HARAP

46 2 2
                                    

Ingatkah engkau pada bait bait puisi yang kau lantunkan untukku? Oh, ataukah pada secarik surat yang kau berikan pada ku kala itu? Atau pada mimpi mimpi indah ku dikala malam menyapaku yang kau hancurkan itu?

"Echa, mau sampai kapan lu nyoret nyoret kalimat alay itu dibuku matematika lu? Sampai Pak Rudi negor lu untuk yang ke sekian kalinya?" Ucap Ira meremehkan Echa.

Ya. Itulah Elzhafira Putri, Siswi kelas 11 IPA 1, mengabadikan puisi puisi hidupnya pada sebuah buku; Buku Matematika.

Si pelajar halu. Begitulah sebutan yang diberikan Pak Rudi untuk Echa. Dan karena itu, seantero kelas pun juga menyebutnya dengan sebutan yang sama.

Echa selalu membayangkan untuk bisa dekat dengan seorang siswa kelas 12 IPA 1, tapi sayang, bagaimana mau dekat kalau ternyata namanya saja Echa tidak tahu.

1 tahun Echa pendam rasa itu, hanya Ira dan Rani yang tahu tentang hal itu. Padahal Echa adalah gadis yang pintar, cantik, dan selalu menjadi kebanggaan. Lelaki mana yang akan menolak pesona Echa? Kecuali, Dia.

🍁🍁🍁

Kriiing kriiing
Bel istirahat mengakhiri pelajaran menguras otak itu; Matematika, ya, sama seperti yang lain, Echa memang cerdas, tapi kalau sudah menyangkut Matematika, otaknya akan mengalami penurunan sebesar 80%, yaa setidaknya masih ada 20% yang tersisa, untuk digunakan membuat puisi.

Seluruh siswa berhamburan keluar kelas. Kecuali Echa, ia lebih memilih untuk tetap berada dikursinya yang terletak dipojok dekat jendela untuk melihat si pujaan hati. Tapi, bukannya melihat si pujaan hati, ia malah terlelap secara tak sadar.

"Kamu tau, aku pengen seperti burung yang bisa terbang bebas." Ucap Echa.
"Jangan" balasnya
"Kenapa?"
"Kalau kamu terbang bebas, kamu bisa pergi kemanapun, dan ninggalin aku, dan aku ngga mau kamu pergi, nanti kamu lupain aku" balasnya

"Dorrr!" Teriak Ira sambil menepuk bahu Echa.
Echa yang terkejut langsung terbangun dari mimpinya itu.
Ah mimpi itu lagi, katanya.

"Kok lu tidur sih Cha? Katanya mau liat pujaan hati? Ck! Tadi dia ada loh dikantin" ucap Rani memanas manasi
"Iya Cha, ganteng banget lagi, cool pula, terus gue disenyumin dong" timbal Ira
"Ngimpi!" Balas Echa sarkas.
"Yahh awas aja lu sampai si doi senyumin gue, gimana?" Tantang Ira
"Gue kubur lu hidup hidup" balas Echa yang dihadiahi tawaan Ira dan Rani.
"Duh Echaa, Lu yang cantik kayak gini aja engga dilirik, apalagi gue yang dibawah lu, gue mah sadar diri, engga bakal tuh Langit mencintai Bumi hahahaha"
"Haduh Iraa, menyatukan Langit dan Bumi aja mudah bagi Tuhan, apalagi menyatukan Gue dan Dia" balas Echa berbangga hati.
"Disatukan belum tentu berjodoh Cha, bisa jadi hanya untuk saling mengenal bukan untuk saling mencintai" balas Rani
"Kalau dengan saling kenal bisa bikin gue bahagia kenapa engga?"
"Aduh si pelajar halu, gini ya, lu deket sama dia, kenal, dan cuma lu yang bahagia, sedangkan dia? Lu kan engga tahu hati manusia itu seperti apa, pas lu lagi bahagia banget, ternyata dia lagi biasa aja, dan semakin lu kenal dia, bukannya benih dihati lu semakin berkembang?" Balas Rani
"Ran, dengerin gue, walaupun bumi ini berubah, gue bakal tetep mencintai dia"
"Lu engga bisa nentuin takdir Cha, lu bisa bilang ini, tapi 2 atau 3 tahun kedepan, lu engga akan tahu kan apa yang bakal terjadi?"
"Nyimak" Sela Ira.

Hening sesaat. Echa terus mencerna kalimat Rani yang bisa dibilang benar. Memang diantara ketiga orang itu, semuanya mempunyai karakter yang berbeda, dimulai dari Echa yang selalu berimajinasi, atau Rani si manusia yang paling bijak kalau sudah menyangkut urusan hati, dan adapula Ira si manusia sarkas, dan tidak mengerti tentang urusan hati.

"Lu kalau udah bahas takdir engga bisa jawab kan Cha?" Rani membuka keheningan.
Ira yang hanya menyimak segera menyenggol lengan Echa.
"Cha, jawab lu, malu maluin gue aja kalau engga bisa jawab"
"Berisik lu Ra" jawab Echa.
"Yaa gue selalu percaya kok Ran, suatu saat seluruh imajinasi gue bakal terwujud" sambung Echa sambil mengangkat tangannya ke atas.
"Apa sih yang bikin lu jatuh cinta sama dia? Kenal juga engga kan?"
"Nih ya Ran, cinta itu engga mandang, yang namanya jatuh cinta pada pandangan pertama, yaa susah Ran"
"Susah Ran kalau ngomong sama orang yang bucin nya udah sampai ke usus besar, dikit lagi tuh urat urat bucinnya bakal sampai ke Anus, makin susah buat dikembaliin kaya manusia biasa lagi" ledek Ira
"Teori dari mana Ra?" Tanya Rani
"Teori Harold Urey Ran"
"Itu teori Munculnya bumi, bukan teori bucin Ra" ucap Echa sambil menepuk jidat nya pelan.
"Ya sesuka gue kek, mau gue bilang teori Harold Urey kek, mau teori pak Habibie kek, engga ada salah nya kan?"
"ENGGA!" Jawab Rani dan Echa berbarengan.

Dan, perbincangan ketiga orang itu terus berlanjut sampai guru pelajaran selanjutnya datang.
Echa terus saja mengulang kalimat Rani, sambil meyakinkan dirinya kalau takdir juga bisa saja berubah. Yaa, dia yakin, lelaki itu suatu saat pasti akan membuka hatinya perlahan lahan. Pasti.

🍁🍁🍁

Kalau suka silahkan divote kalau tidak suka silahkan dikomen:)

Begitu banyak cara untuk menghargai sebuah karya😊

Terimakasih❤️

@Fatmatss_

I M A G I N ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang