BAB 4
POV GIE
Entah kenapa, pagi ini terasa beda. Boleh jadi kemarin adalah hari terburuk yang pernah kualami, tapi sekarang nggak lagi. Memang, kekurangajaran bos Devin belum sepenuhnya hilang dari ruang penyimpanan otak ini. Tapi seenggaknya aku puas, postingan isengku sukses menggegerkan WA group Starlight Coffe and Resto. Rasain!
Bos Devin jadi santapan gosip terhangat hari itu juga.
Banyak yang wapri muji-muji aksi nekadku. Mewakili mereka-mereka yang bekerja di bawah tekanan. Bukan teori ekonomi lagi sistem yang dipakai, tapi teori Devinisme.
'Kerja sekeras-kerasnya, sebagus-bagusnya, se-perfect-perfectnya biar dapet untung segedhe-gedhenya.'
Tepuk tangan pemirsa!
"Gie, gokil banget!"
"Salut, Gie!"
"Gue suka gaya lo, Gie!"
Cerahnya mentari di luar sana, menggambarkan suasana hatiku saat ini. Begitu detakan heels menjejak di dapur resto, sapaan semringah tak henti-henti menyerang. Gieselina disambut sedemikian rupa bak superherowati yang berhasil nyelametin sandera dari tawanan musuh. Ayeah ... ayeah!
Aku mendapatkan gelar karyawan ternekad, karena sejak resto ini diresmikan, aku adalah orang pertama yang berhasil ngisengin big boss.
Tuh, kan! Jadi nggak konsen gegara nginget ekspresi bos somplakku. Bawaannya pengen ngakak mulu. Bahkan tampang lucunya kaya muncul dalam piring porselen yang kucuci. Digosok pake spons berbusa eh mukanya nongol lagi, kubilas pake air keran bibir sexy itu tetep nggak mau pergi. Finally, kutuang lagi cairan pencuci piring lebih banyak. Menggosokan spons kuat-kuat terus dibilas sampe wajah perampas bibir benar-benar lenyap terbawa aliran air.
Sialnya, piring keramik itu licin banget. Berhasil meloloskan diri dari pegangan. Berujung pada pendaratan sempurna di lantai dengan bentuk tak utuh lagi. Tercerai berai.
Mati kamu, Gie!
Kubersihkan busa ditangan dengan kain lap. Celingukan nyari tempat berlindung. Aha!
"Deny, tolong selamatkan hidupku!"
Sinyal wi-fi sekian ratus Mbps dalam tempurung kepala Deny sedang bekerja secara prima. Langsung connect dengan kepanikanku.
Kita jongkok bareng--pura-pura bersihin pecahan piring. Tepat lima detik sebelum berondong tuwir nyamperin ke dapur.
"Pecah lagi!" Dapur sunyi seketika. Sebuah teriakan menggelegar pada puncak nada tertinggi--tujuh oktaf.
"Ulah siapa ini?" lanjut pemilik suara berat itu.
"Maaf, Pak! Saya nggak sengaja." Deny bangkit, nundukin kepala--takut. Biar kesannya dramatis.
Good job, Deny! Kamu berbakat main FTV. Ntar kutemenin casting.
Ngasih senyuman pare ke bos galak. Pare? Yup! Biar kaya ada pait-paitnya gitu. Sekalian ngingetin ancaman dia kemarin. 'Satu piring, satu ciuman.'
Yakin, nih, Pak? Mau nyobain bibir sensual Deny? Denger-denger barusan temen apesku abis sarapan rica-rica jengkol. Kebayang, dong, gimana legitnya.
"Deny! Gaji kamu saya potong."
What???
Nggak, nggak, nggak. Ini nggak fair. Si bujang lapuk gak konsisten sama ucapannya.
"Tapi ...."
Nah, kan. Belum kelar aku belain Deny. Bos Devinosaurus balik kanan ninggalin ruangan pusat segala kegiatan masak-memasak.
KAMU SEDANG MEMBACA
PELAYAN CANTIK (kolab OrionPurnama/Sudah Terbit)
RomanceDevin (33) Pemilik puluhan resto, jomblo, ngebet nikah. Gieselina (19) Pramusaji cantik dan sexy incaran pak bos, kerja part time untuk tambahan biaya kuliah. *******