Pelayan Cantik (7)

1.5K 69 5
                                    

#Pelayan_Cantik (7)
#KOLAB_ORION_PURNAMA

"Dev, sejak kapan kamu mengenal gadis itu?" tanya Bunda, duduk bersisian ditepi kasur kamarku.

"Sejak Gie kerja di restaurant."

Bunda mendengkus pelan lalu menggenggam tangan ini, ada keanehan dalam mata Bunda. Sesuatu yang sulit aku pahami, antara kecewa, putus asa, atau entahlah.

"Ada apa, Bun? Bunda tidak suka dengan wanita pilihanku?"

Bunda menggeleng, lalu menatapku dengan menambahkan senyum yang dipaksakan.

"Bunda, bingung. Dia masih muda masih kuliah, lagi. Apa mungkin dia mau secepatnya ngasih Bunda cucu?"

Benar juga, meski aku gak keberatan kalau habis nikah langsung garap ladang tapi akan lain dengan Gie, secara gadis itu belum bisa aku taklukkan.

Ah, yang terpenting sekarang aku dan Gie nikah saja dulu. Masalah anak nanti juga Gie bakal ngerti dan bisa konsultasi sama dokter, termasuk minta resep.

"Percaya sama Devin. Nanti Dev usahakan rajin ... kasih pengertian buat Gie."

Bunda mencubit pipi ini setelah mendengar penjelasanku, lalu berhambur memelukku. Wanita pertama yang mencintaiku tanpa pamrih ini terlihat begitu bahagia dari senyum lebarnya ketika melepaskan pelukan.

"Kamu tahu, Dev. Bunda kira kamu gak suka cewek," tukas Bunda menyebalkan. Dia tertawa melihat wajahku yang tengah mendeliknya lalu memukul lengan ini, dengan tangan lain menutup mulut menahan tawa. Ada yang aneh dengan wajahku?

"Ternyata kamu normal, pinter lagi, milih lalapan," lanjutnya. Aku masih tanggepin dengan tatapan ilfeel.

"Udah, Bun. Kasian Gie di bawah sama Bapak komandan." Bunda mengangguk lantas mengikuti langkah ini keluar kamar.

Berjalan beriringan, tangan Bunda mengait di lengan ini sambil sesekali melepas tawa ketika aku menceritakan kecerobohan Gie di tempat kerja walau tidak menceritakan semua tentang hukumannya.

"Ya, kalah lagi." Ayah menepuk kepala dengan wajah kecewa lalu tak lama berganti dengan senyum lebar untuk Gie. Senyum yang sudah lama tak kudapatkan.

Ada rasa kagum pada gadis yang begitu cepat mengambil hati Ayah dan Bunda. Meski ini bukanlah rencana awalku tapi Gie sudah terlanjur masuk dalam duniaku. Maaf Gie, mau tidak mau kamu harus menjadi ibu dari anak-anakku.

Melihat kedatangan kami ayah langsung menceritakan bagaimana Gie mengalahkannya dalam permainan catur.

Yang benar saja, otak dangkal itu mengalahkan Ayah?

Lantas pasangan paruhbaya itu pamit meninggalkan kami berdua di teras pekarangan belakang, bahkan si kembar Nindi dan Nadin ikut diseret Bunda agar meninggalkan aku dan Gie.

Ujung bibir ini terangkat menanggapi tingkah Gie yang bergaya sok jagoan. Apa yang dipikirkan gadis ini? Menurutnya aku takut dengan pelototan mata indahnya?

Jangan bodoh, Gie. Bahkan gertakanmu itu hanya mengundang hasratku.

Mengenyahkan pikiran tentang bibir sensual yang menjadi candu baru untukku. Detik kemudian Gie memulai perdebatan antara kami tentang hukuman yang dipilihnya sendiri. Memang mudah untuk membodohi gadis ceroboh berotak dangkal ini. Bahkan dengan gaya sok bijak melayangkan argumen-argumen tak berkelas.

Salahnya sendiri. Sekarang tinggal satu, mendesak Gie agar mau menjadi istriku. Bukan kah, itu suatu keberuntungan baginya. Menikah dengan bos baik hati, dan tampan?

Namun, entah apa yang membuatnya berbelit dan berputar-putar dengan jawaban yang tak tentu, iya atau tidak.

"Lama amat jawabnya, oh iya, ini untuk gelas yang pecah." Cepat berlari setelah memberinya satu kecupan manis di pipi. aku tahu gadis itu tak akan diam ketika mendapat serangan dadakan.

PELAYAN CANTIK (kolab OrionPurnama/Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang