:: LARAS ::
—turbin—"Yaa lu bego berarti kalo diomong begitu langsung baper."
Tidak sempat mengelak, satu jitakan mendarat mulus di kepalaku, mengundang tawa sang pelaku alias Lia. Tidak perlu bertanya lebih jauh, kalian pasti sudah tau apa yang sedang aku ceritakan kepada Lia. Apalagi kalau bukan perihal ajakan menikah mendadak Yangyang semalam?
Jujur saja, aku terkejut bukan main. Setelah mengatakan itu pun Yangyang tidak bersuara sama sekali selain tetap memelukku sampai suara pertama ayam berkokok. Percaya atau tidak, aku menghabiskan waktu satu jam menunggu dan ternyata yang ditunggu malah asik terlelap.
Kurang ajar sekali bukan?
Katanya dia biasa melihat langit fajar, tapi buktinya belum juga terbit mentari Yangyang sudah tidur duluan. Dasar manusia.
"Dia ngomong begitu berarti ngerasa udah nyaman sama lo. Buat dia lo orang baik, makanya dia ajak nikah," kata Lia dengan gelak juga nada penuh akan ledekan.
Dasar perempuan satu ini.
"Yaa tapikan aku kaget. Lagi enak-enakan liat matahari terbit eh malah diajak nikah. Skripsi aja aku belum kelar masa udah masang tenda biru duluan?" protesku tak mau kalah sambil mengusap kepala yang habis dipukuli Lia tadi.
Lia menggeleng sambil mencebik dan merotasikan pandangannya jengah. "Jangan terlalu ambil hati sama Yangyang. Orang yang kayak begitu kalo ngomong emang ceplas-ceplos, mereka suka ya suka, kalo nggak ya nggak."
"Tapi kan—"
"Udah ah, topik lo gak seru amat daritadi. Omongin yang lain kek, pacar baru Rendi kek, apaan kek jangan Yangyang mulu, bosen."
"Bentar—SEJAK KAPAN RENDI PUNYA PACAR? KOK AKU NGGAK TAU?!"
As expected, Lia hanya mengedikkan bahunya tak peduli kemudian meneguk secangkir teh hangat yang mulai beranjak dingin. "Gue ngintip chat dia kemarin. Siapa namanya? Kiren? Tiren? Yiren? Nggak tau, pokoknya ada 'Ren'-nya gitu."
"Baa!" Tiba-tiba Yangyang memunculkan wajahnya dari balik sofa yang aku dan Lia duduki. Matanya berbinar dengan senyum yang tak kalah menyenangkannya.
Yangyang terlihat lebih bahagia.
"Kok kalian tidak terkejut?" selidiknya dengan alis mengerut.
Aku dan Lia bertukar tatap. Lia mengedikkan bahunya tapi sayangnya aku tidak mengerti. Lia pun sempat mendesis dan mencebikkan bibirnya sebal.
"Wah, aku kaget," ucap Lia terlewat datar dengan kedua tangan terangkat ke atas.
Sangat datar dan tanpa intonasi yang terdengar natural, membuatku kesal sendiri mendengarnya.
"Aku kaget dong. Kaget, astaghfirullah," katanya lagi dengan nada super malas. "Rizka, kaget dong. Kasian."
Ingin berteriak 'bodo amat' tapi aku masih ingat ada Yangyang di sini. Apalagi dia sekarang menatapku dengan raut penuh harap dan terkesan miris. Ya sudahlah, mau bagaimana lagi? Terpaksa aku mengikuti solusi Lia yang membuat frustasi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] LARAS -Liu Yangyang
Short Story- C O M P L E T E - "Tidak semua senyum akan memberikan kebahagiaan yang pasti dan sesuai harapan. Dan ini tentangku, juga Yangyang-Si riang dengan laras dalam makna yang berbeda." ::::: :: Short Story dalam rangka merayakan ulang tahun We Escreator...