Lalu, kenapa si Bayi berhenti menangis manakala jendela itu di buka?
Rupanya, dulu Eeng sangat takut dengan kuntilanak merah di pohon jambu tepat di samping kamar. Pertanyaanya, kemana jin yang dulu selalu bermain bersama Eeng. Kunci jawabannya adalah Pak Albert lah yang menjadi sumber dari masalah ini.
Bagaimana gw bisa tau?
Karena, Mbah Timan lah yang akhirnya harus membereskan semuanya. Gw akan coba susun detail dari semua kisah ini lewat sudut pandang Mbah Timan ketika beliau menceritakan ini pada kakek gw. Gw harap kalian bisa memperhatikan setiap detail karena rupanya semua kejadian ini berhubungan satu sama lain.
Jujur nuntasin cerita ini dini hari seperti ini bikin gw merinding, tapi gw udah janji mau nyelesaiin malam ini jadi, ayo kita lanjut.
Kalian ingat dengan Mbah puteri, si pemilik rumah yang pertama. Rupanya suami beliau yang pertama adalah pemilik sebenarnya rumah ini. Seorang Londo, namun beliau sudah meninggal karena hal misterius. Disini, Mbah Timan mengatakan bila Mbah Puteri rupanya adalah Bahu Laweyan.
Apa itu Bahu Laweyan ??
Konon, mereka yang seorang bahu Laweyan adalah mereka yang diikuti oleh pasukan Jin dan siapapun yang menikahi Bahu Laweyan akan mendapatkan petaka berupa kemalangan, kesialan, bahkan kematian. Hal inilah yang terjadi kepada 14 mantan suami Mbah Puteri.
Yang mengerikan adalah semua jasad mantan suaminya, di kuburkan di bawah pondasi rumah, itulah alasan kenapa rumah ini tinggi di beberapa tempat, sedangkan tanah dapur lebih rendah dari tempat yang lain.
Mbah Puteri sendiri menyadari dirinya seorang Bahu Laweyan, sehingga akhirnya beliau membuat perjanjian bahwa ia tidak akan pernah menikah lagi setelah pernikahanya ke 14. Sebagai gantinya, ia mendapat satu batu pusaka sebagai imbal balik segala kesialan itu.
Batu itu, di simpan Mbah Puteri tepat di salah satu kamar dapur yang di jaga oleh Nenek-nenek dan pasukan Jin, sehingga tanah di sana menjadi tanah keramat. Tanah yang tidak akan bisa sembarangan di tinggali apalagi di jadikan hunian bagi mereka yang tidak tau sejarahnya.
Semeninggalnya Mbah Puteri. Pasukan Jin itu tetap tinggal disana, menjaga batu pusaka yang di tinggalkan Mbah Puteri. Kemudian, kepemilikan beralih ke tangan bu Rombe. Disini, bu Rombe tidak tahu menau musibah apa yang beliau peroleh ketika tanpa sengaja ia menemukan batu itu. Namun, bu Rombe tidak menyadarinya karena cara menemukan batu itu hanya melalui mimpi beliau.
Apa yang bu Rombe lakukan membuat pasukan Jin Murka sehingga akhirnya mereka mulai menganggu, membuat pikiran bu Rombe semakin kacau. Manakala manusia sudah semakin lemah, memudahkan mereka dikuasai akal dan pikirannya. Jin Perempuan yang dikirim untuk menyakiti bu Rombe melalui anaknya Rachel, rupanya mendatangkan konflik dengan pasukan Jin Rumah itu, yang merasa terganggu.
Ketika energi negatif bertemu dengan energi negatif, akibatnya adalah tolak menolak. Jin Perempuan itu rupanya cukup kuat sehingga ia menuntaskan segalanya saat bu Rombe semakin lemah dan lemah, hingga akhirnya meregang nyawa. Sayangnya ketika Jin Santet sudah menunaikan tugasnya, kontraknya terhadap si pengirim akan di anggap lunas, sehingga akhirnya jin perempuan itu menetap di kamar bu Rombe.
Disinilah Pak Albert tahu tentang batu Pusaka itu dari Jin perempuan yang kebetulan menyukai Eeng, syarat yang di tawarkan adalah nyawa Eeng. Pak Albert setuju dengan syarat itu, kontrak yang di jalin manusia dan bangsa jin memang bersifat mengikat, sehingga konsekuensi apapun harus di terima. Salah satunya adalah, serangan masif pasukan jin terhadap bu Eli.
Namun, hal itu tidak juga di indahkan oleh pak Albert yang sebegitu inginnya dengan batu Pusaka yang konon bisa mengangkat derajat manusia. Mbah Timan, memperingatkan Pak Albert atas konsekuensi yang dia buat. Pasukan Jin itu bersifat menjaga, tidak menyerang. Karena sebelum jauh ada mereka disini, rumah ini sudah berdiri di tanah yang di tinggali bermacam-macam makhluk ganas
salah satunya, kuntilanak merah.Namun, karena ada pasukan jin itu, semua memiliki daerahnya masing-masing. Yang buat gw sedikit merinding dengan cerita ini adalah korban tumbal akan senantiasa penasaran, itulah alasan kenapa Eeng tidak pernah meninggalkan kamar itu.
