:: Penghujung Laras ::

1.9K 283 40
                                    

*play mulmed dulu dong*

:: LARAS ::
—epilog—

:: LARAS ::—epilog—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mama!"

Mataku terbuka lebar bersama dengan dada yang bergemuruh. Atensiku memeriksa sekeliling sampai tersadar kalau aku sedang berbaring di kasur tempat tidur. Mulutku bungkam tanpa diminta.

Jadi, semuanya hanya mimpi?

"Mama?" panggilku berharap Mama Wendy segera menjawab dan berlari ke kamarku.

Namun, sampai aku berdiri dan berjalan hingga ambang pintu, tak ada satu suara pun yang menyambut. Jantungku mulai bergemuruh, rasa panik menyerang hingga membuat sekujur tubuhku gemetar hebat.

"Mama!"

"Ka? Kamu udah sadar? Kenapa teriak-teriak? Mending istirahat dulu di kamar sana."

Kepalaku menggeleng kencang. Ke mana Mama Wendy? Mengapa malah Rendi yang menjawab?

"Mama ke mana?" Suaraku melirih di setiap katanya, menatap Rendi dengan pandangan yang turut memburam.

Rendi nampak menggigit bibir bawahnya, sekilas terlihat panik sebelum menghela nafas pendek. "Balik ke kamar, Ka. Kamu masih butuh istirahat. Vertigo kamu kambuh."

"Mama aku mana?"

"Tante pergi sebentar."

"MAMA WENDY  DI MANA RENDI? JANGAN PURA-PURA BEGO!"

Rendi mendesis, membuang pandangannya ke samping kemudian menatapku dengan ekspresi yang.... Muak.

"TANTE WENDY MENINGGAL! Tante meninggal cuma karena kamu yang ngijinin dia donor ginjal buat Si Idiot Yangyang. Puas?!"

Tubuhku merosot tanpa diminta. Tangisku pecah. Jadi, semua memang benar-benar terjadi?

"G-gak mungkin. Aku udah larang Mama buat donor ginjal dia."

"Kamu nggak pernah larang, malah kamu maksa Tante buat segera donor tanpa pertimbang sama sekali. Dan sekarang kamu mau teriak-teriak sok kehilangan?! Heran, bisa-bisanya kamu lebih pentingin orang idiot ketimbang Mama kamu sendiri, Ka. Gila tau nggak?"

Aku menggeleng lemah. Dengan tangis yang menggema aku menarik rambutku, menghantam kepala ke dinding berharap semua hanyalah omong kosong. Namun Rendi dengan sigap menahan kepalaku dengan tangannya.

"Kalo lo mau mati, nggak perlu banting kepala. Biar gue aja yang tenggelemin lo ke bak mandi," ucapnya sinis, semakin membuatku tidak bisa menerima semua yang terjadi.

"Lia juga sedih, tapi dia nggak sebego kamu. Dia lebih milih nenangin pikiran dan istirahat, nggak kayak kamu. Dia juga nangis tapi gak selebay ini sampe banting-banting kepala." Setelahnya Rendi merunduk, menyamakan tinggi badannya denganku sambil menepuk pelan kepalaku.

[✔] LARAS -Liu YangyangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang