****
"Sudah puas kabur?"
Shani berjengit kaget begitu mendengar suara yang datar menusuk ditelinganya begitu ia selesai menutup pintu. Ia sempat berfikir jika lelaki itu tidak ada dirumah, namun ternyata pemikirannya salah. Lelaki yang ia hindari kini berdiri didepannya dengan sorot mata tajam lengkap dengan ekspresi datar.
Shani menarik nafasnya dalam sebelum menjawab pertanyaan dari suaminya.
"Mau kabur atau nggak, urusannya apa sama lo?" sahut Shani berbalik tanya dan berjalan melewati Rian begitu saja.
Rian mengertakan giginya kuat, entah mengapa kini dirinya merasa tak dihargai.
"Kamu itu istri saya. Saya wajib tau soal itu." ujar Rian dengan suara beratnya.
Shani menghentikan pergerakan kakinya untuk menaiki tangga, kepalanya menoleh pada Rian yang saat ini menatapnya datar. "Cuma status! Lo sama gue," katanya menunjuk dirinya sendiri dan Rian. "Hanya dua manusia yang terjebak oleh situasi yang menyesatkan." sambungnya melirik Rian sinis dan kembali melanjutkan langkahnya.
Rian hanya diam saja tanpa berniat untuk menyahuti ucapan Shani. Mau seperti apa situasi yang terjadi saat ini, itu juga kesalahannya. Andai saja dirinya tidak ceroboh, pasti semua tidak akan terjadi. Dan statusnya pun masih single saat ini.
"Kamar gue yang mana?" tanya Shani dari lantai dua dengan kepala menunduk kebawah melihat ke arah Rian.
Rian hanya diam saja dan menjawab dengan gerakan kepala menunjuk sebuah pintu berwarna coklat yang tepat dibelakang Shani.
Shani berjalan menghampiri kamar tersebut, matanya membulat begitu mendapati banyak sekali miniatur Raket dan Shuttlecock yang terdapat pada lemari kaca kecil disudut ruangan.
Dan yang membuat Shani sebal ialah warna chat dinding yang tidak ada menariknya sama sekali. Hanya ada dua warna, hitam dan putih.
Shani berjalan keluar dari kamar tersebut, berniat untuk menghampiri Rian kembali.
"Jangan bilang lo sama gue satu kamar?" tebak Shani sembari berlari menuruni tangga.
Kepala Rian mengangguk. "Kamar yang bisa dipakai cuma satu, itupun sudah saya tempati. Jika kamu tidak mau satu kamar dengan saya, kamu bisa merapikan sendiri kamar yang berada disebelah kamar saya." sahut Rian santai dan berjalan ke arah dapur untuk mengambil makanan yang bisa mengisi perut laparnya.
Shani mengeram kesal dan meremas tangannya kuat kuat sehingga kubu-kubu jarinya tampak jelas.
Dengan sedikit terpaksa Shani kembali menaiki tangga untuk membersihkan kamar yang dimaksud oleh Rian.
Batin Shani terus merapalkan sumpah serapah untuk Rian. Bisa-bisanya lelaki itu tega menyuruhnya untuk membereskan kamar sendiri tanpa berniat membantu.
Tangan Shani perlahan memutar knop pintu yang berwarna coklat sedikit gelap. Alangkah terkejutnya Shani begitu melihat kamar yang akan ia tempati mirip seperti gudang. Banyak lukisan dinding yang berserakan dan debu yang menempel disetiap jengkalnya. Tak lupa pula sarang laba-laba yang menempel pada sudut dinding dan langit-langit.
Sungguh! Hari ini sangat kesal untuknya.
"Sial banget sih gue," gumam Shani menggaruk rambutnya yang tak gatal dan mengacaknya frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Attack || Rian Ardianto
FanficTentang mereka yang bingung dengan perasaan yang tiba-tiba saja hadir. Tentang mereka yang selalu terkunci oleh semesta untuk selalu bersama. Tentang mereka yang terpaksa menjalani sebuah status yang serius. Siapa mereka? Mereka adalah Muhammad Rian...