Kamu Yang Tiba Di Pukul 7

21 0 0
                                    

Hari demi hari ku lewati dengan biasa dan terasa begitu cepat juga menyenangkan setelah hadirnya Saka. Aku yang biasanya cuek, jutek, bahkan bodo amat kepada lelaki yang mencoba mendekatiku, tiba-tiba berubah 180° berbeda kepada Saka. Aku merasa diriku lebih welcome, lebih ramah, dan sekarang aku tidak merasa sendiri lagi tentunya.
Tapi, aku dan Saka bukan type orang yang dengan mudah menceritakan tentang pekerjaan, maksudku, apa saja keluhan hari ini, NO!! Aku sebisa mungkin tidak mengeluh, dan Saka pun begitu.

Hari itu, aku mengajaknya bertemu, aku bilang "kamu gak mau ketemu denganku? Apa tidak rindu? Aku sendiri kangen senyuman kamu hehe", begitulah isi chatku sore itu. Dan wow, ternyata dia juga sangat ingin bertemu denganku. Akhirnya kita sepakat untuk bertemu malam itu, Saka tinggal di kota yang berbeda denganku, jaraknya lumayannya jauh, kurang lebih 1 jam perjalanan jika cepat, dan 1 jam 30 menit jika santai. Dan malam itu, Saka menjemputku di gang rumah tepat pukul 7 malam, aku senang, dia tidak pernah membuatku menunggu selama ini, dia selalu datang tepat waktu. Bagus dong?? Hehehe..

Malam itu, aku mengajak Saka pergi nongkrong untuk yang pertama kali, aku bilang "Nongkrong yuk! Kita ngopi! Aku suka kopi filter, kamu tau?",
Saka pun menjawab, "Kopi filter? Kayak gimana?,"
"Kopi filter itu, kopi arabica/robusta/liberica yang di roasting sendiri dan di jual di cafe masih dalam bentuk biji, lalu ada berbagai macam methode yang bisa kita pilih untuk menikmati ya." Jelasku kepada Saka.
"Oohh.. Yaa.. Aku tau, tapi aku belum pernah coba, menurutku itu pahit banget taauu!!."
"Enggak kok, nanti kamu coba yah." Pintaku dengan senyuman.
"Oke, jadi kita kemana malam ini?"
"Kita ke cafe Hallo yuk! Kebetulan ada Live accoustic disana"
"Tunjukin yah! Hehe"

Kami pun melaju menuju cafe Hallo, memesan kopi pada seorang barista yang masih seorang temanku.
"Hai a iman, sehat sehat??" Sapaku
"Sehat Ava, kemana aja nih?" Ucap Iman
"Ada aja, aku pesan kopi dong. Jangan yang terlalu body ya, jangan terlalu asem juga, aku bawa temen soalnya, mau aku kenalin kopi hahaha"
"Siap siap." Dengan tawa Iman pun membuatkan ku segelas kopi dari Bali yang dibuatnya lite (ringan).

Kamipun berbincang, ternyata yang live malam itu temanku, Wijaya. Dia teman waktu SMK, dulu kita beda jurusan, kami saling mengenal ketika kami di organisasi, dia pengurus OSIS dan aku MPK. Dia memang memiliki kepribadian yang humble.

Saka pun memesan kopi, caramel machiato, kopi ringan, dengan caramel sedikit manis. Kopiku pun tiba di meja, aku berbincang asik dengan Saka, tapi seperti biasa aku yang lebih dominan, sedangkan Saka lebih suka mendengarkan aku yang banyak cerita, tentang apapun itu. Dan dia hanya bisa tersenyum atau tertawa mendengarnya. Bagiku, tidak masalah, selagi dia menikmati. Aku lanjutkan saja.
Tiba waktu Wijaya istirahat, dia memesan minuman ku lihat, lalu menghampiriku.
"Heiii Ava, sehat??" Sapa Wijaya
"Sehat, Jay! Kenalin nih, Saka." Ucapku
"Halo, Wijaya" sembari menyodorkan tangannya.
"Saka" Jawabannya dengan singkat.
Aku yang setelah lama baru ketemu lagi dengan Wijaya beralih berbincang dengan dia, sibuk membicarakan kegiatan masing-masing, termasuk; "Rambutmu panjang ya sekarang". Mengomentari rambutnya yang terurai sebahu.
"Iya dong, aku abis shampooan nih hehehe." Ucap Wijaya, "Mau cium gak? Wangi taauu." Sambungnya.
"Mana coba sini." Aku berpindah duduk, di sebelah Wijaya, ku cium rambutnya, "Heemmm.. Iya wangi Jay, pake shampoo apa??" Tanyaku.
"Ada deeehh.. Rahasia hahaha. Udah lama disini?"
"Lumayan, dari tadi, request dong. Boleh gak?"
"Boleh, mau lagu apa?" Tanya Wijaya
"Apa aja, terserah kamu. Yang penting enak"

Aku yang tidak sadar akan mood Saka yang berubah, masih asik berbincang dengan Wijaya. "Aku perform lagi yah, nanti ku bawain lagunya khusus buat kamu." Tukas Wijaya.
Akhirnya Wijaya kembali ke tempat dimana dia perform, dan aku kembali duduk disisi Saka, "Kamu kenapa? Kok tiba-tiba diam?" Tanyaku.
"Gak apa-apa kok" jawab Saka.
"Beneran gak apa-apa? Bete ya?"
"Enggak kok. Pulang yuk" ajak Saka kepadaku.
"Iya ayok, abisin kopi dulu yah" pintaku.

Kopiku habis, lalu aku pamit kemudian pulang. Di mobil, aku mendengarkan lagu-lagu classic rock. Tapi, Saka masih diam. Diam yang tidak seperti biasanya. Aku pikir, baik-baik saja.
Setelah kami berpisah, aku pulang ke rumah, dan dia pulang ke rumahnya.
Masuk sebuah notifikasi chat; "Lain waktu, aku gak mau lagi nongkrong kayak gitu. Kamu lebih asik sama temanmu, aku gak suka."
Ternyata dari Saka, dia cemburu. Aku balas chat dia dengan sebuah penjelasan, tentang Wijaya yang memang teman dekatku zaman aku sekolah, dan rata-rata, aku memang selalu memberi perhatian kecil kepada temanku. Setelah pertemuan kami malam itu, kami berdebat sedikit di chat. Aku yang merasa semuanya normal, karena berpikir; "emang dia siapa sih? Pacar bukan, kok udah cemburu." Sedikit tidak terima dengan perlakuannya yang belum ada ikatan apapun sudah mencemburui teman-teman lelakiku, mungkin berbeda dengan pandangan dia. Saka merasa, sikapnya wajar. Karena 'lu lagi deket sama gue, hargai dong perasaan gue'. Mungkin kurang lebih seperti itu pikirnya.
Setelah perdebatan itu, kami kembali baik-baik saja, mulai saling memahami, aku yang punya banyak teman lelaki, dan dia yang sedikit pecemburu.
Dan malam itu berakhir dengan; "Selamat istirahat ya, Saka. Maafin sikapku tadi. Have a nice dream"
Lalu Saka membalas; "Selamat malam, Ava. Maafin juga sikapku. Sleepwell."
Juga sebuah status whatsapp dari Saka; "Aku akan segera merindukanmu esok"

Kamu Yang MenetapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang