Chapter 04

380 39 18
                                    

Jangan lupa baca cerita saya yang lainnya!

****

Shani meliuk-liukan tubuhnya ke kanan dan ke kiri hanya untuk sekedar meregangkan otot-ototnya yang terasa sedikit kaku karena tidur dengan posisi sedikit kurang nyaman.

Mata Shani membulat begitu mendapati Jeje yang duduk diruang makan rumahnya bersama kedua orangtuanya.

"Lo ngapain kesini, Je?"

Jeje yang semula sibuk menikmati nasi goreng buatan Yulita pun mendongak memandang Shani yang baru saja duduk dikursi hadapannya.

"Emang nggak boleh? Ini kan rumah gue juga." sahut Jeje enteng.

"Rumah lo? Sejak kapan lo masuk daftar KK?" tanya Shani dengan mata memicing.

"Gue mah nggak perlu masuk daftar KK. Orang Tante Yulita aja selalu bilang buat gue anggep rumah ini kayak rumah sendiri, kok." sahut Jeje enteng sembari menggigit ayam goreng hangat.

Shani mencibir, entah pura-pura bodoh atau benar-benar bodoh, sepertinya Jeje tak mengerti apa itu artinya bunga bibir.

"Rian subuh tadi telfon Mama, Shan."

Tangan Shani yang hendak meraih centong nasi pun terurung akibat perkataan Mamanya. "Ngapain Ma, telfon subuh-subuh?"

Yulita melirik Brama suaminya yang tampak diam saja menikmati sarapannya. "Dia nanyain kamu, ada dirumah Mama atau nggak."

"Trus?"

"Mama bilang iya, trus dia juga bilang buat kamu cepetan pulang ke rumah." ujar Yulita membuat Shani mengerutkan dahinya.

"Dia ngapain nyuruh aku cepetan pulang kerumah? Aku dirumah dia juga dicuekin." tanya Shani diakhiri dengan menggumam.

"Suami lo kangen goyang ranjang kali," celetuk Jeje yang membuat Shani membulatkan matanya dan Yulita serta Brama tersedak makanan.

"Jeje!!!" tegur Shani merasa malu karena celetukan Jeje yang tak tau tempat.

Jeje menyengir dan menatap Yulita serta Brama bergantian.

"Eh, hehehe maaf ya Om, Tan." ucap Jeje menunjukkan salam damainya.

Brama tertawa kecil dan mengangguk. "Iya nggakpapa. Mungkin kata Jeje benar Shan, lagipula jangan pernah ninggalin suami lama-lama itu nggak baik." nasehat Brama dengan makna lain yang terselubung didalam kalimatnya.

Shani menganggukkan kepalanya patuh dan segera menyantap makanannya tanpa banyak bicara lagi karena jam sudah menunjukkan pukul delapan, sedangkan ia akan pemotretan pukul 9.

"Aku permisi mau ke kamar dulu ya Ma, Pa. Mau mandi." pamit Shani setelah menandaskan satu gelas susu putihnya. "Eh, Je. Lo ambil koper dikamar gue ya. Ntar masukin mobil lo." lanjut Shani memerintah Jeje.

"Kenapa nggak lo bawa turun sekalian sih?" dengus Jeje kesal.

"Berat Je, itu isinya baju-baju gue."

"Lagi pula cuma disini semalem ngapain bawa koper, sih? Ngerepotin aja lo bisanya." dumel Jeje yang tak lagi dipedulikam oleh Shani karena gadis itu sudah beranjak menaiki tangga untuk menuju kamarnya.

Heart Attack || Rian ArdiantoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang