BAB 3
POV DEVIN
Gie masuk ruangan, mondar-mandir di sekitar meja yang tadi ia tinggalkan, sesekali tubuhnya merunduk, bahkan rela nungging-nungging lihat area kolong meja.
Shit! Itu pinggul ...
Ah, berkali-kali ngatur napas sambil ngelus dada, godaan yang dulu tak pernah membuat jantung ini bergetar kali ini hati dan jantungku dibikin gempa cuma karena body sexy Gie.
Ngusap kening, pipi, kemudian bibir takut ngiler gak lupa baca surat pendek, jangan sampai aku gak bisa nahan diri kayak tadi pagi.
Masih larut oleh pemandangan indah juga langka, aku dikagetkan dengan nada dering yang alay abis.
Hit you with that du du du ...
Ahyaey ahyeay ...Mata bermanik permata itu melotot, lalu berdiri dengan wajah menantang. Oh, ya ampun .... sorot tajam mata itu berhasil menusuk dada dan tembus ke jantung yang lagi berdetak tak karuan. Namun, tetap saja gak menutup rasa malu gara-gara terciduk ngumpetin nih hape di saku celana, mana hapenya pake getaran lagi. 'Kan geli.
"Bapak sembunyiin hape saya?" Lengkingan suara Gie menusuk gendang telinga. Ada pekerja marahin bos? Ya, ada. Ini, kayak cewek depan gue udah ceroboh kagak ada sopan santunnya lagi. Untung masih bocah, kalau enggak udah aku tuker sama mas kawin.
Gak terima masa iya Bos Devin yang terkenal dengan ketegasan dilecehin gini, apalagi kalau inget bagaimana dia kasih nama kontak konyol itu. Ya memang diusiaku yang ke 32 belum membawaku ke dalam bahtera rumah tangga tapi, masa iya harus aku buktiin kalau aku gak lapuk. Hah.
Aku merogoh Handpone butut miliknya lantas melempar benda pipih itu, dengan sigap Gie manangkap. Helaah, kayak drama bocah ingusan nangkap bola dari bapaknya. Setelah mendapatkan apa yang dicari, Gie pergi tanpa pemirsi.
Braak ...!
Setdah, lama-lama tuh pintu ancur dibanting muluk sama tuh cewek.
Dering telepon kantor menggema di ruangan, berjalan santai dan duduk di kursi kebesaranku, tangan ini bergerak mengambil gagang telepon di meja.
[Maaf, Bos. Cuma mau mastiin. Jadi gak kontrak sama band temen gue buat ngisi di restaurant.]
"Vokalisnya cewek apa cowok?"
[Cewek]
"Ok, jangan bikin gue kecewa!"
[Siip sesuai tipe Lu.]
Menutup panggilan dengan perasaan hati bermekaran, garis bibir melengkung. Rencanaku berhasil, akhirnya bisa tiap hari bertemu dengannya. Tak dipungkiri, kabar ini berhasil mengusir rasa kesal pada Gie.
Lantas aku kembali melihat kinerja para karyawan. Masih normal, hanya saja dua orang bodoh di ambang pintu tengah melakukan aksi alay mereka, bersua foto. Cih ...! Menjijikan.
"Ehm ... huaheeem!" Deny dan Gie berbalik, kekagetan begitu kentara di wajah Deni ketika suara deheman menghentikan aktifitas mereka. Namun, lain dengan Gie, hanya memberi ekspresi datar.
"Maaf, Bos." Deny menunduk, cepat-cepat dia pergi.
Sedang Gie, hanya menatapku sekilas dan melengos tanpa kata maaf. Ah, cuma bisa mendengkus kesal. Lagi pula suasana hati tengah berbunga jadi untuk apa merusaknya hanya karena gadis pemecah piring.
Mereka kembali bekerja hingga tak terasa hari mulai gelap, sedang Gie dan Deny sudah pulang dari jam dua siang tadi. Tinggal beberapa pegawai yang masih melayani tamu. Menunggu sambil menghitung pendapatan sampai restaurant ditutup.
KAMU SEDANG MEMBACA
PELAYAN CANTIK (kolab OrionPurnama/Sudah Terbit)
RomansaDevin (33) Pemilik puluhan resto, jomblo, ngebet nikah. Gieselina (19) Pramusaji cantik dan sexy incaran pak bos, kerja part time untuk tambahan biaya kuliah. *******