:: Lima Penggalan Pasti ::

1.1K 301 50
                                    

:: LARAS ::
—penggalan pasti—

"Mama kasih cokelat tadi soalnya dia ngerengek mau cokelat mulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mama kasih cokelat tadi soalnya dia ngerengek mau cokelat mulu."

"YA AMPUN TANTE, KENAPA COKELAT?!"

Selepas perbincangan singkat di saung panti asuhan, akhirnya aku meminta izin untuk membawa Lia ikut ke rumah Yangyang—mengingat pemuda itu kutinggalkan bersama Mama Wendy di sana.

Tapi sepertinya Mama Wendy bukannya mendatangkan solusi, melainkan petaka yang membuat rencana berdiskusi kami gagal. Bukannya membuat Yangyang tenang, Mama Wendy malah membuat pemuda itu semakin menggila dengan berlarian dan membanting seisi rumah.

Lia adalah satu-satunya yang menjerit heboh begitu tahu kalau Yangyang diberikan cokelat. Bukan hanya Mama Wendy, aku dan Rendi juga turut kebingungan. Apa hubungannya Yangyang dan larangan memakan cokelat?

"Rendi, lo tolong tangkep Yangyang. Apapun caranya asal dia diem, " titah Lia masih panik kemudian masuk dan menggeledah kamar yang kalau tidak salah adalah milik Mama angkat Yangyang.

Aku yang linglung hanya menatap Lia tanpa bergerak selangkah pun. "Kamu mau ngapain?"

"Mau cari barang yang bikin dia takut." Hanya itu jawaban yang aku dapat sebelum sosok Lia menghilang dari balik pintu kamar, meninggalkan aku dan Mama Wendy beserta sejuta kebingungan.

"Ahahaha, ayo tangkap aku. Hahaha. Dasar kamu manusia payah, hahaha." Yangyang tertawa puas sambil terus berlarian menghindar dari Rendi.

"Gila, nggak kuat aku ngejernya, Ka. Gantian gih," pinta Rendi terengah-engah di sampingku, memandang pemuda yang nampak bahagia karena dikejar tadi.

"Kok aku? Cowokkan? Kamu aja lah. Lagian yang disuruh kamu bukannya aku." Aku sengaja berkilah karena masih merasa trauma setelah insiden Yangyang melempar baterai kemarin.

Namun melihat ekspresi Rendi membuatku urung. Sepertinya Rendi benar-benar kelelahan, belum lagi dia itukan mudah kesal kalau diledek. Aku melirik sebentar Mama Wendy yang masih melamun, kemudian menghela nafas panjang. Semoga kali ini Yangyang mau mendengarkanku.

"Yangyang," panggilku lirih namun bukan Yangyang yang membalas, melainkan Rendi. Dengan bar-barnya, Rendi menjitak kepalaku dari belakang.

"Kerasan bambang!"

Ck! Sudah minta tolong, ngegas lagi. "Ampas!"

Setelahnya aku kembali memandang Yangyang. Pemuda itu nampak asik mencoret dinding dengan krayon miliknya. Ah, sama seperti saat pertama kali aku datang ke sini.

Oke, tenang Rizka. Tenang, jangan panik.

"Yangga!"

Aku terperangah. Demi apa pun sepenggal nama itu berhasil membuat perhatian Yangyang teralihkan. Dari pojok ruangan ia menatapku dengan tatapan—i don't know, tapi tampak benar-benar kosong.

[✔] LARAS -Liu YangyangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang