Besoknya gw di minta Pak Albert, nama bapak yang akan menempati rumah ini dengan bu Eli, menyambut anak mereka, Stevanus dan Eeng. Waktu gw lihat Stevanus, gw sempet minder. Walaupun usianya sama dengan gw, perawakannya tinggi besar. Namun, ketika gw melihat saudaranya si Eeng.... gw gak mau komentar apapun. Sebelumnya gw minta maaf, karena si Eeng rupanya memiliki kelainan mental.
Ada hal yang menarik perhatian gw dari Eeng, waktu pertama kali masuk.Secara mengejutkan dia berlari dengan gelagat seperti anak usia balita, dia berlarian kesana kemari. Namun, mendadak dia berhenti di depan kamar yang dulu di pakai oleh bu Rombe, dia diam disana lama. Kemudian mengatakan dengan senyuman ganjil.
"Ante"
Waktu itu, gw belum paham apa yang dia bicarakan, sampai Stevanus mengatakan Eeng biasanya berbicara dengan logat kurang sempurna. Gw berdiam diri sebentar sebelum gw berpikir, "Ante" terdengar seperti ucapan "Tante". Gw merinding mendengarnya.
Gw mencoba bersikap biasa saja, terutama saat gw ada di dalam rumah itu. Suasana gk enak sangat terasa. Pak Albert, meminta gw ikut berkeliling rumah, melihat ada apa saja. Sebenarnya gw gak mau, tapi Stevanus waktu itu cerita mau ngajak gw maen game.
Game waktu itu adalah hal yang sangat mahal, jadi gw iyain. Sebelumnya, gw cuma pernah ke rumah ini gak lebih melewati kamar bu Rombe. Di sebelahnya masih ada 2 kamar lagi, yang gw perkirakan adalah kamar Mbak rachel dan mas Romi dulu. Namun hari ini gw baru tau, bila rumah ini rupanya sebesar ini.
Kalau kalian tau kebanyakan rumah belanda, rata-rata di bangun dengan pondasi yang tinggi. Gw gak tau kenapa, karena kebanyakan rumah model belanda selalu memiliki tangga untuk naik maupun turun dan sekarang gw tau, rupanya letak kamar mandi jauh di bawah, gw harus menuruni anak tangga yang tingginya gak lebih dari 1 meter. Disana ada beberapa pintu kamar dan dapur. Dapurnya sendiri masih menggunakan tungku dan beralaskan tanah, sementara lantai di atas menggunakan tekel. Dari semua tempat di rumah ini, suasana paling menakutkan memang di area dapur dan kamar mandi.
Bulukuduk gw merinding. Pak Albert hanya melihat ke sekeliling, namun perasaan gw semakin gak enak waktu pak Albert membuka pintu demi pintu di area dapur, seperti firasat muncul begitu saja. Di dalam kamar-kamar itu, hanya ada ranjang tua. Temboknya pengap dan sedikit bau. Bila kalian ingin membayangkan, bayangkan saja sebuah ruangan di dalam penjara. Nyaris seperti itu suasana kamar di lantai bawah.
Setelah gw balik, gw sampe kepikiran gak mau lagi balik ke rumah itu sementara waktu. Rupanya, gangguan-gangguan itu mulai bermunculan, ketika gw denger Stevanus bercerita. Stevanus menggunakan kamar nomer 2, yang dulu menjadi kamar Mbak Rachel. Sementara si Eeng, menggunakan kamar yang dulu digunakan bu Rombe. Kamar ke 3 tentu digunakan pak Albert dan bu Eli.
Stevanus pernah cerita, waktu tengah malam dia terbangun karena tiba-tiba merasa haus. Karena air ada di dapur, maka ia pergi kesana sendirian. Begitu menuruni tangga, Vanus merasa dirinya gak sendirian. Setelah mengambil air di kendi dan menuangnya dalam gelas, Vanus mendengar suara.
Suaranya seperti ranjang reot ketika di duduki. "Krieeeet.." , suaranya berasal dari satu kamar.
Penasaran, vanus mendekat. Suaranya semakin keras, sampai vanus berdiri di depan kamar itu. Tangannya sudah siap membuka pintu, namun Pak Albert menepuk bahunya.
"sudah minumnya" Vanus kaget.
Pak Albert meminta Vanus kembali ke kamarnya. Keesokan harinya, pintu itu di segel oleh Pak Albert. Gw yang denger gak komentar sama sekali, bahkan waktu Vanus bilang :
"Mau tidak menginap di rumahku malam ini, papa gak ada di rumah malam ini, jadi kita buka kamarnya."
Gw cuma nyengir, kemudian menolaknya keras-keras. Kejadian berikutnya waktu gw maen game sama Venus, tahun segitu yang bisa gw maenin cuma game mario, sama game circus. Pas gw lagi asyik-asyik maen, gw denger suara berisik dari kamar si Eeng. Vanus baru aja tidur, membiarkan gw maen sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMAH ROMBE
HorrorRUMAH ROMBE. Tidak ada yang tidak mengenal peristiwa ini, sebuah peristiwa yang dulu sempet membuat geger satu desa bahkan begitu mengerikannya tragedi ini, sehingga membuat banyak orang begidik ngeri tiap melihat saksi bisu peristiwa ini. Ya, ben...