Dengan semua kesimpulan yang Mbah Timan ceritakan membuat gw jadi tau. Pak Albert berhasil mendapatkan batunya. Konsekuensi yang dia dapat, keluarganya hancur. Eeng tewas sebagai tumbal. Sekarang semua yang ada disana, menjadi bebas dan hal ini menimpa keluarga ini.
Teror yang paling sering mereka dapat adalah setiap malam, seringkali terdengar suara wanita menangis dan bila di cari suaranya menghilang. Ketika tidak di cari, suaranya akan terdengar lagi. Ini terjadi sepanjang malam. Di dapur rupanya di tinggali oleh makhluk berperawakan besar. Sayangnya ia hanya menganggu dengan menjatuhkan barang-barang dapur.
Di siang hari, kadang kala si isteri selalu mendengar suara kaki berlarian, terkadang ranjang berdencit seolah-olah ada yang menginjak-injak ranjangnya. Beberapa kali sudah di adakan pengajian hingga memanggil orang pintar, hampir semua menjawab dengan jawaban yang sama.
Tanah ini, bukan tanah yang cocok untuk tempat tinggal. Sebegitu hitamnya tempat itu. Sampai akhirnya, ketika malam hari dimana sang ibu pergi untuk membuang air, saat ia kembali jabang bayi yang ia tinggalkan di dalam kamar, menghilang. Yang pertama kali menawarkan bantuan tentu saja. Mbah Timan, yang di bantu para warga. Mereka semua di minta berkumpul di luar rumah, sementara mbah Timan membaca ayat suci. Warga yang di kirim sebelumnya, mengkonfirmasi tidak menemukan apapun.
Suasana saat itu tegang.
Sampai akhirnya, Mbah Timan memerintahkan warga mengambil barang-barang dapur yang bisa dibawa khususnya yang menimbulkan suara. Di bantu warga, barang-barang segera di tabuh, riuh suasana seperti sebuah pesta dan Mbah Timan mulai berjalan memutari rumah, satu demi satu. Beliau melihat makhluk-makhluk itu, memenuhi segala tempat, menari mengikuti tabuhan barang-barang dapur warga.
Ketika berhenti tepat di kamar mandi lama, Mbah Timan melihat sosok nenek tua. Tubuhnya 3 kali tubuh mbah Timan, rambutnya panjang sampai menyentuh tanah. Begitu melihat Mbah Timan, wajah makhluk itu melotot marah.
"Kembalikan. itu bukan anakmu."
Makhluk itu tidak menggubris,
"Jangan sampai saya menggunakan cara yang kasar untuk meminta."
Para warga yang sedari tadi mengikuti Mbah Timan menabuh semakin keras. Sebegitu kerasnya, sampai makhluk itu menari-nari mengikuti tabuhan warga. Mbah Timan segera mengambil bayi yang ada di kakinya, di sembunyikan di bawah pohon seukuran mata kaki, yang anehnya sebelumnya para warga tidak ada yang bisa melihat, ada bayi disana.
Bayi di kembalikan dengan selamat ke pangkuan orang tuanya, lalu Mbah Timan berujar.
"Rumah ini tidak baik untuk di tinggali, yang baru saja ngambil bayi kamu itu Wewe gombel, sebelumnya dia tidak pernah berani kesini"
"Tapi sekarang jadi berani, karena rumah ini, sangat dingin."
"Namun kalau panjenengan masih ingin tinggal, saya sarankan siap mental, yang disini bukan hanya kuntilanak, wewe gombel, tapi masih banyak lagi. Jadi saya serahkan keputusannya sama kalian."
Mendengar itu, pasangan suami isteri itu akhirnya mengikuti apa yang Mbah Timan katakan. Mereka hanya menempati rumah itu tidak lebih dari 2 bulan, selebihnya hingga saat ini, rumah itu dibiarkan kosong. Menjadi monumen paling di hindari bahkan hingga saat ini.
Terakhir gw lihat rumah itu 4 bulan yang lalu, masih kokoh berdiri meski tanda kehidupan tidak terlihat sama sekali. Yang pertama kali gw inget setiap kali melihat rumah itu adalah kejadian-kejadian yang membuat gw kembali berpikir, betapa kecilnya gw di tengah rahasia-rahasia yang gak gw pahami sebagai manusia.
Begitu kecil nan polos.
Sekali lagi, gw gak berniat menakut-nakuti. Gw hanya sekedar berbagi. Ada kalanya hal-hal seperti ini bisa menjadi pelajaran untuk mawas diri, bahwa sebagai manusia tidak sepantasnya kita bersombong diri, dengan menghalalkan segala cara untuk meraih apa yang kita ingini.
Yang jelas, gak akan ada orang di desa gw yang bakal melupakan satu dari ratusan hal-hal di luar nalar itu yang pernah terjadi disini.
Gw tutup thread ini dengan satu pesan :
ADA YANG LEBIH BESAR DARI APA YANG KITA SEBUT DENGAN DUNIA INI, JADI KENAPA KITA TIDAK MEMINTA KEPADANYA SAJA. BUKAN KEPADA, YANG MENYEKUTUKANYA.
-Selesai-
Sumber : Simpleman
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMAH ROMBE
HorrorRUMAH ROMBE. Tidak ada yang tidak mengenal peristiwa ini, sebuah peristiwa yang dulu sempet membuat geger satu desa bahkan begitu mengerikannya tragedi ini, sehingga membuat banyak orang begidik ngeri tiap melihat saksi bisu peristiwa ini. Ya, ben...