Naruto menghela napas, sudah tiga hari setelah kasus kemarin dan hari ini tepat sekolah akan dimulai kembali. Naruto masih ingat dengan jelas bagaimana kesan Papa nya setelah tau dia mulai memainkan "peran" nya kembali kemarin. Papa nya yang selalu tersenyum padanya hanya menatapnya datar dengan sorot kekecewaan dimatanya. Dua hari yang lalu Papanya menghubunginya mengajak makan siang bersama diluar karena tidak ada waktu luang untuk pulang. Walau sudah dipersiapkan apa yang akan dikatakannya tapi saat melihat sorot mata Papa nya, Naruto tidak tau harus berkata apa.
"Maafkan Naru, Pa. Naru tidak bisa hanya tinggal diam sedangkan Naru memiliki kemampuan itu untuk membantu. Naru tidak bisa membantu pekerjaan Papa jika tidak memiliki kemampuan itu, hanya kemampuan itu yang bisa Naru andalkan. Naru tidak memiliki kelebihan lain. Naru tidak bisa berjanji untuk melepaskan kemampuan itu atau tidak akan terluka, karena kemampuan itu semua bisa saja terjadi. Maafkan Naru karena tidak menjadi anak yang berbakti"
Namikaze Minato menatap putri semata wayangnya sedih, seandainya dulu dia tidak memilih menerima pekerjaan ini akankah putrinya akan tumbuh menjadi gadis biasa seperti yang lainnya tanpa khawatir apapun? Kushina, setelah kepergianmu tahun itu seharusnya aku tidak menerima pekerjaan ini, seharusnya aku memilih bersembunyi dan hidup tenang dengan putri kita. Tapi setelah kepergianmu, bisakah aku diam melihatmu pergi tanpa keadilan? Lihat, putri kita tumbuh dewasa dengan cepat. Jika dahulu kita dipertemukan bukan karena pekerjaan itu, akankah kau masih disini bersama kami?
Minato merenung penuh penyesalan, semua yang dipikirannya adalah seharusnya dan seharusnya. Jika dulu dia tidak berkecimpung didunia itu kemudian setelah kematian wanita yang paling dicintainya itu dia tidak bekerja sebagai aparat pemerintah sampai menjadi ketua Investigasi khusus, bisakah putri kecilnya ini hidup tanpa bayangan bahaya karenanya?
"Papa hanya tidak ingin Naru meninggalkan Papa seperti Mama mu dulu, sayang. Sekarang hanya Naru satu-satunya yang Papa miliki dan alasan Papa terus hidup." Ucap Pria yang berusia 38 tahun itu dengan sendu.
'Seandainya Papa tau yang sebenarnya bahwa bukan hanya Naru yang Papa miliki, masih ada seorang lagi yang sangat merindukan Papa, apa Papa akan bersemangat juga?'
"Naru mengerti, Naru janji tidak akan pernah meninggalkan Papa apapun yang terjadi, tapi Naru tidak bisa janji tidak akan terluka" Naruto tersenyum hangat dengan sorot mata yang penuh keyakinan. Membuat Pria satu anak itu tersenyum teduh seraya mengusap kepala sang putri penuh kasih. Mungkin Minato tidak bisa lagi meyakinkan putrinya untuk berhenti menjadi Hacker atau terus bersembunyi dibalik sayapnya, sekarang gadis yang paling berharga baginya itu bisa menentukan apa yang terbaik baginya sendiri. Tapi apapun itu, dia akan menjadi pelindung yang paling kokoh untuknya.
Kaing!!!
Suara dan usakan kepala Kurama membuat gadis itu tersadar dari lamunannya, mengusak kepala rubah kesayangannya Naruto tersenyum seakan meyakinkan rubah itu bahwa dia baik-baik saja.
"Nah, Kurama ayo kita mandi, aku harus sekolah hari ini dan Kurama harus menjaga rumah dengan baik seperti biasa, oke?"
"Kaing~ Kaing~"
Tertawa kecil, Naruto mulai mempersiapkan diri untuk belajar hari ini.
The Secret of Study Camp : Death Game
Have a nice read !
Seperti hari-hari biasa, Nara Shikamaru menguap lebar dengan wajah lesu dan kuyunya berjalan bersama dua sahabatnya, Uchiha Sasuke dan Hyuuga Neji. Perjalanan tenang mereka terganggu kala sebuah suara yang sangat dikenalnya berteriak pada Shikamaru dari depan.
"Shikaa" gadis berambut kuning pucat dengan bola mata sewarna aqua berlari kemudian bergelayut manja dilengan putra semata wayang Nara Shikaku itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BREAK DOWN
FanfictionNamikaze Naruto, gadis cupu yang jenius namun misterius. Memiliki kemampuan yang diincar berbagai kalangan, namun harus terpergok sang Ayah karena kecerobohannya. Haruskah dia berhenti seperti keinginan sang Ayah atau terus melambung dengan caranya...