Bu Rombe kembali bermimpi. Mimpi yang sama, bertemu dengan makhluk hitam dan membawanya ke sosok besar dan tinggi itu lagi, kali ini suaranya marah, sangat marah sehingga Bu Rombe sampe menangis sejadi-jadinya.
Keesokan harinya....
Konon, beliau marah karena ada tamu yang tidak di undang.Hari berganti hari. Gw bisa lihat sendiri perubahan yang terjadi dengan Bu Rombe. Beliau menjadi lebih kurus, pucat dan tampak letih. Gw bisa menebak, bahwa mungkin tidur adalah hal yang paling dia hindari, mengingat ketika beliau bercerita ke nyokap bahwa makhluk itu semakin intens menganggunya. Menteror dengan nada marah yang bahkan Bu Rombe sendiri tidak mengetahui sebabnya.
"Tamu tak di undang."
Nyokap selalu memberi saran agar Bu Rombe mencari pertolongan, seseorang yang mungkin tau hal-hal yang menganggunya, namun Bu Rombe selalu menolaknya. Beliau percaya dengan kekuatan Tuhan dan Imannya.
Siang itu, gw lagi makan di teras, gw kaget waktu Mbak Rachel nyamperin gw.
"Mak dimana?." Tanyanya, wajahnya panik.
"gok pawon." (di dapur) Kata gw.
Nyokap yang denger suara Mbak Rachel buru-buru keluar, air matanya sekarang keluar. Nyokap segera berlari dengan mbak Rachel menuju rumah. Gw ikut di belakang mereka, begitu sampai di dalam rumah, mbak Rachel nunjuk kamar Bu Rombe.
Di bukanya pintu itu, dan seketika bau anyir bangkai tercium menyengat, begitu menyengat sampai gw nggak mau masuk lebih jauh, tapi gw bisa lihat dengan mata kepala gw sendiri. Bu Rombe tengah terduduk di atas ranjangnya, matanya merah baru menangis, kondisinya benar-benar nggak karuan. Kemudian, beliau muntah.
Muntah cairan hitam yang gw yakin bukan darah, warnanya hampir sama dengan darah mengering tapi itu bukan darah. Karena bau anyir busuk itu berasal dari cairan itu.
"Tolong." Ucapnya.
"Tolong."
Nyokap langsung lari, mencari Pak RT. Pak RT datang dan beberapa warga, tapi ketika mereka masuk gw inget, Bu rombe malah tertawa cekikikan, kemudian berteriak lantang
"METU."
(Keluar)Bingung...!
Itu yang gw yakin sekarang ada di dalam pikiran Pak RT dan bapak-bapak, karena setiap kali Pak RT mengingatkan untuk istighfar, bu Rombe justru tertawa."Opo iku istighfar istighfar. Imanmu jek sak jentik'e tanganku gak usah gaya-gaya an."
(Apa itu istighfar istighfar. Imanmu saja masih sekecil jari kelingkingku, gak usah pamer.)Tegang wajah semua orang, termasuk gw yang ada di baris paling belakang. Sekedar mengintip di luar rumah, orang-orang berdatangan, semakin rame. Mbak Rachel kemudian mendekat.
"Kamu siapa, Mama mana bisa bahasa jawa."
"Makmu!!."(ibumu). Dia tertawa lagi, lebih keras dari sebelumnya.
"Aku guk Makmu cah wedon"
(Aku bukan ibumu anak gadis)Pak RT cuma menahan Mbak Rachel agar tidak mendekatinya. Sampai Mbah Gimon muncul, beliau masuk ke kamar dan melihat langsung apa yang ada di depannya.
"Demit ASU." (Setan Anjing).
Mbah Gimon itu tetangga jauh gw. Kesehariannya hanya berkebun, tapi beliau pernah menghadapi hal semacam ini, yaitu ketemplekan (kesurupan).
Yang bikin gw takjub, Mbah Gimon tidak membaca Ayat suci untuk hal mistis semacam ini, karena setau gw cara itu yang dilakukan untuk mengusir. Sebaliknya, Mbah Gimon hanya menekan jari kaki Bu rombe, lalu bu Rombe menjerit sambil memaki-maki.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMAH ROMBE
HorrorRUMAH ROMBE. Tidak ada yang tidak mengenal peristiwa ini, sebuah peristiwa yang dulu sempet membuat geger satu desa bahkan begitu mengerikannya tragedi ini, sehingga membuat banyak orang begidik ngeri tiap melihat saksi bisu peristiwa ini. Ya, ben...