:: Enam Kisah Fajar ::

1.2K 301 92
                                    

:: LARAS ::
—kisah fajar—

Pukul dua dini hari, tanpa permisi aku pamit dari bunga tidur dan membuka mata selebar mungkin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul dua dini hari, tanpa permisi aku pamit dari bunga tidur dan membuka mata selebar mungkin. Bukan karena mimpi buruk, hanya saja aku seperti merasa ada sesuatu yang terjadi di luar kamar rumah Yangyang. Iya, rumah Yangyang. aku memutuskan untuk menginap karena ingin melanjutkan bercerita dengan Lia. Sudah kubilang, aku haus informasi tentang Yangga Yudhistira yang berbeda ini.

Suara langkah kaki terdengar jelas setapak demi setapak, luar biasa menggema karena suasana yang masih larut. Aku terhenyak, melirik Lia yang masih terlelap di kasur bawah was-was. Masalahnya yang ada di rumah ini hanya aku, Lia dan Yangyang. Rendi dan Pak Dimas sudah berpamitan sebelum jam sepuluh malam.

"Lia," lirihku serak dengan sorot khawatir menatap pintu kamar, namum gadis itu sama sekali tidak memberi respon apa pun. "Sonalia!"

Lia tetap bergeming di tempatnya. Sepertinya Lia kelelahan setelah bekerja setengah hari.

"Cesasmi!"

Oke, baiklah. Sepertinya aku yang harus memeriksa ke luar sendirian.

Dengan perasaan yang ngeri bercampur penasaran aku melangkah mendekati pintu kamar. Namun sebelumnya aku sudah siap dengan tiang golf yang kuambil asal dari bawah meja rias. Mulutku komat-kamit layaknya dukun, berharap kalau seseorang ataupun sesuatu di luar sana tidaklah semenakutkan seperti di bayanganku saat ini.

Ceklek!

Sekelebat bayangan hitam yang menuju pintu ruang tamu adalah hal pertama yang aku lihat. Jantungku mulai bekerja tidak jelas, serius ini sangat menegangkan. Suara derit pintu terdengar dibuka secara perlahan semakin membuat nyaliku ciut. Tolong, apapun itu jangan sampai membuat nyawaku terbang nanti.

"Lia, bangun dong," lirihku melirik Lia sekali lagi tapi seolah mayat, gadis itu tetap tidak merespon apapun.

Kakiku pun mulai melangkah, setapak demi setapak ke arah pintu keluar, berniat menyusul sosok tadi meski ragu.

"H-halo?" panggilku tersendat ketakutan. Tidak ada jawaban. Aku pun memutuskan untuk kembali memanggil sosok yang sudah menghilang di balik pintu tadi dengan posisi siaga menggenggam tongkat golf. "A-Assalamualaikum y-ya akhi ya ukhti."

LAH KOK MALAH NYANYI?! Please Rizka, mode normal dong.

Aku terus berjalan sampai benar-benar sudah berdiri di ambang pintu. Sosok bayangan hitam yang sempat aku lihat tadi kini berubah menjadi seseorang ber-hoodie abu-abu dan tengah duduk di hamparan rumput jepang. Tidak ada yang ia lakukan, hanya mendongak menatap langit yang mulai berhias garis jingga kebiruan. Aku meletakkan tongkat golf ke bawah secara perahan, takut mengganggu sosok tersebut.

"Yangga?"

"Hm?" Dia menoleh dalam sekali seruan. Kedua alisnya terangkat menatap ke arahku. Lalu ia melambai memintaku untuk menghampirinya. "Ayo ke sini."

[✔] LARAS -Liu YangyangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang