Part 2

4.9K 130 5
                                    

Gw ceritain dari awal kisah ini di buka. Seperti yang gw bilang, waktu itu gw masih kelas 5 SD pada tahun 2005. Gw masih tinggal bareng dengan kakek gw dan tentu saja dengan saudara-saudara bapak. Karena orang jaman dahulu kebanyakan bertetangga dengan saudara kandung mereka sendiri, termasuk bapak.

Di depan rumah gw, sekitar 300 meter ada sebuah rumah besar, megah & luasnya sendiri bisa 6 kali luas rumah gw. Namun, semenjak pemiliknya meninggal, rumah itu menjadi kosong.

Rumah itu adalah rumah milik Mbah Puteri.

Setiap kali pulang ngaji, mau gak mau, gw bakal lewat samping rumah itu dan entah kenapa setiap melihat rumah itu, ada satu titik kecil rasa penasaran yang kadang buat kaki gw seolah di ajak untuk masuk kesana. Yaa.... seolah-olah rumah itu bisa menarik rasa penasaran seseorang.

Bertahun-tahun rumah itu di biarkan kosong begitu saja. Rumput liar sudah mulai tumbuh di halamannya. Terkadang bila ada waktu, bapak dan tetangga ikut memotong rumput biar terlihat lebih rapi. Di depan rumah itu ada sebuah pohon mangga, pohonnya besar. Jauh lebih besar dari pohon mangga biasa. Rumahnya sendiri menghadap ke utara. Tidak ada pagar di sekelilingnya, hanya 2 pintu dengan corak eropa. Lantainya, masih menggunakan bahan tekel. Gw pernah tanya nyokap, kenapa rumah itu di biarkan kosong. Nyokap bilang, gak ada yang mewarisi tanah dan rumah itu.

Sampai suatu hari, gw lihat sebuah mobil kijang lama berhenti di depan rumah itu. Rupanya, rumah itu sudah dibeli. Di miliki oleh seseorang yang tidak akan lama lagi, rumah yang sudah kosong bertahun-tahun itu akan ada yang nempati lagi. Gw punya firasat buruk soal ini.

Keluarga Rombe. Itu yang pertama gw denger waktu nyokap ngobrol sama bapak. Keluarga Rombe bukan orang asli jawa. Seinget gw beliau berasal dari Kalimantan. Alasan kenapa beliau tinggal disini adalah karena keluarga Rombe memiliki bisnis di bidang pembuatan bego (Sak untuk padi ). Keluarga Rombe dipimpin oleh ibu paruh baya, mungkin usianya kalau gw gak salah 51 tahun. Masih bugar, beliau menggunakan bahasa indonesia, belum bisa menggunakan bahasa jawa. 

Beliau memiliki 3 orang anak. Yang paling tua adalah Mas Romi. Usianya mungkin 21 tahun waktu itu. Anak keduanya adalah seorang perempuan, namanya Mbak Rachel usaianya sekitar 18 tahun dan yang bungsu namanya Tomi (14 tahun). Penilaian gw tentang mereka adalah mereka keluarga baik-baik, bahkan baru pertama kali kenal mereka membagi-bagikan makanan ke tetangga. Selain itu, mereka juga tidak pernah lupa menyapa tetangga. Bukan kriteria orang kaya yang sombong. Lalu, semua di mulai pada saat itu.

Suatu malam, Bu Rombe pernah bermimpi. Beliau, di datangi oleh orang yang tubuhnya besar dan tinggi. Kulitnya hitam pekat, sehingga wajahnya tidak kelihatan. Tidak hanya satu, melainkan bergerombol. Mereka meminta bu Rombe mengikutinya. Gw inget karena bu Rombe pertama kali menceritakan ini sama nyokap gw. Gw cuma curi dengar dan karena waktu itu gw cuma anak kelas 5 SD mungkin pikir nyokap gw gak akan mengerti. Gw bisa lihat, mata bu Rombe berair seperti menangis, bibirnya gemetar. Nyokap hanya mengatakan agar beliau tenang, sesekali mengelus bahu.

Kumpulan makhluk hitam itu, membawa bu Rombe bertemu dengan satu makhluk yang besarnya berkali-kali lipat dari makhluk yang membawanya. Sebegitu besarnya, sampe bu Rombe tidak bisa melihat wajahnya.

Nyokap hanya mengatakan "Dalboh" (Hantu tinggi besar).

Saat bertemu, Bu Rombe mendengar makhluk itu berbicara bahwa, mereka tidak keberatan keluarga bu Rombe tinggal disini. Namun, mereka mengingatkan untuk berhati-hati selama tinggal di rumah ini. Bu Rombe tidak mengerti maksud ucapan itu, gw cuma dengerin dan masih bisa lihat wajah ngeri bu Rombe. Setelah itu, bu rombe terbangun begitu saja. Sejak saat itu, banyak kejadian janggal terjadi dan ini semua hanya menimpa bu Rombe.

Mula-mula waktu bu Rombe mendengar suara bising di dapur, beliau pergi untuk melihat. Ketika sampai di dapur, beliau melihat gayung melayang begitu saja. Awalnya ini semua masih bisa di tahan oleh bu Rombe, karena beliau adalah Kristen yang taat. Namun semakin lama, semakin menjadi-jadi. Kamarnya bu Rombe ada di dekat ruang tamu, di lorong pertama. Di samping jendelanya, ada pohon jambu air.

Pernah waktu beliau sedang tidur, ada suara tawa cekikikan dari luar jendelanya. Karena penasaran beliau mengintip lewat celah jendela dan betapa terkejutnya beliau waktu melihat ada wanita bergaun merah duduk di salah satu tiang pohon jambu air, menatapnya dengan mata hitam.

Semua kejadian ini, hanya di ceritakan pada Nyokap. Karena rumah gw adalah rumah yang paling dekat dengan rumah bu Rombe. Selain itu nyokap bila ada kesulitan keuangan, Bu rombe lah yang selalu membantu. Nyokap pernah ngasih saran, untuk memanggil kiyai atau orang pintar. Tapi bu Rombe menolaknya, beliau adalah umat kristen yang taat dan memanggil kiyai atau orang pintar tidak ada dalam imanya.

Namun bukan berarti bu Rombe pasrah dengan keadaan ini. Pernah ia, memanggil teman gerejanya. Seorang wanita uzur. Ketika wanita itu menetap semalam, wanita itu menjerit tak henti-hentinya dan mengatakan bahwa rumah ini di bangun di tanah terkutuk. Hal ini sempat membuat orang-orang desa berkumpul, karena wanita itu terus berteriak dan menjerit, seperti kesetanan. Bu Rombe semakin takut.

Sementara anak-anaknya, tidak tau apa-apa. Semua gangguan-gangguan itu rupanya terus berlanjut dan menjadi semacam rutinitas bagi bu Rombe, sampai beliau tau dimana tempat dan siapa penunggunya. Hal ini, belum menimbulkan konflik kekerasan fisik.



Sampai..........










.
.
.
Lanjut >>>😰

RUMAH ROMBETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang