🍀

802 84 23
                                    

Langit malam bersalju

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit malam bersalju. Setiap butiran perlahan turun dari langit kelabu membuat suasana malam terasa menyendu.

Dulu, senyuman selalu tersungging lebar saat melihat salju turun untuk pertama kalinya. Tapi untuk saat ini, hal seperti itu sepertinya sesuatu yang mustahil karena hanya dengan mengingat kenangannya saja sangat menyakitkan.

Hal itu yang kini telah terjadi dan ia tau semua tidak akan kembali dan sama seperti dulu lagi, tidak akan pernah.









🍀🍀🍀🍀🍀






"Woah LIHAT, LIHAT SALJUNYA TURUN!"

Seruan seseorang dengan antusiasnya saat melihat salju turun untuk pertama kalinya membuat semua yang berada di mobil menegakan tubuh lelah mereka seketika. Tatapan mereka terfokus pada setiap butiran salju yang turun.

"Woah, kita bisa menyambutnya dengan berpesta?"

"Ide bagus. Kita butuh dana yang lumayan untuk pesta yang menyenangkan."

"Pakai uangmu saja Kakuzu kalau begitu!"

Dua pria sedang berdebat dengan rencana yang terlintas dibenak mereka. Sedangkan kedua pria di depan hanya mendengus lelah.

"Butuh sejam lagi kita sampai ke tempat baru kita, apa rencanamu?" Tanya pria yang sedang berfokus menyetir tanpa mengalihkan pandangannya pada jalanan.

"Hn, kita sudah sepakat dan setelah itu kita lihat saja perkembangannya."

"Hm, Konan dan Pain sudah lebih dahulu disana dan mereka sudah mengurus semuanya."

"Mana ada?" Pria yang sejak tadi menghitung angka-angka pada gadgetnya mendengus saat mendengar perkataan salah stau rekannya. Dia sangsi akan hal itu karena, "yang ada mereka sedang menikmati malam panas mereka."

"Bilang aja kau iri pemuda pelit!"

"Apa katamu pemuda sesat? Aku bukan pelit tapi penuh perhitungan."

"Sama saja P-E-L-I-T."

"DASAR JONES!"

"Kalian berdua punya nasib yang sama Hidan, Kakuzu jadi diamlah!"

Kedua pria itu berdecak sebal menerima balasan yang memang pada kenyataannya itu adalah kebenaran. Sedangkan kedua pria lain  ah, lebih tepatnya pria yang sedang menyetir hanya menggelengkan kepalanya dan pria disebelahnya memilih mengeluarkan sebelah tangannya dan menikmati setiap butiran salju menyentuh telapak tangannya.

"Berhenti!"

"Kenapa?"

Pria yang sejak tadi sibuk pada sentuhan-sentuhan salju meminta berhenti membuat semua rekannya kebingungan karena perjalanan mereka masih lumayan jauh.

"Berhenti!"

"Yak, jangan marah." Pria pengemudi itu menuruti keinginan temannya itu dan menepikan mobilnya. Sedangkan pria yang tadi langsung turun dan berlari kebelakang menuju jembatan yang sempat mereka lewati.

Tomorrow With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang