. Gabriela menutup matanya bersiap jatuh dan berguling-guling di tangga seperti sinetron.
Gabriela merasa ia tidak jatuh, hanya terambang tadi, ia merasa berada di pelukan seseorang, ia takut membuka mata. Lalu ia mendengar kekehan seseorang, Gabriela merasa pelukan itu semakin erat seolah takut kehilangan. Merasa matanya di tiup, Gabriela perlahan membuka matanya.
Gabriela terlonjak kaget melihat wajah Adrian begitu dekat dengannya, bahkan ia bisa merasakan deru napas Adrian dan jangan lupakan tatapan lekatnya yang seolah mengunci tatapan Gabriela agar tetap menatapnya. Seolah terhipnotis, Gabriela diam di tempatnya tanpa bergerak sedikitpun.
Deg
Deg
Deg
Jantung Gabriela berdetak begitu cepat membuat Gabriela bingung harus berbuat apa, seingat Gabriela ia tidak memiliki riwayat sakit jantung.
"Gue ganteng," ucap Adrian membuat Gabriela tersentak lalu melepaskan kukungan Adrian.
Gabriela berjalan cepat menaiki tangga untuk menyembunyikan pipinya yang sudah memerah sampai ke telinga pertanda ia sangat malu.
'Jangan terlalu berharap Ela, nanti ia terluka' Gabriela memberi peringatan pada dirinya.
Sedangkan Adrian terkekeh pelan melihat Gabriela salah tingkah, ia melihat Gabriela menepuk-nepuk pipinya seraya berjalan.
'Pasti pipi Ela merah banget, iih gemesy deh' batin Andrian.
Tapi ia heran kenapa Gabriela selalu mengacuhkannya, tapi ia tidak akan menyerah sebelum Gabriela meliriknya.
Gabriela mempercepat langkahnya menaiki tangga mendengar derap kaki Adrian yang semakin dekat, ia semakin menepuk-nepuk pipinya agar nanti Adrian tidak melihat rona pipi Gabriela, dan Gabriela juga berusaha menerbitkan wajah dinginnya lagi. Tetapi jantungnya tidak bisa diajak berkompromi, jantungnya masih berdetak begitu cepat membuat pipinya bertambah merona. Hanya perlakuan kecil tapi sangat tidak baik untuk jantungnya.
Walau Gabriela acuh pada Adrian, ia tetap wanita normal, ia bisa baper seperti wanita lainnya.
"Jangan di tepuk-tepuk nanti makin merah pipinya," ujar Adrian sambil menurunkan tangan Gabriela yang menepuk pipinya. Gabriela berusaha mengeluarkan aura dinginnya kembali.
"Ngapain ngikutin gue?" tanya Gabriela membuat Adrian mengeluarkan smirk yang sangat menyebalkan.
Gabriela membuang muka ke arah lain karena melihat Anmdrian tertawa didepannya. Ia takut nanti ia tersenyum. Gabriela memilih membalikkan badan dan berlari meninggalkan Adrian yang semakin tertawa, niat Gabriela mencari ketenangan hancur karena Andrian.
Gabriela menuruni tangga dengan perasaan dongkol, ia sangat kesal melihat Adrian menertawakannya tapi kemudian ia tersenyum tipis.
°○°○°○°○°○°○°○°○°○°○°○°
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
This Is My Life
Teen FictionJika boleh memilih antara hidup dan mati, pasti mati akan lebih mudah. Jika boleh memilih antara bertahan atau berhenti, Gabriela akan lebih memilih berhenti, karena tidak ada alasan untuk membuatnya bertahan. So, what do i live for? Hidup Gabriela...