Holla!!
Sebelum baca pastikan pencet dulu tombol votenya~
Dan jangan lupa untuk kasih komentar di cerita aku supaya bisa perbaiki alur dan bahasa ceritanya
Thank you and happy reading!
..
.
Ayah Taeyong mengusap wajahnya kasar. Ia menatap anaknya dengan pandangan marah. Pria itu bahkan beberapa kali terlihat ingin melayangkan pukulan ke anak bungsunya.
"Sudah Ayah bilang berapa kali? Bicara dengan Ayah kalau kau mulai kambuh!!"
Taeyong menampakkan wajah tak suka. "Kambuh apa?! Apa Ayah masih mengira bahwa aku sakit?"
Anak terakhir Lee Insung itu mengeluarkan nada tinggi pada ayahnya. Matanya berkilat dengan amarah.
"LEE TAEYONG!!"
"Sudah sayang," Lee Shinji; ibu Taeyong, memegang lengan suaminya. Berusaha menenangkan.
"Memangnya apa yang aku lakukan? Kenapa Ayah marah begini?"
Ayah Taeyong mengacungkan jari telunjuknya ke arah Taeyong. "Mayat perempuan di kebun belakang itu ulahmu kan?"
Dahi Taeyong berkerut. Ia terkekeh. "Oh itu, ulah Doyoung.. bukan aku!"
"Nak, Doyoung itu hanya teman imajinasimu.." jelas ibu Taeyong dengan pelan.
"Ibu! Mereka temanku! Mereka ada di sampingku! Se! La! Lu! Tidak seperti kalian yang selalu pergi ke luar negeri untuk bisnis!"
Taeyong pergi ke kamarnya sambil menangis. Kedua orang tua Taeyong hanya bisa menghela napas. Merasa sangat gagal menjadi orang tua karena anaknya terus membunuh orang.
"Yongjae!" Teriak Insung.
"Kunci kamar Taeyong! Jangan biarkan dia keluar kamar sampai anak itu mau mengakui kesalahannya."
"Baik Tuan!"
Shinji menatap suaminya tak percaya. "Sayang! Kau sudah gila?! Taeyong adalah anakmu!"
Insung menatap nyalang istrinya. "Kalau begitu buat dia tidak selalu menyusahkanku!! Memangnya kalau dia ketahuan membunuh semua akan baik-baik saja?!!"
"Dengar! Aku tidak akan segan mengasingkannya kalau dia sampai mencoreng nama keluarga kita!"
Insung berjalan meninggalkan istrinya yang menangis. Wanita itu menatap punggung suaminya yang menjauh. Ia harus segera mencari cara agar anaknya bisa sembuh.
***
Taeyong memeluk gulingnya. Tangannya memainkan gantungan ponselnya yang berbentuk bintang sambil bersenandung kecil.
"Maaf, seharusnya ku tutup dengan rapi. Hari ini kau jadi terkena marah."
Pria Lee itu mendongakkan wajahnya. "Tak masalah, aku senang kau sudah membunuh Chaeyeon."
Doyoung menunjukkan wajah bersalahnya. Ia memegang tangan Taeyong. "Apa aku pergi saja?"
"Ayahmu tampak tak senang kami ada disini, Tae.." lanjut Doyoung.
"Tak masalah hidup tanpa ayahku." Taeyong berucap lirih.
KLIK!!
"Dasar bodoh, apa mereka pikir aku tak akan bisa keluar dengan mengunci pintunya?" Bibir Taeyong tersenyum remeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Telekinesis
Fiksi Penggemar[ DALAM TAHAP REVISI ] kalau kalian mengira aku mudah dikalahkan maka bersiaplah untuk mati, karena aku selalu mendapat apa yang aku inginkan. Termasuk mendapatkan orang yang aku sukaiㅡ Jung Jaehyun! Warning! [ Boy love content ] Don't read...