Yuk, baca cerita ku yang lainnya juga!
****
Siang berganti sore, sore berganti malam. Shani menyeret kopernya masuk kedalam rumah. Perutnya terasa sangat lapar dan tubuhnya sedikit lemas karena seharian ia belum memasukan apapun kedalam perutnya.
Rumah terlihat sangat sepi, bahkan mobil Rian yang terbiasa terparkir dihalaman rumah pun tak ada dan untung saja pintu tidak terkunci jadilah Shani bisa langsung masuk kedalam rumah tanpa harus menunggu Rian datang.
Saat melewati ruang tamu, Shani menghentikan langkahnya begitu mendapati beberapa tissue yang berserakan dilantai.
"Itu orang habis ngapain sih, banyak banget tissue kotor." gumam Shani sembari memunguti sampah tissue yang memang sangat menganggu pandangan mata.
Begitu selesai. Shani langsung naik kelantai dua dimana kamarnya berada dengan meninggalkan kopernya begitu saja. Tubuhnya meronta-ronta untuk segera diguyur air hangat shower dan dilimpahi oleh busa sabun yang harumnya lembut menusuk hidung.
Shani keluar dari kamar mandi mengenakan setelan baju tidur. Walaupun sebenarnya ia merasa sangat lapar, namun untuk malam ini ia ingin mengganjal perutnya dengan mie instan saja dari pada harus bersusah payah keluar untuk mencari makan. Ya walaupun sebenarnya ia bisa memesan go food, tapi ya suka-suka Shani sajalah.
Dengan rambut yang masih digulung handuk karena dirinya baru saja mencuci rambut, Shani berjalan menuruni tangga untuk menuju dapur dimana ia akan membuat makanan pengganjal perut.
Tangan Shani terulur untuk membuka sebuah lemari kayu yang menempel pada tembok dimana dirinya kemarin menyimpan beberapa mie instan dengan berbagai rasa. Setelah mendapatkan mie instan yang sesuai seleranya, Shani berjalan menuju kulkas untuk mengambil telur.
Setelah bahannya sudah ia siapkan, Shani mengambil sebuah panci kecil untuk ia isi air. Saat ingin mengisi panci itu dengan air, mata Shani tak sengaja melihat dua piring didalam wastafel.
Dahi Shani berkerut, noda makanan yang menempel pada piring nampaknya sudah kering karena tidak direndam pada air.
"Ini Rian sarapan pake dua piring? Tumben amat," cicit Shani pelan yang terdengar seperti menggumam.
Tanpa banyak berpikir, Shani mengisi pancinya kemudian merebusnya. Sebenarnya otak Shani masih banyak menimbulkan pertanyaan mengenai dua piring kotor, dua sendok kotor, dua garpu kotor, serta tissue kotor yang berserakan di ruang tamu.
Apa mungkin Rian sarapan menggunakan semuanya? Karena setahu Shani, lelaki itu tidak pernah makan siang dirumah. Kalau pun membeli makan diresto pun hanya membeli seporsi untuk Shani dengan alasan dirinya sudah makan di kantin Pusat Pelatihan.
Suara gemertik dari air yang sudah mendidih menyadarkan Shani dari lamunannya. Sebenarnya masalah sepele, tapi dirinya hanya penasaran saja.
Dengan cekatan Shani menuangkan air mendidih itu kedalam mangkok terlebih dahulu sebelum merebus telur dan mienya.
Setelah merasa mie dan telur sudah matang, Shani buru-buru meniriskannya karena perutnya yang sudah berontak untuk diisi.
Dengan membawa satu mangkuk mie rebus dengan tambahan telur, Shani berjalan menuju ruang santai yang terdapat sebuah televisi besar disana. Sembari menikmati mie rebusnya, Shani ditemani kartun kesayangannya yang kebetulan masih diputar. Apalagi kalau bukan dua bocah kembar dengan kepala botak?
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Attack || Rian Ardianto
FanfictionTentang mereka yang bingung dengan perasaan yang tiba-tiba saja hadir. Tentang mereka yang selalu terkunci oleh semesta untuk selalu bersama. Tentang mereka yang terpaksa menjalani sebuah status yang serius. Siapa mereka? Mereka adalah Muhammad Rian...