:: LARAS ::
-seruan-Entah untuk keberapa kalinya dalam seminggu, aku terbangun dengan posisi kepala masuk ke bawah kolong tempat tidur. Tugas skripsi yang tak kunjung usai seolah menang telak dan berhasil memporak-porandakan isi otakku. Sambil menggosok kepala, aku merangkak ke atas tempat tidur, mematikan macbook yang masih menyala sejak beberapa jam lalu. Dengan nyawa yang belum terkumpul penuh, aku berjalan sempoyongan ke arah almari kayu.
"Rizka, cepetan makan. Itu temenmu udah nunggu di bawah!" Sebuah teriakan terdengar dari balik pintu kamar yang hanya kusahut dengan dehaman serak sebelum beranjak ke kamar mandi.
Tidak, itu bukan dari Ibu atau Ayah. Maaf, tapi hidupku tidak seberuntung kalian yang terlahir dengan limpahan kasih sayang kedua orang tua-atau salah satu dari mereka. Harusnya kalian lebih bersyukur, dibanding denganku yang sama sekali tidak pernah merasakan bagaimana kasih sayang orang tua sejak detik pertama terlahir ke dunia. Hanya beruntungnya masih ada yang mau menampung hidupku hingga sekarang. Ah, kalian bisa memanggilnya Mama Wendy.
Sekitar tiga puluh menit waktu kuhabiskan untuk bersolek diri. Bukan, aku bukan sedang bersiap untuk berkencan. Lebih tepatnya, mencari bahan untuk mempercepat skripsi. Demi Tuhan, aku ingin semuanya cepat selesai.
"Ma, Rizka sama Rendi pergi dulu. Bye!" kataku setelah melahap tiga sendok nasi goreng yang sudah disiapkan Mama Wendy.
"Rizka, kenapa nggak dihabisin sekalian!"
"Kenyang, Ma. Lagian kasian Rendi udah nunggu dari tadi."
"Nggak boleh! Udah, tunggu sebentar biar Mama masukin tempat bekal." Aku meringis gemas, melirik Renjun yang masih sibuk dengan video game-nya sambil bersandar di motor.
"MAMA! Ayo, ihh!" jeritku gemas tak sabaran dan langsung berhambur ke dapur. "Rendi mukanya udah asem gitu, nanti bisa mati berdiri aku gara-gara diomelin, tau."
"Sebentar, ini juga udah beres." Mama Wendy menyerahkan tempat bekal hijau padaku setelahnya. "Nih. Udah sana, hati-hati di jalannya. Bawa gelar bukan bawa cucu, oke?"
"Mama ih!"
Sumpah, ya. Omongan Mama Wendy memang sering keluar jalur apalagi kalau melihat Rendi. Padahal aku dan Rendi tak lebih dari teman, dan memang akan seperti itu hingga seterusnya. Tapi tetap saja, orang-orang menganggap hubungan kami spesial.
Lagipula, Rendi sudah punya incarannya sendiri. Aku tidak telalu ingat namanya, tapi kalau tidak salah dia anak Fakultas Kedokteran. Huh, gila memang selera pemuda satu ini.
"Ren, sorry telat. Ketiduran tadi, hehe.... " Dan sesuai dugaanku sebelumnya, Rendi tidak akan membalas dengan suara melainkan dengan tatapan penuh intimidasinya. Karena tak kunjung mendapat respon, aku mencoba melebarkan ruas senyum sambil tertawa renyah, "Ren.... "
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] LARAS -Liu Yangyang
Cerita Pendek- C O M P L E T E - "Tidak semua senyum akan memberikan kebahagiaan yang pasti dan sesuai harapan. Dan ini tentangku, juga Yangyang-Si riang dengan laras dalam makna yang berbeda." ::::: :: Short Story dalam rangka merayakan ulang tahun We Escreator...